5. Elegan atau Dagelan

84 11 2
                                    

Tawa cempreng khas Kak Arneta meledak, mengusir gelak tawa se-area kantin sekolah yang memenuhi ingatan Allena atas kejadian memalukan siang tadi.

"Udah deh Kak ketawanya. Bahagia banget adiknya kena sial," protes Allena sambil melirik stoples kripik singkong di pangkuan kakaknya.

Selera makan Allena sudah hilang. Dia hanya ingin minum. Segelas besar es sirup leci sepertinya mampu memperbaiki suasana hatinya. Move on dari kejadian memalukan di kantin tadi. Allena meninggalkan Kak Arneta yang masih terbahak sambil memeluk bantal berbentuk hati. Dipercepat langkahnya menuju dapur. Mengambil gelas besar bermotif bunga tulip, lalu berlari kecil mengambil sirup dan air dingin dari dalam lemari es. Dituangnya cairan pekat berwarna putih ke dasar gelas, lalu ditambahkannya air dingin hingga memenuhi gelas. Diaduknya dengan cepat es sirup di depannya, seolah-olah ada bom yang siap meledak bila kecepatan mengaduk berkurang sedetik.

"Wuuaah." Allena puas telah menghabiskan es sirup tanpa gangguan. Gelas masih di tangan, pandangannya beralih pada langit-langit rumah berwarna putih yang berangsur-angsur memudar, diiringi sebuah suara yang sangat dikenal dan dibenci Allena.

"Apa katanya? Jojoba, jomblo-jomblo bahagia ya? Kalau dia sih bukan bahagia, tapi jomblo-jomblo banyak gaya," ucap Bianka sambil tertawa.

Otak Allena kembali memutar memori di kantin. Bianka si pembuat onar berkomentar pedas menanggapi status facebook yang ia posting setelah bel istirahat berbunyi.

"Emang gaya apa, Bi?" tanya teman Bianka yang duduk di seberang meja.
"Gaya katak." Bianka bangkit dari duduknya, membuat gerakan berenang dengan gaya katak. Tak lupa mulutnya membuka dan menutup seolah-olah sedang bernapas.

Teman-teman Bianka tertawa penuh ejekan. Dua dari mereka tertawa sambil memandang Allena.

Allena yang terpisah dua meja dari Bianka memegang erat sendok bakso. Menahan amarah yang terpancing. Veli sadar akan hal itu, dipegangnya pergelangan tangan Allena sambil berucap, "Udah, biarin aja."

"Semua orang juga tahu kalau kamu merana, jadi nggak perlu deh bilang lagi bahagia. Bohong banget." Bianka dan teman-temannya kembali tertawa.

"Preman sih, mana ada cowok yang mau. Sekarang jadian, besok mata lebam. Lusa bibir jontor, terus patah tangan, patah kaki. Hiii, berasa setor nyawa nggak sih."

"Eh tapi, tapi ... misal dia bukan preman sekalipun, aku tetap nggak yakin ada cowok yang mau dekatin dia. Bau badannya itu lho, uuweeekk," ejek Bianka sambil memencet hidung dan menjulurkan lidah.

Kemarahan Allena tak mampu dibendung, ia beranjak meninggalkan duduknya. Veli sadar kalau sahabatnya berniat membalas Bianka dengan adu fisik. Dan dia tak menginginkannya, dia takut kejadian dua hari lalu terulang kembali.

"Pergi yuk, Al. Udah biarin aja. Nanti kita pikirin gimana caranya membalas mereka dengan elegan, seperti kata Kak Arneta," saran Veli penuh khawatir.

Allena menjauhkan tangan Veli yang menyentuh pergelangan tangan kirinya. Dicengkeramnya gelas berisi es teh yang isinya baru berkurang seperempat. Tepat di depan dada, ia genggam erat gelas itu. Langkahnya yakin menuju Bianka yang masih bersemangat mengejek dan menertawakannya. Dia berniat menyiram kepala Bianka dengan es teh. Senyumnya mengembang, kedua matanya membulat. Namun tiba-tiba, Rena yang berat badannya dua kali dari berat badan Allena menabrak bahunya dengan keras. Dan sukses membuat tubuh Allena oleng, lalu jatuh ke lantai kantin dengan bermandi es teh.

Tanpa ada perintah. Berpasang-pasang mata di area kantin, tak terkecuali Bianka dan teman-temannya tertawa terbahak-bahak melihat Allena yang jatuh terduduk tak berdaya.

The Love Trap (Terbit di Penerbit Kastil Mimpi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang