(1) Takdir

11.6K 478 22
                                    

Jika harapan dan takdir bertolak belakang tetaplah bersyukur, karena kita tidak tahu apa skenario terbaik yang Allah titipkan di dalamnya.

***

Arief menatap gemas perempuan dihadapannya sekarang. Perempuan itu musuh bebuyutannya di SMP hingga mereka ditakdirkan dalam satu SMA yang sama kebiasaan itu masih terbawa, mereka selalu bertengkar dalam masalah apapun. Kata Arief ia tak suka karena perempuan itu pecicilan, galak dan cerewet.

Lucunya, mereka selalu bersama-sama saat hendak kemana saja, mereka saling perhatian, mereka saling bersedih jika ada yang terluka dan mereka selalu bahagia jika salah satunya bergembira. Itu semua mereka perlihatkan dalam sisi yang berbeda.

Yusuf Arief Al-fikri. Ia anak semata wayang Alya dan Fariq, cucu dari Lisa dan Aji serta keponakan dari Farzan dan Jani. Ia lelaki cerdas keturunan abi-nya. Kerjaannya pulang pergi kota dan negara.

Perempuan dua puluh empat tahun dihadapan Arief itu Namanya Larissa Nabila, panggilannya Rissa. Benar kata Arief, ia anak yang pecicilan, galak dan cerewet.

Tapi kata Rissa ia lebih tak suka Arief, karena menurutnya lelaki itu jahil, sok benar dan sok bijak. Di SMP mereka mendapat julukan Tom and Jerry, kalau di SMA mereka diberi julukan Tikus dan kucing meski kedua julukan itu sama, namun tak henti-hentinya terus berkelahi sampai perkuliahan yang menuntut untuk berpisah.

Rissa juga cerdas, sehingga ia menamatkan gelar S1 nya dalam waktu yang cukup singkat, tiga tahun. Diumur dua puluh ia telah menyandang sarjana, merasa masih kurang dengan ilmu yang dimiliki ia melanjutkan pendidikan magister di London.

Arief seorang penghafal Al-Qur'an. Sejak kecil Fariq dan Rissa mengajari Arief untuk belajar serta menghafal Kalamullah tersebut. Ia berprofesi sebagai TNI AD. Setelah lulus dari madrasah Aliyah ia mengikuti sekolah angkatan. Karena kecerdasan dan hafalan Qur'an-nya ia bisa dengan mudah lulus menjadi seorang Tentara. Masyallah sekali kan, betapa indahnya nikmat menghafal Alquran. Sedangkan Rissa adalah seorang dosen bahasa Inggris.

Dan kalian tahu apa yang membuat mereka saling melempar tatapan kesal? itu karena kedua orang tua mereka sedang merundingkan tanggal pernikahan mereka.

"Jadi, cocoknya tanggal berapa?" itu suara Rani, ibundanya Rissa.

Orang tua Rissa dan Arief memang sudah dekat karena pertemanan anak mereka, dan perjodohan ini sudah mereka rencanakan dari 10 tahun lalu.

"Tanggal lima belas bulan ini kayaknya cocok deh, Mbak," jawab Alya pada Rani yang lebih tua tiga tahun darinya.

Sejak tadi yang sibuk membicarakan tentang perjodohan itu hanyalah kedua orang tua mereka. Arief tak mau ikut andil walau ujungnya ia pasrah dengan menerima dan Rissa tampak belum terima, hatinya masih menggerutu.

Rani mengangguk setuju. "Oke deh, tanggal lima belas aja dipertengahan."

Alya beralih menatap Fariq dan Adam sekilas. "Bagaimana para bapak-bapak setuju?"

Fariq dan Adam pun mengangguk bersamaan. "Kami ikut aja," jawab Adam.

"Iya miyang, biyang terserah sama kalian aja," ucap Fariq pada Alya, sebutan kesayangan mereka itu tak pernah ada kata pudar meski usia mulai menua.

"Gimana, Rief, Ris?" tanya Alya pada kedua insan yang saling berkesal hati ini.

Arief mengangkat kepalanya. "Arief ikut aja, Mi," ujarnya dengan pasrah, sementara Rissa melotot ke arah Arief seolah memberikan sebuah isyarat.

"Kalo Rissa gimana?" kali ini mereka agak lama hening menunggu persetujuan Rissa.

Suasana tampak menegang, apalagi Arief. Keringat dingin telah mengucur, ia takut Rissa menolak perjodohan antara orang tuanya dan orang tua Rissa, karena menurutnya tak ada yang bisa menggantikan jasa kedua orang tua melainkan dengan menuruti itikad baiknya.

Perlahan Rissa mulai membuka mulutnya, menarik nafas terlebih dahulu. "Iya, Mi, Rissa setuju," ucapnya sangat lesu.

***

"Ris," panggil Arief.

Rissa pun memutari tubuhnya yang sejak tadi sibuk memandangi tetumbuhan di lantai dua rumahnya. Ia melempar tatapan horor pada lelaki dihadapannya.

"Makasih, udah mau nerima perjodohan ini," lanjut Arief lagi.

Rissa berdecak kesal. "Gak usah GR, itu juga demi orang tua kita," ujarnya sinis.

"Ya apa pun itu."

"Aku gak pernah kepikiran kalo kita bakal nikah," gumam Rissa sembari menghempaskan tubuhnya pelan di atas kursi.

"Sama," balas Arief.

Rissa menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Mimpi apa aku semalem, ampe bisa dijodohin sama kamu?!" ujarnya sembari menepuk-nepuk pipinya.

Arief pun menuruni tubuhnya, duduk dihadapan Rissa. Menatap gadis itu datar.

"Kurang kencang mukulnya," celetuk Arief.

Seperdua detik Rissa langsung mengunci mulutnya dan menatap lelaki itu dengan tak biasa. Jantungnya berdegup kencang, nafasnya memburu, tiupan angin menerpa wajahnya hingga membuat suasana menjadi romantis. Tapi itu tidak lama, Rissa langsung mengalihkan pandangannya. Ia mencoba untuk berdiri namun tidak demikian, gamis panjangnya tak sengaja terinjak oleh Arief sehingga terciptalah sebuah adegan dramatis. Dimana Rissa terjatuh dan terpeluk tubuh Arief yang masih anteng di atas kursinya.

"Astaghfirullah. Kamu sengaja ya nginjek baju aku?" tuduh Rissa setelah membenarkan posisinya.

Arief tertawa kecil. "Ya enggak lah," protes Arief.

"Gapapa kali seminggu lagi kita halal kok," godanya dengan begitu bahagia setelah mendapatkan pipi Rissa yang berubah menjadi merah padam.

"Bodo amat!" dan Rissa sekarang benar-benar pergi meninggalkan Arief di sana sambil membayangkan berbagai kejahilan Arief yang akan terjadi setelah mereka menikah nanti.

Tidaklah ini mengherankan? mereka sudah berteman sejak SMP. Segala kebaikan dan keburukan satu sama lain pun mengenal, Mengherankan bagi Rissa, mengejutkan dan bahkan memusingkan.

Tapi seperti inilah takdir Allah, tak bisa ditebak. Andai saja setiap orang mengetahui pasangan hidupnya, maka Rissa tak akan membiarkan perkenalannya dengan Arief dihiasi dengan gaduhan.

***

Assalamu'alaikum. Selamat datang di squel Sajadah Cinta, semoga kalian suka. Terus baca dan jangan lupa vomment ya!

.
.
.
Promo dikit ah, follow ig: -rantiianisaa

Love in HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang