Ketika aku melintasi sebuah lorong gelap dengan dinding berwana perunggu, aku mendengar suara nyanyian banyak orang. Nyanyian yang begitu merdu namun menakutkan. Mereka laki-laki dan perempuan. Menyanyikan lagu kematian yang begitu menyedihkan.
Aku berjalan mendekati sebuah pintu besar dimana suara itu berasal. Aku tidak tahu kenapa begitu ingin melihat apa yang mereka lakukan sampai menyanyikan lagu yang begitu menyayat hati.
Pintu besar dengan dua pintu berwarna coklat tua itu terbuka dengan sendirinya saat aku mendekat. Aku dapat melihat dengan jelas, belasan anak laki-laki dan anak perempuan bernyanyi memunggungiku dengan pakaian serba putih dan sebuah bandana yang terbuat dari bunga asli bertengger di kepala para anak peremuan. Mereka berdiri melingkari peti kayu mahoni yang terbuka dan mereka memegang satu ikat bunga berwarna-warni di tiap tangannya.
Aku mendekat, berjalan di rumput hijau yang bersih. Mataku melihat sekelilingku yang di penuhi oleh pohon pinus dan tumbuhan hijau berbunga. Aku pikir ini area luar gedung yang aku lewati dari lorong tadi, namun aku tidak melihat langit saat aku menengadah. Yang ada hanya atap putih tanpa lampu atau apapun yang mengantung di sana. Sebenarnya, tempat macam apa ini?
Ketika aku berhenti menengadah mataku melihat isi peti kayu mahoni yang membuatku terkejut.
Aku melihat diriku sendiri yang tengah tidur berbaring dengan wajah pucat di dalam peti. Mengenakan baju putih yang sama seperti anak-anak perempuan dan ada begitu banyak bunga berwarna-warni di sekeliling tubuhku.
Aku mati..
Aku sudah mati..
Dengan cepat apa yang kulihat berubah menjadi kabut hitam yang gelap. Jantungku bergerumuh menyakitkan, napasku sesak. Aku tidak bisa meraih apapun saat tanganku mengapai mencari-cari sesuatu yang dapat mengeluarkanku dari sini. Lalu sebuah tangan lain dapat kurasakan menarik badanku pada sebuah sesuatu yang dingin. Sesuatu yang mati dengan kesunyian menakutkan.
Aku sempat berpikir jika mungkin aku sudah tiba di akhir kehidupan. Berada di alam lain yang akan menentukan apakah aku akan masuk ke surga atau neraka.
Aku takut.
Aku tidak mau mati sekarang. Tapi tak akan ada yang bisa pergi dari kematian.
Aku tidak bisa meminta hidup kembali walau aku mau. Aku bahkan tidak yakin jika reinkarnasi itu ada.
Aku merasakan sesuatu menggerogoti tubuhku. Ini sakit. Jauh lebih sakit daripada Taehyung mengigitku. Sesuatu itu memakan tubuhku secara perlahan namun menyakitkan. Aku tidak bisa menjerit atau bergerak, tapi aku bisa merasakan sakitnya. Perih dan panas.
Tetap seperti itu sampai aku tidak bisa merasakan apapun lagi. Lalu rasa dingin menyapaku. Dingin yang lebih dingin dari salju. Tapi aku tidak mengigil, aku tidak kedinginan, dan anehnya ini terasa nyaman daripada rasa sakit yang tadi.
Cahaya putih menyilaukan mataku, membuatku terkesiap. Aku bangun dan melihat pemandangan yang menakjubkan.
Hamparan bukit hijau di sekelilingku, begitu luas dan indah dengan pohon mample dan ilalang tinggi di beberapa titiknya. Langit biru terang dengan awan putih yang berjalan di langit tanpa sengatan matahari. Dan aku duduk di sebuah tumpukan bunga warna-warni di depan sebuah pohon mample yang berada di tengah-tengah bukit.
Tempat apa ini?
Apa ini surga?
"Kau bangun?"Aku berbalik, mencari orang yang berbicara padaku tadi.
"Baguslah,"
![](https://img.wattpad.com/cover/101042124-288-k720410.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love & Enemy || Kim Taehyung (V)
FanficAku bermimpi aneh. Melihat seorang laki-laki berambut perak yang berkelahi dengan laki-laki bersayap hitam. Mereka adalah seorang Malaikat dan Iblis. Aku mengenali salah satu dari mereka. Dan sayangnya, bukan si Malaikat. Melainkan si Iblis beram...