Part 10: Enemy and Enemy

624 83 5
                                    

Aku berjalan menyusuri pepohonan. Masih di dalam hutan. Hujan malam tadi membuat jalanan jadi basah, becek dengan tanah yang terus melekat menumpuk di sepatu botku.

Aku belum berhasil menemukan Taehyung. Aku hampir menyerah.
Makanan buruanku habis. Air minumku hanya tinggal satu kali tegukan.

Ini sudah dua hari berlalu sejak Taehyung menghilang. Aku berjalan dengan instingku. Berharap bisa sampai pada Taehyung atau Jungkook atau siapapun orang yang masih hidup.

Suara tetesan air dari dahan pohon terdengar di teligaku. Menetes ke tanah lapang yang mempunyai satu lingkaran kecil air yang sudah jenuh diserap tanah. Airnya berwarnakan tanah. Ada sejumput lumut tanah yang mengambang diantaranya, dan aku melihat wajah tirus perempuan dengan rambut lepek yang basah di permukaannya.

Oh. Itu aku.

Hanya dua hari aku bisa sekurus ini?

Burung-burung berterbangan dari arah timur, mereka terbang bergerombol dengan terburu-buru. Aku mendongkak, melihat ada yang salah dengan cara mereka terbang. Aku melirik asal mereka terbang, di timur pasti ada sesuatu yang membuat mereka ketakutan. Bagus. Itu petunjuk bagus.

Aku tanpa berpikir lagi berlari ke arah timur. Beberapa kali tergelincir tanah basah. Pohon di sekitar sini begitu rapat. Kulit pohonnya kering walau daunnya basah. Ada tupai yang melompat-lompat dari dahan kering. Ada bau busuk aneh di sekitar tempat yang aku lewati.

Samar-samar aku mendengar suara langkah kaki lain. Aku diam, cepat-cepat bersembunyi di balik pohon dengan banyak tumbuhan yang daunnya terlihat seperti tumbuhan ganja.

Langkah kaki tadi tidak terdengar lagi. Aku sempat berpikir jika aku mulai berhalusinasi karena dehidrasi. Tapi tidak, aku masih bisa melihat dengan jelas bagaimana rupa semut hitam yang berjalan di dedaunan menuju batangnya.

"Ah!"
Tanpa aku sadari, dengan gerakan cepat yang tidak bisa aku hindari seseorang mengunci lenganku. Dua-duanya ditarik ke belakang tubuhku. Dan dia membuatku terjatuh menunduk di tanah basah.

"Kau pikir kau pintar hah?"

Suaranya adalah laki-laki. Suara ini tidak aku kenali sebelumnya. Apa si iblis berhasil menangkapku?

"Lepaskan!"
Aku memberontak. Namun, dia menekankan tubuhku di tanah. Sengaja membuatku tengkurap di tanah dengan lutut yang menekan punggungku.

"Kau payah. Masih mau melawan?"

"Bajingan iblis! Lepaskan aku!" aku tidak bisa melihat wajahnya. Tapi ada sebunjuk bulu putih dengan serbuk emas jatuh di depan wajahku yang miring dengan sebelah pipi menyentuh tanah.

Hanya satu orang yang aku kenal dengan bulu seperti ini.

"Jimin?"

"Ow, kau masih ingat dengannya?"
Tapi aku tahu, dia bukan Jimin. Suara dan tindakannya tidak seperti Jimin.

"Siapa kau?! Iblis??"
Kepalaku di tekannya di tanah, aku memekik.

"Jangan sebut aku begitu hina." dia marah, tapi bicaranya masih dengan nada yang sama.

"Lepaskan aku! Siapa lagi yang punya sayap selain iblis?!" aku memberontak lagi.

Tapi dia semakin menekanku ke tanah.

"Ada banyak yang punya sayap."
Lalu serta merta dia menarikku bangun. Mendorongku sampai aku kembali jatuh ke tanah.

"Sial-"
Aku melihatnya. Melihat rupa dan sosoknya. Dia bukan malaikat, bukan juga iblis. Ada sepasang sayap yang berbeda di punggungnya. Sayap kanan adalah yang warna putih dengan serbuk emas yang bulunya sempat jatuh tadi. Dan sayap kiri adalah sayap berwarna hitam jelaga dengan satu tanduk di perpotongannya, mencuat tinggi dan tajam.
Matanya melirik padaku dengan sapuan tajam dari korneanya yang biru, biru seperti lautan. Lebih menenangkan dari pada melihat sayapnya yang mengerikan.

Mahkluk apa lagi ini?

"Kau kuat juga." katanya.
Dia berdiri di depanku, dengan pakaian yang manusiawi. Ripped jins, dan kaos polo hitam.

"Kau itu apa? Kenapa setengah-setengah?" aku beringsut ketika dia menunduk dan mencengkram pipiku.

"Jaga mulutmu. Aku benci dipanggil begitu." tangannya menghempaskan wajahku, pening sekilas menderaku.

Dia berbalik melirik ke arah barat, diam sebentar sebelum mendesah.
Aku hanya memperhatikan bagaimana pakaiannya yang rapih walau bagian sayapnya sengaja di beri ruang sobekan. Dia terlalu manusiawi untuk disebut iblis atau malaikat.
Aku berdiri diam-diam, hendak berlari tapi dia melirikku,

"Diam ditempatmu. Si iblis sedang mencarimu." katanya.

Dia tahu aku dicari si iblis. "Kau siapa?" aku kembali bertanya lagi, matanya yang biru lebih bersinar diantara kulit wajahnya yang kecokelatan. Dia punya warna kulit yang bukan malaikat, warna tan.

"Kau tidak perlu tahu. Sekarang ikut aku, aku akan menuntunmu pada Jimin."

Perkataannya yang ini mengejutkanku.
"Kau tahu Jimin? Dimana dia? Apa kau temannya?"

"Diamlah. Aku kemari karena si dungu itu menyuruhku." dia mendekat lagi padaku.
"Bersihkan dirimu." katanya.

Aku baru sadar, tanah basah masih ada di pipiku. Aku membersihkan tanah dari seluruh tubuhku, setelahnya aku pandangi dia dengan tajam. "Kenapa kau memperlakukanku buruk sekali?"

"Dia ada disekitar sini."
Aku tidak tahu apa maksudnya.
Dia dengan tiba-tiba meraihku. Menggendongku di lengannya.

"Apa yang kau lakukan?!" aku berseru, antara terkejut dan takut.

"Aku Hoseok, tenang saja. Kau akan aman di tanganku. Aku sepupunya Jimin." katanya

Sayapnya mengepak dengan luwes, angin menepak wajahku. Aku meraih bahunya untuk pegangan.

Apa katanya?
Sepupunya Jimin?

"Kau apa?"
Dia terbang, diantara ujung daun pohon. Kepakan sayapnya berisik, angin menulikan sedikitnya pendengaranku.
Lalu aku ingat satu hal.

Taehyung..

"Oh! Tidak! Berhenti! Aku harus mencari Taehyung!" keningnya berkerut.
"Hentikan!"

Dia melirikku, "Kenapa?"

"Aku harus mencari Taehyung, dia dibawa iblis.."

Dia mendesah. "Dia tidak akan selamat. Jangan pedulikan lagi!"

"Karena itu, aku tidak boleh terlambat. Aku harus cepat-cepat menolongnya!"

"Kau ini mengerti tidak sih?! Dia sudah mati!"

Sialan. Kenapa dia berharap Taehyung mati.
Dadaku bergerumuh, marah dan takut kata-katanya benar,
"Apa?! Taehyung belum mati! Dia hanya sekarat, dan aku harus menolongnya! Lepaskan aku!!"

Aku tidak tahu kekuatan apa yang berhasil membuatku lepas darinya, dan sialnya aku lupa kami sedang terbang.
Aku terjatuh.
Terayun diantara angin. Aku dapat melihat Hoseok terbang di atasku, hendak meraihku.

Warna matanya yang biru itu serupa dengan warna langit hari ini. Mataku menoleh ke langit yang biru tanpa awan, lalu mataku buta. Aku terhempas pada sesuatu yang basah dan dingin.

Telingaku ikut tuli.
Yang aku tahu aku melayang diantara basah. Meluncur ke bawah dengan gerakan lambat yang menyiksa paru-paru.

Aku tidak bisa bernapas. Ketika hidungku berusaha meraih oksigen, yang aku dapatkan hanyalah basahan yang menyengat paru-paruku.

To be Continued

Love & Enemy || Kim Taehyung (V) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang