Hujan deras terlihat memadati jalan, semua orang menghentikan perjalanan masing-masing agar tidak kebasahan.
Sementara itu, dia terjebak di dalam sebuah kafe berbintang. Niatnya ingin kembali saja dengan mobil mewahnya, tapi sepertinya suasana hangat dalam kafe membuatnya enggan untuk beranjak.
Ia menopang dagu menatap keluar kaca yang tembus pandang itu, rasanya hujan memang sering membawa kesedihan di hatinya. Terlebih aroma dari kopi yang ia pesan terus mendesak otaknya untuk memikirkan seseorang yang jauh di sana.
Dalam hati bertanya-tanya, masih ingatkan pria itu padanya? Adakah niatan pria itu untuk kembali dan menghapus kerinduan dalam dirinya? Lalu, apa mungkin pria itu telah bahagia bersama wanita lain dan melupakannya?
Ia menggeleng.
Tak setega itu pikirannya menuduh cintanya yang bukan-bukan, dia sangat yakin suatu saat nanti penantiannya akan berakhir, lalu pria itu akan melamarnya dan mereka pun menikah. Dan akhirnya, sang Putri pun hidup bahagia selamanya. Tamat.
Terdengar indah bukan?
Karena itulah dia tetap menunggu, mencari pria lain juga percuma, hampir semua pria tak pernah cocok dengan level kehidupannya.
"Sakura!"
Ia berjingkat mendengar suara nyaring itu, terlihat di ponselnya wajah beberapa sahabatnya yang memberikan seringai padanya.
"Ada apa?" jawabnya dengan bermalas-malasan.
"Keluarlah, kami akan mengantarmu pulang, jika saja kau punya suami kami tak mungkin sekhawatir ini."
Sakura mendengus kasar,
"Aku bisa pulang sendiri, tak perlu bantuan kalian," ujarnya sinis, separuh kesal."Ayolah, jangan marah begitu, kami hanya mengatakan yang terbaik untukmu, umurmu sudah tua, kau harus segera menikah." Terdengar derai tawa yang membuat dada Sakura terasa sangat nyeri, meskipun itu hanyalah candaan belaka.
Dengan wajahnya yang dingin dan tak tersentuh itu, Sakura mematikan ponselnya kemudian memutuskan meninggalkan kafe. Tak ada gunanya dia menerima ajakan teman-temannya, dia akan semakin dipojokkan nanti.
Lagi pula, mood Sakura terhadap suasana kafe sudah berganti dengan kekesalan akibat perkataan 'suami' yang keluar dari mulut ember temannya.
Sakura melangkah keluar dengan membusungkan dada, menunjukkan kekuasaannya yang tinggi. Semua orang menatapnya kagum namun tak berani tersenyum, wanita yang terkenal dingin dan tak tersentuh itu tidak akan sembarangan membalas senyuman pada orang yang dianggapnya rakyat jelata. Kejam memang, tapi inilah dirinya.
Di dalam mobil, ketiga temannya serta suami mereka masing-masing hanya menggelengkan kepala melihat keangkuhan Sakura dari jauh.
"Dia itu terlalu kaku, bagaimana bisa mendapatkan suami?"
Benar, mungkin tak akan ada pria yang tahan dengan keangkuhan Sakura, jikapun ada maka biarkan pria itu menjadi suami Sakura.
•
•
•"Will you marry me?"
Seorang pria berambut cokelat berlutut di hadapan Sakura dengan memasang wajah 'kerendahan hati' yang menurut Sakura sangatlah menjijikkan. Baginya, ekspresi yang tercetak di wajah pria itu menunjukkan kepalsuan belaka. Dan ia tahu itu. Semua lelaki itu sama, hanya menginginkan hartanya, bukan cintanya.
"Are you kidding me? Stay away from me!"
Sakura meninggalkan pria itu begitu saja. Meninggalkan tanda tanya besar di otak pria itu. Apa ia berbuat salah dengan melamarnya secara langsung? Bukankah itu menunjukkan tanda keseriusannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Man in Contract [ON HOLD]
FanfictionFanfiction Naruto kolaborasi dua author, @maulidyaandini dan @AdindaKasih Cover by @wicksn Siapa yang tidak ingin menikah? Tentu saja menikah adalah sebuah anugerah yang diimpikan oleh setiap wanita. Namun hal itu tidak berlaku bagi Haruno Sakura, y...