- Lunch with Abnormal HRD [Part A] -

75.6K 1.3K 64
                                    

My Sexy Boss

By

Kuroyuki Ryu

.

.

.

.

.

Aku menepi sebentar di koridor, tangan kiriku merogoh saku jas dan mengambil sebuah benda persegi panjang yang sudah berteknologi tinggi di jaman ini.

Aku selalu bertanya-tanya, mengapa mereka rela menghabiskan waktu membuat benda semacam itu. Tapi, terima kasih. Kalian pahlawanku.

Aku mematikan mode pesawat yang kunyalakan sebelum tiba di sini, dan puluhan notifikasi pun memenuhi layar ponselku.

Mommy.

Mommy.

Mommy.

Mommy.

Dan, Mommy.

This's crazy. Mommy meneleponku 12 kali dan mengirimku pesan 13 kali. Sebenarnya berapa banyak tangan yang ia punya. Mommy benar-benar wanita yang tangguh, aku ingin menjadi seperti dia.

Semalam Mommy memintaku untuk menghubunginya sebelum aku pergi wawancara hari ini, tetapi karena pagi yang heboh aku jadi lupa. Sebuah ikon pesan kuklik dan munculah berpesan-pesan Mommy yang sudah seperti kereta. Bahkan kalimatnya sama semua, "Sweetheart, bagaimana wawancara kerjamu?"

Pasti ia hanya meng-copy paste berulang kali.

Tidak ingin membuat Mommy tersayangku khawatir, aku akan membalas pesannya. Ah, mungkin juga harus menghubungi Dad juga. Siapa tahu ia akan mengirimkanku hadiah atas berhasilnya aku diterima bekerja di sebuah perusahaan.

Aku kembali mengambil langkah sembari mengetik pesan balasan, terlalu lama di koridor hanya akan membuang waktu istirahat siang ini sia-sia. Aku belum siap waktu istirahat berakhir, pasti bos gilaku masih gila.

'Dukk!' tanpa sengaja bahuku menabrak bahu orang lain.

Belum sampai aku melihat siapa yang bertabrak bahu denganku dan meminta maaf, suara lainnya mengudara lebih dulu.

'Braakkk!' tanpa peringatan apapun, suara benda metal menghantam lantai terdengar keras. Sebuah ponsel terjatuh dan beradu dengan lantai marmer yang mengkilat. Layarnya langsung retak begitu saja.

"Monster gila!" pekikan seseorang yang sangat-sangat tidak ingin kutemui merusak telingaku. Apa-apaan dia berteriak di tengah lobby seperti itu.

"Kau mau apa, sinting?" tanyaku sengit. Aku masih berdiri dengan ponsel ditangan kiriku, balasan untuk pesan Mommy belum selesai ku ketik.

"Kau membanting ponselku, Jessick!" auman penuh kemarahan kembali merusak telingaku. Ini kedua kalinya dalam selang waktu beberapa detik.

Pandanganku menunduk, menatap ponsel tak berdaya di atas lantai ketika si pemiliknya sedang protes bak monyet berteriak di hutan. Si pirang itu membuat orang-orang sekitar mencuri pandangan ke arah kami, membuat kami jadi pusat perhatian. Dasar pirang sinting tidak tahu malu! Terlalu drama!

"Apa yang kau katakan? Tidakkah kau lihat aku sibuk disini?" ya, mengetik balasan untuk Mommy lebih menyibukan dari pada harus melihat wajah di pirang sinting.

My Sexy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang