MiC [14]

6.8K 466 342
                                    

"Aku tahu kau pasti memiliki keinginan yang sama denganku, bukan? Bahkan mungkin kaulah yang lebih menginginkan perceraian ini," ujar Sasuke memulai pembicaraan.

Nadanya terdengar sangat serius dan ekspresi wajahnya terlihat datar namun tatapannya tetap tajam, seperti saat pertama kali mereka bertemu.

Sakura langsung mendelik tak suka karena ucapan Sasuke itu. "Jangan berkata seolah-olah sumber masalah dari semua ini adalah aku. Kau juga salah!"

"Siapa? Aku? Haha, siapa juga yang menyalahkanmu. Atau kau memang merasa kalau semua ini adalah salahmu, eh?"

"Brengsek!" Sakura langsung menggebrak mejanya keras, seraya menggerutukkan giginya penuh emosi. "Sebaiknya kau jangan buang-buang waktuku. Aku harus kembali bekerja."

"Kalau kau mau kembali bekerja, silahkan. Aku tidak peduli. Tapi ingat, kita harus bercerai secepatnya," ujar Sasuke dengan seringaian liciknya.

Dada Sakura langsung bergemuruh keras. Ia benar-benar membenci Sasuke saat ini. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya, Sakura benar-benar telah jatuh cinta pada pria itu.

Namun Sakura menahan perasaan itu agar dia tidak jatuh lebih dalam lagi. Sebisa mungkin, ia harus menyimpan dendam sebanyak-banyaknya pada Sasuke. Agar Sakura bisa melupakan segala kenangannya dengan pria itu.

"Baiklah, biar aku yang urus semuanya. Kalau kau menginginkan sesuatu, katakan saja padaku. Tenang saja, aku akan bertanggung jawab," ucap Sakura yang setelah itu langsung beranjak meninggalkan Sasuke di tempat.

Mungkin adalah sebuah mimpi bagi Sakura jika Sasuke akan memanggilnya untuk berhenti dan kembali. Pada kenyataannya, pria itu hanya diam menatap kepergiannya seolah-olah Sakura tidak diinginkan lagi oleh pria itu.

"Semoga kau lebih bahagia dengannya, Sakura." Sasuke menghela napasnya berat. Sungguh, bukan maksud dirinya untuk melepaskan wanita itu. Tapi Sasuke yakin, Sakura akan bahagia apabila dia hidup bersama Naruto sepanjang hidup.

Namun Sasuke tidak tahu, jauh di sana, Sakura tengah menangisi semua ini. Tidak, Sakura tidak merasa bahagia sama sekali. Jika egonya tidak sebesar ini, mungkin sekarang juga Sakura akan berteriak dan memohon maaf pada Sasuke atas segalanya.

Tapi semuanya telah terjadi, bukan? Ini takdir, tidak ada seorang pun yang tahu tentang permainan hidup itu.

"Kau akan selalu mempunyai tempat khusus di hatiku, Sasuke. Maaf, karena aku harus memilih jalan ini."

"Jika dia memang untukku nanti, biarkan dia kembali padaku, Tuhan. Jangan biarkan jalan kami menjadi lebih sulit lagi setelah ini."

"Sudah lama menunggu, Sakura?" tanya Naruto dengan langkah tergesa-gesanya.

Sakura menggeleng pelan, ia pun tersenyum semanis mungkin. "Tidak kok, aku juga baru sampai."

"Syukurlah, kukira kau akan marah nanti-"

Sebelum kalimat Naruto sepenuhnya selesai, Sakura langsung memeluk pria itu dengan erat. Naruto yang mendapat perlakuan mendadak itu, langsung mengodisikan dirinya.

Pada akhirnya, Naruto membalas pelukan wanita yang ia cintai itu.

"Ada apa, hm? Katakanlah semua yang kau rasakan, Sakura. Aku di sini akan mendengarkan," ujar Naruto seraya mengelus punggung Sakura pelan.

Sakura hanya menggeleng lemah di pelukan Naruto. "Tidak, aku tadi baru saja mengurus surat perceraian. Itu saja."

Naruto menatap Sakura keheranan. "Surat perceraian? Kau yang urus? Kenapa kau? Kenapa bukan Sasuke?"

Man in Contract [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang