2. memikirkan dia lagi

2.1K 119 7
                                    

Yuki baru saja pulang dari rumah mertuanya. Yuki lelah sekali rasanya, mengurus Stefan lah, rumah lah, dan juga tugas kuliah yaNg kian menumpuk.

Jujur saja, Yuki tak pernah melakukan tugas sebanyak ini. Tapi sebagai seorang istri ini sudah menjadi kewajiban Yuki.

Yuki bisa saja keluar dari kampus, pasalnya orang tuanya memiliki perusahaan yang besar, otomatis ia bisa langsung masuk saja di perusahan itu, apalagi ilmu nya sudah begitu besar. Tapi ia tak mau, ia mau hidup yang dimulai dari nol, tanpa bantuan tangan orang lain.

Yuki sebenarnya ingin menggunakan jasa pembantu saja untuk beberapa tugas rumah tertentu, namun sampai saat ini belum ada juga orang yang menurut nya cocok. Bagaimana pun, Yuki tak bisa memilih sembarang orang, ia harus memilih yang benar terpercaya.

Yuki pusing, ia pun laNgsung berbaring di tempat tidur nya. Tak sampai ia tertidur, sudah terdengar suara ketukan pintu membuat Yuki mau tak mau harus bangkit untuk membukakan piNtu.

Ternyata hanya Stefan.

"Apa lagi sih?" Tanya Yuki kesal

Stefan selalu begitu, menganggu tidur nya. Padahal tadi Yuki sudah menyuruh Stefan agar segera pergi berangkat kuliah. Namun kenapa lagi Stefan berdiri disini? Dengan menyengir tak jelas.

"Lo selalu saja marah. Gue cuman mau memberi tahu, ada orang di luar" kata Stefan

Yuki tambah kesal lagi. Siapa lagi, yang datang di rumah nya di jam siang seperti ini? Ia ingin beristirahat sebelum jam kuliah nya tiba.

"Emang nya siapa?" Tanya Yuki

Stefan cuman mengedikkan bahu tanda jika ia pun tak tahu.

"Gue berangkat dulu ya, sebaik nya lo menghampiri orang itu, meski pun terlihat asing namun katanya ia ingin melamar sebagai pembantu rumah ini" kata Stefan lalu pergi dari hadapan Yuki.

Dengan langkah malas ia segera pergi ke ruang tamu, membukakan pintu nya.

"Kau siapa?" Tanya Yuki

"Aku..ingin melamar sebagai pembantu, aku membutuhkan dana" kata wanita itu dengan senyum nya

"Oh ya? Siapa nama mu?" Tanya Yuki

"Nama saya, Chika" kata wanita itu

Yuki merasa pernah mendemgar nama Chika. Tapi dimana? Yuki berfikir, mungkin memang ia pernah dengar tapi kan banyak orang yang memiliki nama Chika.

"Ehm, ayo masuk dulu" ajak Yuki

Chika mengangguk kemudian mengikuti langkah Yuki kemudian duduk di depan Yuki begitu sampai di dalam.

"Jadi, kau bisa apa saja?" Tanya Yuki lagi

"Semua nya saya bisa. Saya bisa mengepel, saya bisa menyapu, masak, cuci piring, pokoknya semuanya saya bisa" kata wanita itu, Chika dengan senyum yang terpampang di wajahnya seolah bangga dengan apa yang di katakan nya.

"Bagus" Yuki hanya memberikan satu kata sebagai komentar

"Nyonya, tolong saya. Saya gak punya uang, gak punya tempat tinggal lagi, Nyonya. Saya mohon nyonya mau menerima saya, saya janji gak bakal mengecewakan nyonya" kata Chika dengan wajah memelas

Yuki kasihan juga melihat Chika. Sepertinya hidup Chika memang sangat sulit, Yuki tahu dari wajah Chika yang begitu menginginkan pekerjaan ini.

"Baiklah, aku menerima mu, tapi ingat! Jika dalam sehari ini saja kau tidak memuaskan, maka kau siap saja keluar" kata Yuki

Chika mengangguk, kemudian mendekati Yuki, hampir saja mencium tangan Yuki, namun Yuki menarik tangannya.

"Maaf, tapi kita seumuran sepertinya. Kau tak perlu begitu, yang perlu kau lakukan adalah cepat beresi barang mu, ayo ikut aku. Kau bisa bekerja selama kau bekerja dengan baik, paham?" Kata Yuki

Exchange 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang