bonus chapter😘

12.6K 1.2K 169
                                    


Aku terbangun dari tidur dan merasakan sakit di seluruh tubuhku.

Tidak.

Kami tidak melakukan itu.

Ini semua karena Jimin yang tidurnya tidak mau diam. Pagi ini saja, kaki kanan Jimin berada di atas paha ku.

Bahkan sering kali jika aku bangun, tangan Jimin berada di atas kepalaku. Lalu kakinya berada di atas perutku. Lebih parahnya lagi, Jimin pernah tidur dengan posisi menindihku. Dan akhirnya seharian itu aku tidak beranjak dari kasur karena tubuhku sakit semua.

Benar-benar, tidur satu ranjang dengan Jimin itu butuh perjuangan.

Mungkin saja gara-gara dia seperti itu, aku bisa menua sebelum waktunya.

Mengerikan.

Aku duduk di pinggir kasur untuk mengumpulkan nyawaku yang belum sepenuhnya terkumpul.

Aku melirik Jimin yang masih tertidur pulas dengan air liur di yang mengering samping bibirnya. Menjijikan memang. Tapi percayalah, itu lucu.

Jam telah menunjukan pukul 7 dan artinya aku harus menyiapkan sarapan. Aku memutuskan untuk tidak membangunkan Jimin terlebih dahulu karena semalam ia lembur di kantornya. Ia pasti sangat lelah.

Sebelum pergi membuat sarapan, aku mencium kening Jimin terlebih dahulu. Setelah itu barulah aku beranjak ke dapur.

Saat di dapur, aku baru sadar kalau semua bahan makanan habis. Aku memang belum sempat belanja kemarin. Untungnya masih ada roti dan dua butir telur. Jadi aku memutuskan untuk membuat sandwich saja.

Selagi aku menunggu rotinya di bakar, aku terdiam memikirkan sesuatu yang...

Ah aku tidak tau. Ini sesuatu yang membahagiakan dan sekaligus membingungkan.

Aku akan memberitahu Jimin jika ia sudah bangun nanti.

Setelah semuanya selesai, aku membersihkan pantry lalu meletakkan sarapan di meja makan.

Baru saja aku akan ke kamar untuk membangunkan Jimin, pria itu muncul dengan wajah kusut dan rambut berantakan. Oh, jangan lupakan air liur yang telah mengering di samping bibirnya.

Aku ingin tertawa tapi aku urungkan niat itu.

Kasihan Jimin yang semalam pulang jam 12 dari kantornya. Dan bukannya istirahat, ia harus menyelesaikan tugasnya hingga lembur sampai jam 2.

Sungguh malang.

"Kamu masak apa?" Tanya Jimin sambil menggaruk-garuk kepalanya. Membuat rambutnya semakin berantakan.

"Aku cuma bikin sandwich doang. Soalnya bahan makanan abis semua."

Jimin hanya mengangguk. Tanpa kata-kata lagi, ia langsung duduk di meja makan dan menyantap sandwich yang ku buat.

Aku ikut duduk di sampingnya. Namun aku tak langsung menyantap sarapanku. Aku duduk menghadap Jimin dan berpikir sejenak.

Jimin berhenti mengunyah makanannya, ia melirikku dengan tatapan 'kenapa'.

"Jim.." Ucapku. Aku bingung harus bagaimana memberitahu Jimin mengenai kabar ini.

Ia masih menatapku, menungguku melanjutkan kata-kataku.

"Itu.. 2 hari yang lalu.."

"Kenapa?"

Aku menggaruk tengkuk-ku yang tidak gatal. Ayolah, ini adalah kabar bahagia. Kenapa susah sekali mengutarakannya.

Aku memejamkan mataku sejenak, lalu menatap Jimin lagi yang masih kebingungan.

"Jim.."

"Kenapa sayangku?"

"Aku... hamil."




*****


Jimin meletakkan sandwich-nya yang tinggal setengah di atas piring. Ia masih mencerna kata-kata istrinya barusan.

"Kamu beneran?" Tanya Jimin yang hanya di balas anggukan oleh Sera.

Jimin tersenyum lebar. Rasa lelahnya akan lembur semalaman hilang begitu saja. Tanpa memperdulikan Sera yang sedang menyantap makanannya, Jimin memeluk Sera erat hingga sandwich yang berada di tangan Sera jatuh.

Untung saja jatuhnya ke piring lagi.

"Jim sandwichnyaㅡ"

Jimin tidak peduli dengan sandwich yang sudah berserakan. Ia menangkup wajah Sera dan mengecup bibirnya berkali-kali.

"Jim stopㅡ"

Setelah memberi kecupan terakhir, Jimin memeluk Sera kembali.

Jimin bahagia bukan main. Mempunyai anak adalah semua impian semua pasangan suami-istri bukan? Kini impian Jimin dan Sera terwujud. Walaupun sebenarnya Jimin sendiri belum siap dengan kehamilan Sera sementara ia sibuk dengan pekerjaannya. Belum lagi Sera masih kuliah dan ia masih berada di pertengahan semester.

Tapi Jimin akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga anak dan istrinya. Ia tidak mau terjadi sesuatu kepada Sera dan calon anaknya. Ia akan menyesal seumuru hidup jika itu terjadi.

"Ser dengerin.."

"Mulai sekarang, aku ga bakal lembur lagi. Kalaupun aku harus lembur, aku usahain ga lebih dari jam 10. Aku juga bakal minta Joohyun buat jagain kamu selama aku kerja. Pokoknya aku gamau kamu sama anak aku kenapa kenapa. Jadi nurut sama aku oke?"

"Iya Jim tapi..."

Sera membenarkan posisi duduknya sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Kamu juga harus betulin cara tidur kamu yang selalu bikin badan aku sakit tiap pagi kalo kamu gamau aku kenapa napa."





Fin



****



Bonus chapter done!

Tida ada enaena, tida ada yadong yadongan. Aku masih polos qq:))

Hehehe, akutu gabisa bikin cerita ena ena. Bawaannya geli gimana gitu. Tapi lagi nyoba sih. Karena itu kaya tantangan bagi aku wkwkwk.

Yaudah ya gitu aja. Jangan lupa vomment nya.

Talangek readers ku💜

chatting ;  om jiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang