DUA BELAS

196 27 16
                                    

Happy reading guys:))

***

Aku melirik jam ditanganku. Sudah pukul 7 malam. Ku hentakkan kaki ku dengan kasar sambil berdecak keras. Pasalnya, Abrega tak kunjung datang. Padahal tadi dia bilang bahwa sekitar sepuluh menit lagi dia sampai. Namun nyatanya sudah hampir setengah jam aku menunggu dan dia tak kunjung terlihat. Aku menyalakan ponselku, lalu mencari namanya di daftar kontakku dan kemudian menekan simbol telpon.

Tuutt tuuutt

"Sabar beb, macet banget tadi." Abrega langsung berbicara, padahal aku belum menyapanya, apalagi bertanya.

"Macet di mana?"

"Di kamar mandi hehe." Dia tertawa. "Lima menit lagi ya." Lanjutnya.

"Jadi lo baru berangkat?"

"Ssttt... Udah ya Liv, gua lagi nyetir ini. Nanti kalo ketauan polisi ditangkep. Ntar lo sedih. Dimatiin dulu ya beb. Jangan lupa dandan yang cantik."

"Beris.. Halo.. Rega.."

Ahh shitt!!
Dia mematikan telponnya. Dasar anak tengil!

Sambil menunggu Rega, biar sedikit aku ceritakan mengenai dia. Dia itu anak baru disekolahku. Aku juga bingung mengapa dia pindah sekolah padahal UN sebentar lagi. Pertemuan pertama ku dengannya, sama dengan pertemuan pertama ku dengan Raka. Tabrakan! Seperti drama korea. Bedanya, Raka tipe cowok cool dan Abrega tipe cowok tengil.

Entah mengapa, Abrega selalu datang disaat aku rapuh. Disaat semua orang selalu melihatku sebagai perempuan yang ceria, hanya dia yang melihatku sebagai perempuan yang cengeng. Dia juga lelaki yang sudah mengambil first kiss ku. Aku marah? Jelas! Tapi sayangnya, aku sering membutuhkannya, karena dia yang tau kesedihanku, meskipun dia tak tau penyebab kesedihanku. Entah tak tau, atau pura-pura tak tau.

"Honey."

"Eh daddy." Aku terkejut, lalu sedikit menengadahkan kepalaku. Melihat daddy yang berdiri disebelah kursi ku.

"Kamu belum berangkat?"

"Aku nunggu temen dad."

"Yang itu?" Aku mengikuti arah jari telunjuk daddy. Sedetik kemudian aku berdiri dari kursiku dan melotot ke arahnya.

Dia berdiri sambil bersandar di mobilnya. Melipat kedua tangannya sambil tersenyum. Kemudian dia berjalan mendekat ke arah ku dan daddy.

"Malam om. Saya Abrega, teman sekelas Oliv." Dia tersenyum ke arah daddy, sambil mengulurkan tangannya.

"Malam." Daddy membalas senyumannya dan juga uluran tangannya. "Kenapa kalian belum berangkat?" Lanjut daddy sambil menatap kami bergantian.

"Kok lo udah di sini? Kapan datengnya?" Aku bertanya masih dengan kebingunganku.

"Ayo Liv, nanti kemaleman." Dia malah menarik tanganku. "Kita berangkat dulu om." Lanjutnya.

"Iya, hati-hati." Daddy menepuk bahuku.

"Ah iya dad, aku berangkat ya," ujarku masih dengan wajah bingung.

"Salam untuk Raka ya honey."

Aku mengangguk, lalu masuk ke dalam mobil Abrega.

"Sejak kapan lo sampe rumah gue." Aku membuka suara ketika kami sudah berada di dalam mobil.

Dear Friend... I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang