Part 9

37 1 0
                                    

Beberapa saat setelah hari itu, semuanya berangsur kembali menjadi baik. Sering terfikirkan bahwa Faris adalah sang cinta edelweisnya. Yang mampu memberi Reyna hati yang tulus, melalui sebuah kesederhanaan, dan abadi. Tak sembarang orang bisa memilikinya. Reyna merasa teristimewakan tiap kali Faris memperlakukannya dengan penuh ketulusan. Namun, keadaan lagi-lagi menghalanginya untuk lebih lama merasakan kebahagiaan tersebut.

"Na.."

"Iyaa ris."

"Kalau beberapa hari kedepan gue gak disamping lo. Lo gak papa kan?"

"Maksud lo apa?"

"Iya. Gak sekitaran lo na."

"Lo mau kemana ris.."

"Gue ga kemana-mana na. Gue tetep dihati lo. Gue cuma harus pergi sebentar aja dari sekitaran lo."

"Lo kenapa ris....."

"Gue gasuka dengernya."

"Na...."

"Gue harus pindah ke Bali, Na. Papa dipindahin lagi."

"Serius?"

"Iya, tapi gue pengen lo tetep jadi pacar gue na. Lo bisa kan ldr?"

"Kalau ada waktu, gue janji gue bakal kesini buat nengokin lo."

"Bisa ya, na?"

"Lo percaya ris sama gue?"

"Kenapa engga, na. Gue percaya sama lo, mau lo bisa atau nggak."

*Faris tersenyum*

"Yaa?"

"Tapi ris...."

"Na.."

*Bertatapan*

"Ok."

"Gitu dong..."

"Sini na, gausah sedih..."

*melukreyna*

*ngelusinrambut*

"Jangan bandel ya, na."

"Iya.."

***

Sebenarnya, Reyna merasa sangat enggan untuk berjauhan dengan Faris. Reyna sangat tidak biasa menjalani sebuah pacaran jarak jauh. Dan demi Faris, ia menyetujuinya dengan mudah, sekalipun hatinya sangat enggan untuk hal itu. Beberapa hari setelah hari itu Faris menelfon Reyna untuk berpamitan. Reyna tidak sempat mengantarmya ke bandara karena Reyna dalam keadaan tidak begitu sehat.

"Haloo."

"Na, sayang."

"Iyaa..."

"Udah enakan badannya?"

"Lebih baik ris."

"Faris pamit ya."

"FARIS.....:("

"Gaboleh..."

*reyna nangis*

"Naa.... Gaboleh gitu aah."

"Gue pasti akan sempetin waktu kesini buat nengokin lo. Lo cepet sehat ya. Gue sayang lo na, gue marah kalo lo terus-terusan ga sehat gitu."

"iya.."

"Gue berangkat gapapa?"

"Iya.."

"Love you, na."

"Love you, too."

***

Keesokan harinya,

Bring Me My EdelweisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang