Epilog

898 71 0
                                    

"Lo lega sekarang, Ki?" tanya Stefan, mereka kini berada di dalam taksi. Yuki tadi cukup tegang ketika ditanyai, tapi sekarang Yuki lega bahwa Dena akan mendapatkan hukuman yang setimpal.

"Lega, Stef" kata Yuki, ia tersenyum pada Stefan. "Oh iya, kita bakal ke makam Chella kan?"

Stefan mengangguk, ia menyentuh tangan Yuki yang berada disisinya.

"Semuanya udah selesai, Ki. Kita ke makam Chella dan lo ungkapin aja segala yang lo mau, ke Chella"

Yuki mengangguk. Ia ingin bicara dan meminta maaf atas segalanya.

"Makasih ya Stef, selama ini lo bisa ada disisi gue saat gue dalam kesedihan"

"Itu tugasnya seorang suami, kan?" Stefan mengedipkan sebelah matanya dengan genit. "Itulah tugas gue, ah ya, gue rasa setelah lulus kita bisa kali ya.. Kayak pasangan suami istri kayak umumnya. Disaat itu gue udah bisa kerja di perusahaan bokap, terus gue bisa biayain lo dengan baik. Suatu saat juga gue bisa ngeliat lo menua, menyaksikan banyak hal dengan lo. Gue pengen hal itu terjadi, gue sering memikirkannya. Lo kalau tua bakal tetap sering marah gak ya? Pasti lucu deh, nenek-nenek marah-marah" Stefan terlihat serius, ia tersenyum dan menatap Yuki dengan begitu tulus.

Yuki sebenarnya ingin kesal, tapi ia justru tersenyum. Tapi meski begitu, ia tetap takut. Bagaimana jika nanti Stefan meninggalkannya selepas melihat yang lebih cantik? Seketika senyum Yuki luntur membayangkan hal itu, bahkan wajahnya murung.

"Kenapa? Lo nggak mau hal itu terjadi?"

"Nggak, cuma, gue takut lo berpaling"

"Percaya sama gue aja, gue bukan cowok yang bisa main-main dengan suatu hubungan. Meski awalnya hubungan ini nyebelin, tapi gue pengen serius sekarang" Stefan menatap Yuki, tatapannya begitu meyakinkan. "Mari kita melewati segalanya bersama"

Yuki tersenyum, bahkan pipinya memerah. Ya ampun. Oh, bahkan sopir taksi di jok depan juga tersenyum. Astaga.
Selepas itu mereka membicarakan banyak hal lagi. Kali ini pembicaraan mereka serius, tidak bercanda seperti biasanya. Stefan hanya sadar, bahwa saat ini bukan saat yang tepat untuk bercanda. Karena perjalanan yang memang jauh, Yuki jadi kelelahan dan Stefan melihatnya menguap.

"Pengen tidur?" tanya Stefan.

Yuki mengangguk.

"Yaudah sini" Stefan menepuk-nepuk pahanya. "Nyaman kok"

Yuki tersenyum dan mulai mengubah posisinya menjadi tidur, untung joknya cukup luas meskipun ia harus meringkuk sedangkan kepalanya berada diatas paha Stefan. Stefan mengusap-ngusap kepala Yuki, membuat Yuki merasakan kehangatan hingga akhirnya ia dapat tertidur.

*The End*

Aku bingung mau bilang apa, intinya makasiihhhh banget buat yang mau baca smpe sini. Maaf banget kalau ini ngecewain atau gak sesuai ekspetasi kalian, hehe. Aku mau panjangin tapi aku gamau gantung pembaca terus, soalnya aku kadang males bangeeett. Oke, sekian. Kurasa jga aku akan hiatus dari dunia wattpad, jadi ga kepikiran bikin yg baru.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Exchange 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang