EMPAT

293 68 33
                                    

Terimakasih yang sudah membaca, memvote dan memberikan komentarnya. Luv u guyss😘

Happy reading.

*

Olivia's POV

Entah sudah berapa banyak tissu yang bertebaran di lantai kamar ku. Aku juga tidak tau sudah berapa lama aku menangis. Bahkan aku baru tersadar bahwa aku belum mengganti seragam sekolah ku. Aku kembali teringat kejadian disekolah tadi siang.

Aku mengajak Raka untuk berbicara saat jam istirahat. Aku hanya penasaran terhadap sosok perempuan yang sedari pagi banyak dibicarakan oleh seluruh siswi di sekolah. Perempuan yang berhasil masuk dan duduk di dalam mobil Raka, selain aku. Aku cemburu? Jelas! Apalagi kenyataan bahwa Raka tak pernah memberitahuku mengenai perempuan itu. Raka itu badboy. Tapi dia kaku, tak pandai mengekspresikan perasaannya pada wanita. Berapa banyak wanita yang mendekatinya dan menyatakan perasaannya, tak ada satupun yang ia tanggapi kehadirannya.

Itu yang membuat aku banyak berharap kepada lelaki itu, teman ku selama enam tahun ini. Hanya aku yang bisa memarahinya, hanya aku yang bisa menyentuhnya, memeluknya bahkan aku juga yang selalu mendapatkan kecupan setiap malamnya. Baginya itu tanda pertemanan, sekali lagi, itu menurutnya! Tapi tidak dengan ku. Aku mulai menyukainya, sejak dua tahun yang lalu. Aku rasa kalian juga akan merasakan seperti apa yang aku rasakan, jika kalian berada di posisi ku. Disayangi, dijaga dan diperhatikan.

Tadi siang, saat bel istirahat berbunyi, sebenarnya aku langsung menuju kantin. Aku disambut dengan kenyataan bahwa Raka ku sedang menggenggam wanita lain. Raka ku? Ah sejak kapan aku menobatkan dia sebagai milikku? Tangan itu mengelus punggung tangan perempuan dihadapannya. Runtuh sudah, aku tak bisa menahan air mataku. Dadaku sesak, sangat menyakitkan.

Drrrt drrtt

Aku mengangkat wajahku yang tadi sempat ku tenggelamkan di dalam boneka pemberian Raka. Kini tanganku mulai meraba nakas yang tepat berada di samping tempat tidur. Tertera satu notifikasi di layar handphone ku.

AP : Keluar Liv!

Kening ku berkerut dan aku sedikit menggaruk leherku yang tidak gatal. 'AP? Siapa dia? Apa mungkin dia penjahat yang mau menculik ku? Tapi dari mana dia mendapat ID Line ku?', aku membatin. Masih dengan perasaan takut, aku mencoba untuk membalas pesan itu. Namun, belum sempat aku mengetiknya, pesan selanjutnya sudah kembali datang.

AP : Gak usah takut Liv. Gue temen lo kok(.

Aku tidak membalas pesan itu.

Dengan malas aku turun dari ranjang kasur dan segera berjalan keluar, masih dengan mata yang sembab dan perasaan takut. Aku membuka pintu rumah ku dengan perlahan, bersiap dengan apa yang akan terjadi.

Kleekkk

Tak ada siapapun di luar, perasaan takut ku semakin besar. Bayangan seorang penculik yang sedang bersembunyi disekitar ku, sedang bersiap-siap dan akan muncul sebentar lagi. Aku segera berbalik dan meraih knop pintu. Baru selangkah aku membalikkan badan, ada sebuah tangan yang menggenggam tanganku. Aku terkejut. Dengan mata yang terpejam dan mulut yang tak berhenti berdoa, aku mulai membalikkan badanku. Aku rasa tak ada pergerakan darinya. Dia sama sekali tidak membekapku atau menggendongku menuju mobilnya. Perlahan aku membuka mataku.

Dear Friend... I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang