13: Pulang

126 20 28
                                    

"Merpati baik akan selalu pulang ke sarang tempat asalnya."

Althara Fahrezi

***

SELEPAS shalat Shubuh semua siswa/i dikumpulkan kembali untuk upacara penutupan acara ini dan kembali ke sekolah masing-masing alias Jakarta. Setelah banyak sekali pidato-pidato yang sudah dikeluarkan, kini semua siswa/i sudah boleh diperbolehkan menaiki tronton kembali dan mengecualikan untuk mereka yang memenangkan lomba.

Mobil hitam berplat nomor Jakarta ini, sudah terparkir mulus di depan mereka. Rizki sudah cengengesan dan sangat bangga hati menerima kehormatan membawa mobil ini sampai ke Jakarta.

"Siap?" Rizki bertanya dengan mimik wajah yang sangat bahagia. Kelima makhluk di depannya pun mengangguk seraya menyetujui omongan kakak ambalan di depannya ini.

Dela yang tengah sibuk memasukkan tas ke dalam tronton mendadak menoleh mendapati Razel yang sudah beranjak memasuki mobil tersebut. Apa daya ia yang harus menaiki tronton kembali? Menciumi berbagai variasi wangi-wangi ketek kembali.

"Aw!" Dela meringis ketika bahunya tertabrak tas yang ia tahu berisi tenda. "Ih, lo tuh, ya!"

"Lagian, ngapain lo mejeng disitu? Udah tau gue lagi mindahin tas. Minggir!" ucap salah seorang lelaki. Siapa lagi kalau bukan Ruslan alias Ucan?

"Bae-bae tuh tulang pada keropos, aki-aki kayak lo nggak boleh ngerjain kerjaan berat kayak gini. Gue sih bilangin aja."

Mata Ucan mulai menjelalat, "Kayak ada yang ngomong, tapi nggak keliatan gitu, herman gue!" ucapnya.

"KALO GUE PUTIH LO BAKAL TERCENGANG NANTI! LO GATAU BULE-BULE SUKANYA SAMA CEWEK ITEM MACAM GUE?!" bentak Dela dengan volume tinggi.

"Mau gue beliin sunblock?" bisik Ucan di telinga kanan Dela.

Dela pun mengernyit. "Itu apa?" balasnya tak kalah pelan di telinga kanan Ucan.

"BUAT MUTIHIN KULIT! HAHAHA---"

"Goblok!"

***

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam 30 menit, mereka pun sampai di Cimory Riverside. Rizki langsung masuk dilanjutkan dengan makhluk-makhluk di belakangnya.

"Ini beli oleh-oleh lo bayarin juga nggak?" tanya Razel asal. Ia menggunakan kemeja putih selutut, rambutnya dicepol asal, dan headphone dibiarkan menggantung di leher jenjangnya.

"Ya, nggak. Hadiah kalian boleh makan sepuasnya aja disini. Oleh-oleh mah beli sendiri!" jelas Rizki membuat lekukan di wajah Razel mengerut.

"Yah, payah!"

Razel pun kembali menelusuri tempat ini, dan mencari susu kesukaan Mamanya. Rutinitas bila ia kesini selalu membeli beberapa susu dengan botol yang besar-besar untuk orang rumahnya. Walaupun rumahnya hanya berisi tiga manusia, botol-botol susu itu akan kosong dalam jangka waktu tiga hari.

"Mau beliin Mama susu yang satu liter kayak dulu lagi?"

Razel menoleh ke arah suara pertanyaan tersebut dilontarkan, Altha. "Apaan?" tanya Razel balik.

Otaknya mulai berputar ketika dulu ia kesini dengan Mama, Papa, dan Altha untuk merayakan Anniversary pernikahan kedua orang tuanya. Disitu, Razel masih memiliki status menjadi wanita paling bahagia seantereo dunia.

KentangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang