My Sexy Boss
By
Kuroyuki Ryu
.
.
.
.
.
Aku menggerutu tanpa sadar. Mulut sialan.
Allan terkekeh menanggapi gerutuanku, aku pun merengut sebal.
"Ayolah, santai saja. Aku bisa menjadi pemandu tur untukmu," lalu ia merangkul bahuku. Allan terlalu seenaknya, tapi sepertinya dapat membuatku cepat akrab dengannya. Setidaknya aku harus punya satu atau dua sekutu di sini.
"Kalau begitu ayo ke cafeteria, perut saya sudah meronta ingin diisi," tanpa menunggunya lebih dahulu, aku langsung menarik tangannya yang sebelumnya merangkul bahuku, menariknya agar mengikutiku berjalan lurus ke depan.
"Heii, kau mau kemana?! Cafetaria di sebelah sana, nona."
Ck, baiklah, aku memang sok tau.
Allan menarik alih tanganku agar mengikutinya ke arah yang berlawanan dariku. Kami berjalan seperti seorang ibu yang menarik paksa anaknya untuk pulang. Oh, Allan benar-benar cocok sebagai seorang ibu nantinya.
Tidak, dia pria. Aku yakin ia berbatang.
Eh, entahlah, aku tidak tahu karena aku belum melihatnya.
Dia terus menyeretku hingga kami memasuki cafeteria sekalipun. Ramai. Satu kata yang tergambarkan olehku. Benar-benar napsu seorang pekerja keras memang buas.
Namun, ada satu meja dengan dua kursi kosong di pojok ruangan yang tertangkap retinaku.
"Ah, itu kursiku!" seru Allan sebelum lagi-lagi menyeretku. Apakah ia dulunya seorang penggembala sapi? Aku bertanya-tanya.
Salah satu kursi ditariknya, mempersilakanku agar duduk di salah satu kursi kosong dan dia menempati kursi di seberangku.
"Kau tahu? Ini meja khususku yang sudah kupesan untuk makan siang setiap harinya," celotehnya tanpa kuminta.
"Oh ya? Curang sekali. Padahal saya yakin ada orang lain yang bisa lebih dulu menempati meja ini."
Diam-diam aku bersyukur karena tidak harus mengantri untuk mendapatkan meja kosong lainnya.
"Hey, aku membayar untuk ini," sergahnya. Dasar orang banyak uang, kesalku dalam hati.
"Jadi, apakah ini hari keberuntungan saya bertemu dengan anda?" ekspresiku seolah-olah senang.
"Wah-wah, mungkin aku dewa Fortunamu, Jessy, boleh kupanggil begitu?" tanyanya meminta persetujuanku. Aku tidak tahu ia memiliki sopan santun untuk hal...ya...yang kuanggap sepele.
"Baiklah. Kalau begitu aku juga akan memanggilmu dengan nama kecilmu," ucapku seraya mengendikkan bahu sekali dan dia tersenyum simpul. Cara berbicaranya yang santai lebih nyaman untukku.
"Tidak masalah, kita bisa berinteraksi dengan santai. Aku malah senang, terdengar akrab untukku. Oh ya, kau bisa pesan sesuatu, aku akan mentraktirmu sebagai ucapan selamat datang, hahahaa..." tawanya renyah, sedangkan kedua bola mataku berbinar senang.
"Oh, Tuhan! Kau benar-benar Dewa Fortunaku!" aku pun langsung menyambar buku menu di atas meja, membalik halaman demi halaman untuk menemukan sesuatu yang menarik. Karenanya aku bisa menyimpan uangku untuk hal lain, wine misalnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/82644917-288-k730396.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sexy Boss
Storie d'amoreAku melihatnya. Dada bidang dengan punggung yang lebar dibalik jas hitam menawannya. Sepasang manik elangnya yang menatap tajam dan seringai seksi di bibirnya, membuatku bergetar. Gerakan tangannya saat membenarkan dasi di lehernya, aku ingin mengg...