11: Penataran

181 45 72
                                    

"Sepertinya, alam semesta menakdirkan kita untuk selalu bersama."

Althara Fahrezi

***

RIUH piuk kegiatan api unggun sudah mulai terdengar. Semua siswa/i pun mengelilingi api dengan sesekali berteriak dengan bangga bahwa mereka adalah 'Anak Pramuka Hebat'.

Razel yang baru saja tiba langsung mengambil posisi jauh dari kedua sahabatnya. Tak satupun kata terlontar dari bibirnya, otaknya masih mencerna akan penglihatan matanya tadi.

Altha sama si biji cabe tadi lagi ngapain, ya? Lagi gue kenapa tolol banget, sih? Ngintipin gitu aja pake segala ketauan! Kan kalo nggak ketauan gue bisa tau dia ngomongin apaan gitu?! gerutu Razel dalam hati sambil sesekali tangannya mencabuti rumput di depannya. "Dasar tolol!" makinya spontan lalu melempar hasil cabutan rumputnya tepat ke depannya. 

Serbuk rumput itu sudah bersarang di salah satu kepala milik seseorang. "Eeee, aduh ma---" kata Razel menggantung ketika melihat lelaki di depannya itu, kata maaf pun tak jadi ia ucapkan. "Lo?! Kenapa lo mulu, sih?!" 

"Apaan yang lo bilang barusan? Tolol? Gue tolol? Ini apaan maksudnya rumput lo lempar ke gue? Nggak punya mata apa nggak punya otak?"

Razel mendongak, membalas tatapan laki-laki tersebut, tangannya masih asik mencabuti rumput liar persis di bawahnya. "Berkali-kali gue bilang, gue nggak ngomong sama lo! Nih, sama rumput!" umpatnya kepada laki-laki di depannya yang ternyata adalah Rizki si ambalan sialan.

"Ooh, bagus deh, sekalian tuh yang sebelah situ lo cabutin. Itung-itung lo berpartisipasi jadi anak pramuka hebat."

"Idih, nggak minat gue masuk grup pramuka lo!" pekik Razel yang masih mencabuti rumput-rumput liar ini.

"Tuh tuh sebelah situ, banyak yang kuning." kata Rizki lagi.

"Talk to my hand!" ucap Razel lalu mendorong tangannya tepat di wajah Rizki.

"Minta maaf," ucap Rizki singkat lalu mengusap-usap kepalanya berniat membersihkan serbuk rumput liar itu.

"Nggak."

"Oh, nggak mau?"

"Ralat deh, bukan nggak mau, tapi nggak akan pernah."

"LO ITU KENAP---"

"Razella!" teriak seorang perempuan dari belakang, membuat Razel berbalik badan. Begitupun Rizki, ucapannya menggantung lalu matanya mengikuti ke arah sumber suara tersebut. "Ikut gue sebentar, ada yang perlu gue omongin."

"Gak bisa gak bisa! Gue masih ada urusan sama cewek ini." cegat Rizki, telunjuknya menunjuk-nunjuk jidat Razel.

"Urusan gue lebih penting."

"Tetep nggak bisa! Ini orang nih, udah cabut mulu kegiatan pramuka dan sekarang kegiatan api unggun itu penting dan sangat memerlukan ketua sanggah," jawab Rizki yang telunjuknya masih menunjuk-nunjuk jidat Razel. "Dan, lo! Stay here, Razella PutriI!"

Razel hanya bisa menatap perempuan di depannya ini. Ia tak percaya. Ada urusan apa perempuan ini mencari dirinya? Urusan penting? Apa?

"Persetan dengan pramuka! Gue cabut." ucap perempuan tersebut lalu meraih tangan Razel dan pergi meninggalkan Rizki.

"RAZELLA PUTRI!"

KentangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang