TIGA BELAS

178 19 12
                                    

Happy reading guys

****

"Gue nanya serius onta!" Aku mencubit lengannya.

"Awwhhh." Dia meringis, sambil mengelus lengannya yang tadi kucubit. "Kepo banget sih, paling mau minta traktiran." Lanjutnya.

"Haha iya lah, PJ! Karena ini pertama kalinya lu pacaran, jadi PJ nya harus spesial ya. Iya gak Vi?" Aku melemparkan pandanganku ke arah Via, dia tertawa. "Abrega juga harus dapet ya."

"Terserah lo deh, atur aja ya nona," ujar Raka.

Via berdiri dari tempat duduknya. "Udah malem kak, aku pamit pulang dulu ya."

"Yaelah Vi, masih sore kali. Baru jam 8." Raka bersuara dengan nada kecewa.

Iya, udah malem. Gak usah dengerin Raka. Pulang aja sana. Kalo lo pulang, ntar gue tinggal nyuruh Rega balik. Biar gue yang jagain Raka. Hati jahatku berteriak.

"Iya, ini udah malem. Cewek gak baik pulang malem-malem. Lo kesini naik apa?" Tiba-tiba Abrega bersuara.

"Naik taxi kak."

"Mau bareng sama gue sekalian?"

Aku kaget mendengar tawaran yang diberikan Abrega kepada Via. Aku menoleh ke arahnya, lalu dia menatapku datar. Kemudian aku palingkan wajahku menatap Via, dari matanya, dia seakan sedang berbicara kepada Raka, meminta izin mengenai tawaran Abrega tadi.

"Kalo pulang sendiri gak bisa?" Raka bertanya kepada Via dengan suara yang terdengar sedikit dingin. Mungkin dia cemburu.

"Aku naik taxi aja deh kak. Makasih tawarannya." Via menjawab pertanyaan Abrega tadi dan menghiraukan pertanyaan Raka.

"Cemburuan banget ya si Raka." Kali ini suara Abrega terdengar sinis.

"Selo bor, bukan gitu maksud gue. Niat gue baik kok, takut nanti Via ganggu lu sama Oliv. Iya gak Liv?" Raka malah melemparkan pertanyaannya padaku.

Ah ada apa sih dengan kami. Sedari tadi terkesan kaku, apalagi dengan saling lempar pertanyaan seperti ini.

"Gue balik sendiri kok." Abrega menekankan kata 'sendiri'. "Oliv kan harus nemenin lu dulu, sampe nanti orang tua lu dateng."

"Eh." Aku tidak tau harus menjawab apa. Mengatakan 'tidak', tapi aku ingin. Mengatakan 'iya', tapi aku tidak memiliki alasan apapun. Raka juga tidak memintaku untuk menemaninya.

"Gak usah Liv, lo balik aja sama Rega. Gua sendiri aja gpp. Sekalian nih, gue nitip Via."

"Nitip nitip. Emang aku peliharaan." Via protes.

"Peliharaan hatiku," ujar Raka sambil tertawa. Yang digoda lalu bersemu merah.

"Jijik ah. Udah ayo balik." Aku bersuara.

"Balik dulu bro." Abrega menepuk pundak Raka, lalu berjalan keluar.

"Istirahat ya kak, biar cepet pulih. Aku pulang dulu," ujar Via.

Ah Via, dia merusak mood ku malam ini. Aku tidak berpamitan pada Raka, lalu mengikuti langkah Abrega dari belakang.

"Ga, tungguin gue kek," ujarku, dengan sedikit berlari, berusaha mensejajarkan langkah.

Dear Friend... I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang