PRAANG!
"Sakura!"
Tubuhnya tersentak, kesadarannya seolah-olah dijatuhkan dari langit. Sadar kalau dirinya telah memecahkan sebuah piring hanya karena melamun, Sakura mendengus kasar lalu mengusap wajahnya frustasi.
Mebuki dengan tatapan khawatir, langsung menghampiri Sakura.
"Kami-sama! Kau kenapa, Sakura!?"
Sakura menggeleng lemah. Bibirnya terpaksa terangkat membuat seulas senyuman untuk meyakinkan Mebuki, kalau ia baik-baik saja.
"Tidak. Aku tidak apa-apa, Kaa-san. Mungkin aku hanya kelelahan," jawab Sakura berusaha seceria mungkin.
Mebuki mendengus. Ia tidak sebodoh itu untuk dibohongi anaknya sendiri. Ia tahu, pasti ada sebuah masalah yang sedang dihadapi Sakura.
"Kaa-san tahu, pasti ada sesuatu yang membuat pikiranmu kacau." Mebuki menarik kedua tangan Sakura, lalu menggenggamnya erat, penuh kasih sayang. "Kau bisa cerita pada Kaa-san, Sayang."
Sakura menggeleng, lalu terkekeh pelan. "Bukan masalah besar. Jangan khawatir, Kaa-san. Anakmu ini baik-baik saja."
Mebuki hanya bisa menghela napasnya pelan. Sakura, anak yang keras kepala memang. Dia tidak akan membiarkan orang lain ikut bersusah payah menangani masalahnya. Sampai kapanpun, kecuali kalau kondisinya sudah mendesak.
"Yah... kau memang keras kepala, Sakura." Mebuki mengelus rambut Sakura pelan. "Kalau ada sesuatu, datanglah pada Kaa-san, ya?"
Sakura mengangguk. "Ya, Kaa-san."
"Janji?"
Sakura langsung memeluk Mebuki erat. "Janji!"
•
•
•Sudah tiga hari, semenjak kejadian 'itu', Sasuke menginap di kafenya. Dia bahkan tidak pulang dan tidak menghubungi Sakura sama sekali.
Jujur saja, dirinya sangat marah. Bukan hanya sekedar kesal. Pengkhianatan adalah sebuah kesalahan yang sangat sulit untuk dimaafkan. Hanya orang gila yang mau memaafkan sebuah pengkhianatan.
"Tuan, ada yang ingin menemuimu," ujar salah satu pegawainya yang tiba-tiba memasuki ruangannya.
Sasuke mendelik tajam. "Biasakan mengetuk pintu sebelum memasuki ruanganku."
Pegawainya itu hanya cengengesan mendengarnya. "Gomen, Tuan."
"Siapa orang itu?" tanya Sasuke tak minat.
"Um... kalau tidak salah, namanya Uzumaki Naruto."
Sasuke mengernyitkan kedua alisnya. "Uzumaki? Siapa dia?"
"Ah, saya juga tidak tahu, Tuan."
Sasuke mendengus. Dasar pegawai tidak berguna.
"Ya sudah. Kau bisa keluar."
"Baik, Tuan."
Setelah memberikan hormat, pegawai itu pun langsung keluar dari ruangannya.
Sasuke memijat pangkal hidungnya, seraya bertanya-tanya.
Siapa itu Uzumaki Naruto?
•
•
•"Pasti anda tahu siapa saya, kan?"
Sasuke cukup terkejut dengan sosok yang ingin menemuinya ini. Namun dengan cepat, ia menutupi keterkejutannya dan menatap Naruto datar.
"To the point." Sasuke duduk berhadapan dengan Naruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Man in Contract [ON HOLD]
FanfictionFanfiction Naruto kolaborasi dua author, @maulidyaandini dan @AdindaKasih Cover by @wicksn Siapa yang tidak ingin menikah? Tentu saja menikah adalah sebuah anugerah yang diimpikan oleh setiap wanita. Namun hal itu tidak berlaku bagi Haruno Sakura, y...