Part 12: Anak Iblis

830 76 19
                                    

Disclamer: BTS being BTS
Gendre: Fantasy, Adventure, Romance
Rated: T
Note: di Fake Love banyak ide bermunculan. Di comeback kemarin di chanel Mnet begitu luar biasa. Si jubah berbaju hitam aku tulis adalah si iblis di cerita ini. Sialnya, jalan pikiranku dulu utk menulis ini tertuang di sana. Kenapa kami satu pikiran?
Aku senang imajinasiku jadi kenyataan tergambar jelas di fake love. Luar biasa...,
Aku tidak menyangkanya..

***Anak Iblis***

"Jungkook, dia siapa?"

Aku menunjuk satu anak yang punya mata merah menyala dengan gerakan daguku.
Beruntung Jungkook memahaminya dan melirik pada anak bermata merah itu.
Namun, mata merahnya lenyap sebelum Jungkook sempat melihatnya. Matanya berubah menjadi cokelat madu yang mirip keemasan.

"Oh, hey.., kau tidak boleh ada di sini..," Jungkook menghampirinya, "Ayo, kita ke Barak. Yoora, tunggu di sini dulu. Aku akan kembali dengan cepat." katanya, lalu dia pergi dengan menuntun anak bermata aneh.

Anak itu sempat menatapku lama sebelum menghilang di balik koridor.

Aku menghela napas, lalu kembali ke kamar sementara yang aku tempati. Aku duduk di ranjang setelah menutup pintu, berpikir menyusun rencana untuk menemukan Taehyung dan melawan iblis jika mereka menyerangku.

Aku tidak pandai berkelahi. Sungguh. Aku hanya bisa menghindar dan berlari. Atau melawan dengan alat. Tidak bisa seperti Taehyung dulu yang pernah dengan sengaja menonjok muka iblis yang panasnya melepuhkan tangannya sendiri. Aku tidak bisa seperti itu. Tidak seberani Taehyung.

Aku ingin seperti dia.

Sekelebat aku melihat Hoseok terbang, aku mendekati jendela untuk memastikan. Dia terbang ke utara, lalu mendarat entah dimana diantara banyaknya pepohonan. Di sini dari lantai tiga aku bisa melihat Hoseok terbang agak tertatih-tatih. Sayapnya bergerak diperlambat, pasti ada sesuatu yang terjadi padanya.

Aku berniat pergi ke luar, ke tempat Hoseok. Mungkin dia akan membuka portal ke duniaku. Aku harus memastikannya untuk diam-diam ikut masuk ke portal, bisa saja aku memanfaatkan ini untuk pergi mencari Taehyung, jadi aku bergegas saja pergi ke lantai bawah. Jungkook belum kembali setelah mengantar anak tadi, dia mungkin akan mencariku, maka dari itu aku tadi sempat meninggalkan note di atas ranjang.

Di lorong tidak ada siapapun. Aku pergi dengan cepat, takut kehilangan jejak. Ketika berlari disekitar orang-orang yang sibuk membangun sesuatu aku hampir tersandung batu, anak-anak usia enam tahunan tertawa menertawakanku. Aku tersenyum saja dan memilih pergi ke jalan yang lebih sepi. Di belakang gedung agak sepi, jadi aku bebas berlari masuk ke hutan mencari Hoseok.

Aku tidak terlalu ingat jalan yang Hoseok lalui, sial. Aku berlari mengikuti tebakanku, yang penting ke sebelah utara. Setelah melewati pohon yang kanopinya rapat aku dapat melihat Hoseok. Dia ada diantara pohon jati besar, aku bersembunyi di balik pohon, mengintip Hoseok yang membuka portal dicelah pohon jati.
Hoseok masuk ke celah portal yang sinarnya berkilauan seperti serbuk emas yang sempat ada di sayap putihnya. Aku bergegas masuk ke portal, cahaya yang menyilaukannya membuatku menghalangi mata. Ada hembusan angin sejuk dan wangi manis yang enak. Lalu ketika portal habis aku terhuyung ke depan pintu putih yang besar.

Sekonyong-konyong aku berada di dalam gedung yang atapnya tinggi, semua isi bangunan berwarna putih yang strukturnya kuno yang elegan. Aku tidak mengerti, ini portal lain. Bukan Bumi atau tempat Taehyung berada.

"Ada anak manusia yang lancang masuk ke surga.." aku berbalik dan menemukan satu malaikat berbadan tegap.

Surga katanya?

"Maaf.."
Aku tidak bisa beralasan, mulutku kelu. Malaikat itu diam beberapa saat,
"Pulanglah sebelum yang lain mengetahuimu.." tapi dia berlalu begitu saja, "Di depan mu adalah ruang yang kau cari." ucapan terakhirnya membuatku menoleh ke pintu. Pintu terbuka sendiri dan aku masuk tanpa aku sadari.

Mataku melihat Jimin yang sedang berbaring di peti tanpa sayap putihnya. Aku menangis karena sesak datang begitu memilukan.
Jimin diam tidak bernapas, dia tidak tidur. Dia di dalam peti kayu putih yang ditutup kaca bening.

Apa yang terjadi?
Kenapa Jimin berakhir di sini?
Tidak mungkin dia mati.
Malaikat tidak bisa mati..

Aku menunduk, memeluk peti, menangis tanpa aku dengar suara tangisanku. Aku bahkan berteriak memanggil Jimin, tapi tidak ada yang aku dengar selain hening yang kosong.

Tuhan, maafkan aku...
Maafkan aku....

"Yoora..,"

Aku menoleh ke pintu, di sana Hoseok berdiri. Dia berjalan padaku dengan gelengan kepala dan bibir yang berucap tanpa suara.

Aku tuli lagi.

Aku ikut menggeleng ketika Hoseok mencoba membawaku pergi dari sana. Aku semakin memeluk peti, dan Hoseok semakin berusaha menarikku keluar dari sana.

"Sadar! Ini bukan tempatmu!"

Hoseok membawa pandanganku ke tempat lain. Dia menunjukkanku sebuah lukisan di dinding. Lukisan hidup yang menggambarkan reruntuhan pedesaan kosong di kaki bukit, di atas reruntuhan ada dua orang yang berkelahi. Satunya berambut perak, satu lagi berambut merah.
Lalu aku menjeritkan nama Taehyung...
Kemudian semua yang aku dapati adalah gelap dan rasa hampa pada tubuhku.

To be Continued

Love & Enemy || Kim Taehyung (V) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang