Memasuki minggu ke empat, Reyna dan Faris mulai diguncang beberapa keadaan yang membuat mereka tidak lagi sependapat. Faris yang awalnya sangat perhatian seolah berubah menjadi sosok yang sangat cuek. Bahkan, Reyna lebih sering berangkat ke sekolah secara sendiri. Tanpa lagi diantar atau dijemput oleh seorang Faris.
"Reyna, mana Faris?" Tanya Alfa.
"Entahlah, dia gak ada kabar dari kemarin. Mungkin sibuk." Jawab Reyna singkat.
'"Yaampun Rey, lo kenapa gak coba cari dia? Coba tanya ke temennya gitu misalnya?" Tanya Alfa kembali.
"Gak penting. Gue gak mau ganggu dia terlalu sering, nanti dia bosen. Gue nunggu aja faa." Ujar Reyna.
"Gue tuh ya, gak ngerti sama lo rey. Kok bisa bisanya bilang gitu. Lo gak khawatir Faris sama yang lain?" Tanya Vera.
"Iya lho rey, lo harus cari Faris. Gimana kalau dia kena musibah? lo harus cari tau Reynaaa!" Ucap Bela
"Faris baik-baik aja kok, gue yakin. Gue lagi males ngurusin dia. Kalian gapada bisa ngerti bgt sih knapa!" Jawab Reyna ketus.
"Yaudahhh. Lo gak papa kan rey tapi? Cerita aja sama kita kalau ada sesuatu yang bikin Lo males sama Faris. Jangan disimpen sendiri rey. Lo punya kita-kita." Ucap Alfa menenangkan.
"He, iya. Makasih yaaa kalian. Gue pasti cerita kok. Tapi gak akan sekarang, Gue masih males soalnya. Dah lah. Sekarang mending ke kelas yuk!" Ucap Reyna.
Sahabat-sahabat Reyna merasa kebingungan oleh tingkah Reyna. Namun, mereka tidak bisa melakukan apapun untuk itu. Reyna orang yang sangat tertutup untuk hal semacam itu, mereka takan pernah bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Reyna dan Faris kala itu. Mereka pun memutuskan untuk menghibur Reyna, setidaknya tidak ada hal yang benar- benar membebani fikirannya ketika ia berada di sekolah.
*Dikelas
"Reyna! Weekend ini bakal kemana?" Tanya Rio, teman sekelasnya.
"Gak ada, yo. Kenapa emang?" Jawab Reyna.
"Ikut gue yok! Ke Pangrango. Kita naik gunung bareng. Temen gue udah bayar simaksi tapi malah gak jadi. Sayang uangnya." Ujar Rio.
"Wahhh boleh juga tuhhh. Gue mauu dong tapiiiiii, gue cewek sendiri?" Tanya Reyna.
"Tenang aja, ada Rindi kok. Lo ga sendirian. Lagian kita cuma berempat. Cuma lo, Rindi, gue, dan Fian anak ips 2." Ucap Rio.
"Fian? Siapa tuhhh? Ya udah gue izin dulu sama papa ya. Nanti gue kabarin lagi." Ujar Reyna.
"Nanti gue kenalin, gampang. Yaudah sip. Gue tunggu ya." Jawab Rio.
***
Sepanjang jalan pulang, Reyna memikirkan tawaran Rio. Ia memang sudah sejak lama menantikan ada yang mengajaknya untuk naik gunung. Papa pasti mengizinkan, tapi Faris pasti akan marah. Terlebih lagi Faris sedang berada dalam keadaan yang sensitif. Mudah cemburu pada teman lelaki Reyna, mulai banyak mengatur, dan sangat menjengkelkan Reyna.
Sesampainya di rumah, Reyna menelfon Papanya. Meminta izin untuk rencana hikingnya pada weekend kali ini. Tanpa basa basi, Papa langsung memberinya izin. Papa memang selalu mendukung segala hal yang Reyna ingin lakukan, dan itu sangat memudahkan Reyna untuk melakukan apapun yang ingin Reyna lakukan. Setelah mendapat izin Papa, Reyna pun menghubungi Rio untuk memastikan keikutsertaannya dalam pendakiannya minggu ini. Setelah itu, Reyna menelfon Kak Fahri untuk meminjam tas carrielnya dan langsung menyiapkan segala kebutuhannya. Nampaknya, Reyna benar-benar sangat tidak sabar untuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bring Me My Edelweis
Short Story*** Reyna Senja, abg SMA. Penggemar berat sang bunga abadi Edelweis, melalui seseorang yang mengenalkannnya akan bunga tersebut. Pertemuan dengan beberapa orang yang hanya sekedar datang untuk kemudian pergi pun dimulai. Persahabatannya yang secara...