MiC [13]

6.3K 515 320
                                    

Sakura sudah duduk dengan nyaman di kursi makan, sesekali ia melirik jam dinding. Makan malam kali ini dia sendiri yang memasaknya khusus untuk Sasuke.

Setelah tadi Mebuki mengajari anaknya itu memasak secara mendadak karena Sakura terus memaksa, akhirnya dengan usaha yang keras makanan-makanan lezat itu telah tersedia rapi di atas meja makan.

Sakura berharap, Sasuke akan menyukainya. Dan kalau bisa memaafkannya juga, itupun kalau bisa. Sakura tak ingin berharap lebih dulu untuk saat ini, Sasuke ingin bicara dengannya saja ia sudah sangat bersyukur.

Deru mobil terdengar dari bawah, sepertinya Sasuke sudah pulang. Sakura tersenyum sumringah, ia berdiri dan berlari kecil menuruni tangga.

Langkahnya berhenti tak jauh dari pintu yang sudah dibuka lebih dulu oleh Sasuke. Tatapan mereka bertemu, datar dan penuh harapan.

Sakura mencoba untuk tersenyum manis menyambut kepulangan suaminya, dia berjalan ke arah Sasuke namun dengan segera Sasuke melangkah berlawanan arah darinya.

"Sasuke tunggu!"

Sasuke berhenti, membelakangi istrinya. Ia dapat mendengar Sakura tengah berjalan ke arahnya, dan kini berhenti tepat di depannya.

"A-aku sudah siapkan makan malam untuk kita, ayo makan bersama."

"Maaf, tapi aku tidak lapar." Sasuke berkata datar, tanpa menatap wajah Sakura sedikitpun.

Ingin menjerit rasanya menerima perkataan itu, namun Sakura segera menepis rasa kekecewaan yang berhasil menyesakkan dadanya.

Ia tersenyum maklum. "Tak apa, aku tahu kau pasti lelah. Mandi dan tidurlah setelah ini, aku akan siapkan air hangat untukmu."

"Tidak perlu, aku bisa sendiri."

Sakura menatap suaminya dengan gurat kesedihan, yang ditatap malah melangkah akan pergi. Namun tangan Sakura lebih dulu mencegatnya.

Sakura menunduk, tangannya meremas kuat pergelangan Sasuke.
"Aku tahu kau masih marah, tak mudah memang memaafkan kesalahanku itu..."

Sasuke hanya diam mendengarkan.

Sakura mengadahkan wajahnya, mata itu tampak berkaca-kaca. "Tapi tak bisakah kau menghargai sedikit saja usahaku dalam menebus kesalahanku, Sasuke?"

"Untuk apa?" jawab Sasuke, pria itu kini berbalik dan berhadapan dengan istrinya. Kedua mata mereka kembali bertemu, tersirat begitu banyak kekecewaan.

"Kau ingin aku menghargai usahamu saat kau sendiri tak pernah bisa menghargai usahaku, untuk apa aku melakukannya?"

Air mata Sakura jatuh melewati kedua pipinya, "Jangan hukum aku seperti ini Sasuke, maki saja aku, atau pukul saja aku, asal jangan kau merubah sikapmu padaku."

Sasuke kembali diam.

"Kenapa kau berubah terhadapku Sasuke?" Mata hijau itu menatapnya seolah-olah ia adalah orang yang paling jahat di dunia.

Sasuke tersenyum miring. "Seseorang berubah pasti punya alasan, dan alasan itu kembali pada siapa yang sudah membuatnya berubah."

Sakura menunduk, isakan kecil mulai terdengar dari bibirnya.

"Jadi, jangan tanya kenapa aku berubah, tanyalah pada dirimu seperti apa kau sudah memperlakukanku hingga aku bisa berubah."

Sasuke melepaskan genggaman Sakura, kemudian segera menaiki tangga menuju kamar. Ia begitu tak bisa mengontrol perasaannya sendiri sekarang.

Di tempatnya, masih dengan tundukan kepala, Sakura terduduk lemas di lantai. Bahunya bergetar, menandakan bahwa isakannya tak dapat tertahankan lagi.

Man in Contract [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang