- Oh, God?! Is He My Boss?! [Part A] -

90.2K 1.5K 38
                                    

My Sexy Boss

By

Kuroyuki Ryu

.

.

.

.

.

Langkah kakiku meringan, bibirku terus membentuk senyum lebar tiada henti. Oh, lihatlah siapa yang tengah berbahagia ini. Jika sebelumnya ada awan mendung tak kasat mata yang bertengger di atas kepalanya, kini sebuah pelangi datang dan menendang awan mendung itu pergi.

Persetan dengan semua orang yang menatapku aneh, aku sedang bahagia sekarang.

Malam ini. Aku. Harus. Berpesta.

Lalu, berbagai macam rencana liar langsung tersusun secara otomatis dalam otak gilaku.

Ah, lantai 23.

Ya! Lantai 23. Aku akan memiliki meja dan komputerku sendiri. Aku harus ke sana. Sekarang.

Sebetulnya aku sedikit bingung. Aku diarahkan untuk langsung bekerja setelah sesi wawancaraku diterima. Dari cerita yang kudengar dari teman-temanku, mereka bekerja setelah HRD menyeleksi hasil wawancara dengan para pelamar lain. Namun... ini berbeda. Perusahaan ini berbeda. Sudah kuduga sejak pertama bertemu dengan HDR bernama Allan itu.

Tapi, bagus. Aku merasa serba mudah dan tidak harus lagi mencari alasan bohongan pada Mommy dan Dad tentang pekerjaanku. Aku punya pekerjaan sungguhan sekarang!

Kembali memasuki lift. Kali ini aku seorang diri. Mungkin jam kerja sudah benar-benar dimulai, pikirku. Aku menekan angka 23 pada tombol pengatur lift dan lift pun mulai berjalan. Sejenak aku mengecek arlojiku, sepertinya jam kerja sudah terlewat beberapa puluh menit lalu. Aku tidak akan dianggap terlambat, bukan?! Aku kan masih pekerja baru yang polos~

Berada di dalam lift seorang diri membuatku leluasa menatap pantulan diri pada dinding kaca di dalam lift. Aku merasa lebih percaya diri sekarang. Namun, aku sedikit terganggu dengan benakku yang bertanya-tanya bagaimana rupa bosku, apakah dia pria tua yang botak dan suka membentak pekerjanya atau tidak. Kalau begitu nyatanya nanti, aku dalam bahaya!

Kepalaku menggeleng cepat, mencoba mengenyahkan pikiran negatif di kepalaku dan aku berdoa semoga bosku tampan dan berhati malaikat.

Bola mataku bergulir ke sisi lain, menilik kembali apakah pakaianku masih rapi sebagaimana semestinya atau ada bagian yang tersingkap atau kusut. Rok atau kerah kemejaku, misalnya. Tidak tertinggal dengan riasan di wajahku yang cantik dan rambutku masih berkilauan.

Oke, semua masih beres, Jessy.

'Ting!' suara dentingan lift berbunyi kala lift juga terhenti yang kuyakini sudah di lantai 23. Aku mengintip keluar sejenak sebelum menarik kakiku keluar. Tidak ramai dan tidak sepi juga. Hanya ada beberapa pegawai yang sibuk berlalu lalang dan seorang resepsionis yang tengah menelpon.

Aku tidak ingin mengambil resiko untuk tersesat di gedung super besar ini, maka aku putuskan untuk mendekat pada wanita resepsionis berambut pirang di sana. Ia masih tidak menyadariku hingga akhirnya ia menyelesaikan panggilan teleponnya.

"Permisi," sapaku seramah mungkin. Senyum bidadari terpasang apik di wajahku.

"Ya, nona. Ada yang bisa saya bantu?" kalimat klise yang biasa wanita pekerja sepertinya lontarkan.

My Sexy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang