16

716 74 11
                                    

"Emang apa pesannya?" tanya Yuki.

"Ayuk ikut aku, kak! Kakak ganteng bernama Stefan itu pengin ngasih liat kakak sesuatu" gadis imut itu menarik tangan Yuki, membuat Yuki berdiri dan mengikuti langkahnya.

***

"Hei, Ki!"

Stefan melambaikan tangannya, ketika melihat Yuki yang sudah tak jauh dihadapannya. Ya, Stefan berdiri tepat di depan air mancur utama di Taman itu. Stefan tidak sendirian, tapi bersama lima gadis yang sepertinya masih SMA --dua orang berdiri di sisi kiri Stefan dan yang tiganya berdiri disisi kanannya-- dan kelihatan imut serta dengan gaya yang fashionable banget.

"Uh, hai Stef" kata Yuki.

Yuki dan gadis cilik imut yang tadi menariknya pun mendekat pada Stefan, hingga benar-benar berdiri dihadapan cowok itu.

"Lo bikin khawatir ta--" Yuki langsung menutup mulutnya, bisa geer Stefan nanti. "Maksud gue, lo bikin gue capek, ck!" ralatnya cepat, disertai dengusan sebal.

"Bilang aja kali, kalau gue bikin lo khawatir" kata Stefan dengan senyum bangga khasnya serta tatapan jahil pada Yuki.

Yuki memutar bola matanya sebal. Well, ucapan Stefan memang benar tapi cowok itu terlalu pede menurutnya dan menyebalkan.

"Serah, deh" kata Yuki. "Jadi mau ngapain coba disini?"

"Eh, kakak cantik, kakak ganteng! Tugas aku kan udah selese jadi aku.."

"Ah, iya, gadis manis!" Stefan mengacak rambut gadis imut cilik itu, kemudian memberikannya coklat yang sedaritadi dipegangnya. "Nih, makasih ya!"

Gadis imut cilik itu mengangguk dan tersenyum sumringah, membuatnya kelihatan makin imut. Selepas itu, ia mengucap sama-sama lalu pergi.

"Sebenarnya lo nyuruh kita ngapain sih disini, heh?" cewek berambut gelombang berwarna kemerahan itu tiba-tiba bersuara. "Capek tau nggak?"

"Eh, sorry. Gue cuma mau minta pendapat kalian aja" kata Stefan, menatap sekilas pada cewek itu dan nyengir. "Menurut lo, cewek dihadapan gue ini cakep nggak? Dia famous lho, banget malah!"

Si cewek berkerudung yang berdiri disisi kanan Stefan menatap jijik pada Yuki, seakan-akan tatapannya itu mengartikan, "nggak banget". Nama cewek itu, Arins, mukanya emang agak kebarat-baratan dan fashionnya bagus, punya banyak fans.

"Ngapain lo natep gue kayak gitu?" kata Yuki.

"Kenapa emang? Gak terima?" balas Arins dengan sinis. "Cewek kayak gini? Hell, no! Gak ada cakepnya sama sekali" Arins menggeleng-gelengkan kepalanya. "Fashionnya, so bad dan terlalu sederhana. Bibirnya aja agak kering tuh!"

Yuki mendengus kesal. Iya sih, hari ini dia emang males dandan. Ngapain juga? Cuman ke Taman doang. Tapi Arins benar-benar sok baginya, yaiyalah bibirnya agak kering, toh dia nggak pakai lipstik juga.

"Gue setuju sama Arins" cewek berambut pendek, berkulit putih dan dengan dandanan ala-ala korea itu menyahuti, --Min Ana. "Well, dia nggak cantik. Itu pendapat gue"

Dan gadis-gadis imut yang lainnya juga menyetujui. Okelah, Yuki itu sabar orangnya. Dia nggak terlalu peduli, tapi lihatlah tatapan mereka! Seakan-akan dia orang yang paling buruk.

"Oke, thanks. Stefan, ini benar-benar nggak mutu. Males deh gue, yuk ah pulang" kata Yuki.

Stefan sendiri juga, agak tidak percaya akan ucapan gadis-gadis imut disampingnya itu. Karena, baginya, Yuki sangat cantik meski sederhana sekalipun.

"Ups, situ nggak terima ya di kritik? Wkwkwk, famous katanya? Mimpi darimana sih neng?" Min Ara tertawa, diikuti yang lainnya.

"Oh" balas Yuki dengan wajah datarnya. Habis sudah, moodnya benar-benar buruk sekarang.

"Gaes, kalian darimana aja sih?"

Tiba-tiba, seorang gadis yang nggak kalah imut datang dan berdiri disamping Yuki. Betapa kagetnya Yuki, saat menoleh pada gadis itu. Itu, Dena. Dena. Benar-benar Dena.

"Oh, Ikuy?" Dena kaget saat juga menoleh pada Yuki.

"Lo kenal, Den?" tanya Arins, mengernyit.

"Oh? Ya, iyalah gue kenal. Temen semasa SMA gue juga, teman segeng sih tepatnya" jawab Dena, ia merangkul Yuki tiba-tiba. "Gue kangen lo. Kenapa nggak ngasih kabar coba?"

Yuki melepaskan rangkulan Dena dengan paksa. Demi apapun, dia membenci mantan temannya itu. Dena, yang sebenarnya membuat adiknya Cerry, Chella meninggal tapi dia yang disalahkan. Dena juga, yang bikin Yuki menyesal banget semasa SMA.

"Kenapa natep gue gitu, Kuy?" tanya Dena.

"Ehem!" Arins berdehem. "Ikuy, ya. Maafin kami tadi. Kami juga nggak tau kalau lo temen lamanya Dena"

Arins mengatakan itu, karena, well, dia takut sama Dena, begitupun kelima cewek yang tadi menertawai Yuki. Tanpa Dena, mereka nggak mungkin terkenal.

"Munafik" komentar Yuki. "Oh ya, gue bukan temen lo lagi, Dena. Anggep aja gitu. Bye"

Yuki menarik tangan Stefan, menjauh dari sana, melangkah secepat mungkin.

"Itu beneran temen lo, Den?" tanya Min Ana.

Dena mengangguk. "Apa karena kalian ya, dia marah? Kalian emang berkomentar apa sih soal dia? Dia itu emang keliatan sederhana, tapi aslinya banyak yang ngegebet. Apa kalian pengin--"
"Oh, nggak, Dena!" sahut cewek berambut gelombang tadi, Gege. "Jangan bikin followers kami turun, Dena. Kami nggak tau sama sekali, kalau dia temen lo. Please, Den"

Begitulah, Dena selalu dipuja oleh setiap teman-temannya. Karena Dena itu, merupakan yang tercantik diantara mereka plus Dena yang membantu mereka terkenal. Dan Dena begitu suka, mendengar pujian-pujian itu. Sudah banyak orang yang dia bikin jadi terkenal hingga lebih banyak yang memujinya. Itulah tujuan hidup Dena, mendapatkan ribuan pujian meski dengan menyesatkan.

"Oke, gaes. Tapi kalian harus minta maaf sama Yuki, nggak mau tau gue. Yuki itu, ya temen gue yang berharga" kata Dena.

"Oh, oke siap Dena!"

Dena tersenyum sinis. Ia merasa harus membuat Yuki kembali menjadi teman dekatnya, karena Yuki yang begitu cantik dan populer, yang membuatnya otomatis akan lebih populer juga. Ah, Dena suka kepopuleran.

Sementara itu, mereka tidak menyadari. Dari kejauhan nampak Nata dan Verrel yang tidak sengaja mendengar percakapan mereka. Nata dan Verrel duduk dibangku yang tidak jauh dari situ, menyaksikan semuanya sejak Yuki yang datang pada Stefan. Awalnya mereka mau menyapa, tapi mereka merasa nggak mau menganggu jadinya mereka hanya memperhatikan dan mendengarkan.

Dan Nata yakin sekali, gadis imut bernama Dena itu adalah orang yang selalu diceritakan Yuki. Orang yang katanya, membuat Yuki sesat semasa SMA. Nata juga sangat yakin, gadis itu sangat gila akan kepopuleran --dilihat dari cara bicaranya. Nata merasa, harus melindungi Yuki agar tidak sampai ada masalah baru lagi.

"Rel, kayaknya cewek bernama Dena itu pengen manfaatin Yuki lagi. Yuki pernah dimanfaatkan karena terlalu polos dan cantik, Rel. Aku merasa perasaanku nggak enak" kata Nata.

"Ya, kurasa begitu. Dunia memang penuh kemunafikan, susah membedakan yang mana teman yang sebenarnya dan yang mana yang cuma sok baik" balas Verrel.

Nata tersenyum, ia juga punya rencana. Ya, setidaknya sebelum Dena bergerak, ia akan bergerak duluan. Yuki itu sahabatnya, dia akan berusaha melakukan apapun supaya Yuki nggak dapat masalah.

Selain itu, Nata senang karena Verrel sudah lebih menunjukan perasaannya dan mau mengajak Nata berdiskusi. Nata senang akan hal itu, berharap juga ia perasaannya yang dulu akan kembali.

***

Halo! Akan ada konflik baru, yeay! Soal mimpi Yuki, ada yg bsa nebak nggak apa akan beneran terjadi atau nggak?

Vote serta komentar, jangan lupa!

Exchange 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang