2

1.7K 184 13
                                    

Kehilangan seseorang yang kau sayangi adalah hal yang paling menyakitkan dari sebuah tusukan pisau yang mengenai tubuhmu. 

-

-

-

-

-

Langit pagi kota Seoul begitu indah, tapi tidak dengan suasana hati seorang gadis yang baru saja bangun karena mimpi buruknya yang sudah ketiga kalinya minggu ini. Matanya terlihat sangat sembab. "Eunbi-ya! ayo bangun! Hari ini adalah hari pertama kau sekolah!" teriak Jeong Ji-in dari luar kamar. 

"Iya eonnie! Eunbi sudah bangun!" teriak Eunha. Ia pun bangun dari kasur nyamannya dan pergi ke kamar mandi untuk mandi dan gosok gigi. 45 menit kemudia gadis itu sudah siap, dengan seragamnya dan tas yang sudah ia tenggerkan di bahu. Eunha keluar dari kamarnya dan bertemu dengan kakak laki-lakinya, Jeong Dae-in. 

"Pagi oppa!" ucap Eunha tersenyum manis. Daein melihat Eunha dan membalas senyuman adiknya itu.

"Pagi juga saengku." ucap Daein mendekati Eunha dan mengusap kepala Eunha. "Ayo kita sarapan." ajaknya. Eunha hanya mengangguk dan mengikuti kakaknya. 

Di ruang makan Orang tua Eunha dan Ji-in sudah duduk manis di meja makan. Entah kenapa Eunha merasa ada sesuatu yang berbeda dari kedua orang tuanya itu. Eunha dan Dae-in segera duduk di kursi. 

"Pagi semua." sapa Eunha dan Dae-in bersamaan. 

"Pagi juga sayang. Seperti biasa kalian kompak ya." ucap Bong-seok, ayah Eunha tersenyum bangga.

"Tentu saja appa." jawab Dae-in mengambil pisau dan garpu lalu makan pancake yang ada di hadapan mereka.

"Appa, Eomma, bagaimana kabar...... keluarga Jeon?" tanya Eunha pelan. Tidak dapat dipungkiri bahwa Eunha sangat merindukan keluarga itu. 

"Mereka baik-baik saja sayang, Keluarga Jeon merindukanmu." ucap Bong-seok tersenyum. 

"Jjinja? aku juga merindukan mereka. Aku juga berharap bahwa dia baik-baik saja." ucap Eunha. 

"Kau merindukannya kan?" goda Seon-ja, ibu Eunha. 

"Ah, aku juga penasaran apakabar dengannya ya." tanya Ji-in tertawa kecil.

"Aku memang merindukannya oppa, eonnie." jawab Eunha sendu. "Apakah dia akan mengingatku?"

Suasana di meja makan mendadak hening. Dae-in melihat Ji-in dengan tatapan yang tidak dapat dijelaskan. Sadar dengan suasana yang canggung. Eunha kembali membuka suara. "Tapi aku selalu mendoakannya yang terbaik. Bila tuhan mengizinkan aku bertemu dengannya, suatu saat nanti pasti bertemu." 

Seon-ja dan Bong-seok tersenyum. Begitupun dengan Dae-in dan Ji-in. Eunha membalas senyuman mereka dan kembali melanjutkan sarapannya. Memang benar Eunha sangat merindukan Jungkook. Sudah berapa tahun sejak ia bertemu dengannya. Gadis itu menghela napas. 

"Eunha, kau mau pergi bareng aku atau Ji-in?" tanya Dae-in yang sudah siap dengan tasnya. 

"Aku pergi den-" ucapan Eunha terhenti ketika sebuah ketukan lembut terdengar. 

"Biar aku saja." ucap Dae-in berjalan ke pintu utama. Eunha menatap kedua orang tuanya yang sibuk mengobrol. 

"Eunha, maaf aku tidak bisa pergi denganmu hari ini." ucap Ji-in bersalah.

Eunha tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Gwechana eonnie." Eunha tersenyum. Berarti ia akan pergi dengan Dae-in hari ini. Dae-in terdengar sedang mengobrol dengan akrabnya. Eunha melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 7. 

Memories of us [Eunkook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang