12: Menang

196 37 34
                                    

"Rindu yang tak terjamu semacam kemarau yang dihujankan atau benci yang dipaksa untuk mencinta."

Razella Putri

***

"LO ngapain sih, Tha?" tanya Razel yang masih tidak percaya dengan keberadaan lelaki di depannya ini. Satu kelompok kah?

Altha menoleh cepat, "Jelas-jelas yang tadi narik tangan gue itu elo, pake ngerengek minta ditemenin lagi. Jangan tinggalin gue sendiri dong siapapun, gue mohon banget sumpah sama lo. Kalo gue nggak dapet kelompok gimana? Kalo gue nyasar nanti di hutan gimana? Haduh, siapapun lo pokoknya lo harus sama gue! Gue mohon banget pokoknya," jawab Altha memperagakan rengekan Razel, membuat Razel bergidik jijik dengan suara khas wanita yang dikeluarkan Altha.

Lalu, Razel menepuk jidatnya tanda malu. Ia baru mengingat kejadian tadi, sewaktu tubuhnya berputar lalu meraba tangan orang lain dan memintanya untuk menemani dirinya dengan rengekan bodoh seperti itu.

"Nggak, gue nggak kayak gitu tadi!" ujarnya, ia benar-benar tidak punya muka sekarang. Dilihat keempat makhluk lainnya yang sekarang menjadi bagian dari kelompoknya. Matanya menyipit, dan tangannya menunjuk keempat makhluk yang bertengger tepat di depannya. "Lah, gue cewek sendiri?!"

Altha pun ikut memandangi anggota kelompoknya, dan tersadar bahwa hanya Razel cewek sendiri disini. "Lah, iya masa."

Razel kembali menepuk jidatnya. "Ah, demi apa?!" Lalu, matanya mulai menjelalat melihat-lihat sekitar, mencari keberadaan kedua sahabatnya, dan tak satupun helai rambut mereka yang terlihat oleh Razel.

Razel kembali memandangi anggota kelompoknya lalu menghela nafas panjang, yang ia kenal hanyalah Altha dan Mahdi. Dua orang lagi adalah cowok yang entah siapa, tak ia kenal sama sekali.

Suasana kembali hening, pikiran keempat makhluk ini entah kemana. Razel memikirkan satu hal yang ia sudah buang jauh-jauh, tapi tetap saja ketakutan itu mengganggunya.

"Cowok empat, cewek satu, lo semua ngerti maksud pikiran gue nggak?" ucap Razel memecah keheningan lalu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal sedikitpun.

"WAH LO NYANGKA KITA MESUM, GITU?!" tanya Mahdi tidak percaya dengan penuturan pikiran Razel.

"Eh, enggak, kok!"

"Wah, gila! Gue aja yang cowok nggak mikir gitu," ledek Mahdi membuat ketiga anak cowok lainnya ikut meledek Razel.

"IH, ENGGAK!" teriak Razel lalu keempat anak cowok ini malah mentertawakannya. "So, masih ada waktu tujuh menit mending kenalin nama kalian dulu, deh! Gue kan belum kenal." 

"Ah, mengalihkan aja lo!" ledek Mahdi lagi.

"Dasar lo dugong biadab! Urusin tuh badan lo yang segede gaban!" Razel mengalihkan pandangannya ke Mahdi. "Ayo, perkenalan dulu."

"Lo udah kenal gue kan, Zel?" Altha berbisik di telinga Razel lalu mengucek-ucek matanya. 

"Kenalin lagi lah, emangnya mereka semua udah kenal sama lo?"

"Gue Altha,"

"Yang lengkap dong!"

"Althara Fahrezi 11 IPA 1 SMA Vintago."

KentangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang