19

610 60 7
                                    

Sementara itu, Dena lagi berkumpul sama kelima teman gaulnya di kafe. Min Ana, Arins, Vika, Gege --si cewek rambut warna merah, dan Nea Nista -cewek yang cuma pake kudung buat gaya-gayaan.

"Followers IG gue turun lagi, huft" gerutu Nea.

"Makanya nggak usah gegayaan pake beli. Ntar juga naik sendiri" kata Dena dan terkekeh.

"Lo mah enak, Den. Bisa alami gitu" kata Vika.

Dena hanya tersenyum dengan bangganya.

"Dengar ya, girls. Gue bakal promosi akun kalian semua. Tapi kalau kalian berhasil bikin Yuki gabung di kelompok kita" kata Dena.

Kelima cewek itu nampak keheranan sekaligus terlihat tidak setuju. Ya iyalah, Yuki bagi mereka itu nggak pantes. Dan apa untungnya coba dengan Yuki gabung ke kelompok mereka?

"Gue tahu kalian heran. Tapi ya..." Dena menyalakan handphonenya, mengetikkan sesuatu disana dan menunjukkannya pada teman-temannya. "Followers Yuki di seluruh sosial media tuh kayak gini guys"

Kelima cewek itu melihat akun Instagram Yuki, melalui handphone Dena. Mereka bahkan sampai melotot.

"Kalau Yuki bergaul sama kita, otomatis kepopulerannya bakal kena ke kita juga. Yuki nggak cantik-cantik amat sih ya, tapi kalau bisa ngasih keuntungan, why not?" kata Dena, sembari menyimpan kembali handphonenya dimeja.

Kelima teman Dena itu berpikir, ya, itu benar sekali. Jika saja kepopuleran Yuki juga kena ke mereka, maka mereka akan makin banyak pemasukan endorse. Itu akan menguntungkan.

"Bener banget. Kayaknya mudah aja tuh deketin Yuki, wkwk" kata Nea, tertawa kecil.

"Sayangnya nggak, Nea. Yuki udah berubah, bukan Yuki yang polos lagi" kata Dena.

"Maksud lo, Den?"

"Ya gitu, pokoknya" Dena tersenyum licik. "But, kita pasti bisa, bikin Yuki bergaul sama kita"

"Gimana, Den?" tanya Min Ana.

"Natasha adalah orang yang paling dekat sama Yuki, well, dia bisa menghalangi jalan kita. Jadi, gue rasa, Nata dulu yang harus kita tangani"

"Nata itu siapa lagi deh?" tanya Vika.

"Natasha sahabatnya Yuki. Yuki yang mudah dimainin jadi beda gegara Nata" kata Dena.

Kelima teman Dena mengangguk paham. Lalu Dena, memberitahukan rencananya. Rencana untuk menghancurkan Natasha lebih dulu, agar jauh dari Yuki.

"Lo yakin ini bakal berhasil?" tanya Arins, kurang yakin dengan rencana Dena.

"Gue yakin banget, pokoknya" kata Dena, sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ehem!"

Seorang pria tiba-tiba berdiri disisi meja yang ditempati Dena. Pria itu tersenyum manis, membuat lesung pipinya kelihatan. Pria itu nampak sangat tegap, dengan rambut yang memang sedang tren saat ini. Dena memperhatikan pria itu dengan sok cuek, padahal ia sangat kagum melihatnya.

"Boleh gabung nggak sih?" tanya Max.

"Ngapain?" Dena mengatakan itu dengan sok ketus. "Masih banyak meja kosong, tuh!"

"Gue maunya sama lo, gimana dong?" Pria itu mengedipkan sebelah matanya dengan genit. "Lagian lo cakep deh, wkwk" Pria itu mencolek dagu Dena dengan jari telunjuknya.

"Apaan sih?" Dena menatap pria iti tajam.

"Jangan galak deh. Gue boleh duduk, ya? Lagian ya, kafe ini milik gue" kata pria itu.

Exchange 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang