4b. Tak Akan Salah

62 7 6
                                    

Wirya masih punya waktu sepuluh menit untuk berselancar di dunia facebook mencari target, setelah itu dia harus pergi mengirim paket ke sebuah alamat. Ia hidup menjadi tawanan waktu, semua sudah terjadwal. Tak boleh ada waktu yang terbuang, sekadar meluruskan punggung pun juga tertulis kapan ia boleh melakukannya.

Wirya mengetik sebuah nama sekolah menengah atas di kolom pencarian facebook. Lima akun facebook dengan nama sekolah yang diketik Wirya muncul. Ia memilih akun secara acak, lalu fokus pada postingan terakhir akun tersebut.

"Hemm, ini baru diposting dua hari yang lalu." Ibu jari Wirya bergerak ke atas, mengecek keaktifan akun tersebut. "Ini diposting empat hari yang lalu, enam hari yang lalu. Hemm, lumayan aktif juga."

Kedua mata Wirya terpikat pada sebuah foto yang dikirim dari akun facebook bernama Sudirman Sadubi. Di foto itu, terdapat seorang ibu guru yang berdiri dikelilingi murid-murid perempuan. Barisan tulisan 'Sudirman Sadubi bersama Ratu Chantika dan 14 lainnya' menggoda  Wirya untuk mencari tahu siapa saja pemilik 14 akun itu.

"Allena Nailazaara. Nama yang bagus," gumam Wirya, menyebut salah satu dari deretan nama perempuan yang tak ia kenal. Diliriknya sekali lagi jam yang mencengkeram pergelangan tangan. Masih ada waktu.

Wirya terpaku pada nama yang disebutnya perlahan, dilihatnya dinding akun facebook dengan nama 'Allena Nailazaara'. Bibirnya membentuk senyum lebar kala melihat foto profil pemilik akun. Rambut panjang agak berantakan, mata tajam penuh ancaman, dan bibir mungil tanpa senyum menghiasi wajah tirusnya. Dari semua bagian wajah, yang sangat mencolok adalah hidungnya. Bentuk hidung yang panjang dan melebar di bagian cuping sangat mencuri perhatian, karena tampak yang paling memenuhi wajah. Cantik? Tentu saja!.

Wirya beranjak menjelajah lebih dalam akun tersebut, tapi sayang, alarm ponselnya menjerit memekakkan telinga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wirya beranjak menjelajah lebih dalam akun tersebut, tapi sayang, alarm ponselnya menjerit memekakkan telinga. Dengan terpaksa ia meneguk kopinya sampai habis lalu membayar secangkir kopi pada penjaga warung. Sambil berjalan, ia melingkarkan ransel pada pundak. Dia harus cepat, dia hanya punya waktu 15 menit untuk sampai di tempat yang disepakati. Sampai di tempat tujuan lebih dulu dari penerima paket, jelas lebih baik.

Wirya menghentikan motornya di depan sebuah rumah sakit, sesuai dengan isi pesan yang ia terima dari 'Komandan'. Tak lama menunggu, ponselnya berdering.

"Wes tekan rumah sakit?" Komandan menelepon, ia bertanya apakah Wirya sudah berada di depan rumah sakit yang dituju.

"Uwes." Wirya mengiyakan.

"Nango toko pulsa cedhek SMA." Penelepon meminta Wirya untuk ke toko penjual pulsa di dekat SMA. Mendadak dada Wirya berdesir. SMA yang akan ia tuju merupakan sekolah dimana pemilik akun facebook Allena Nailazaara berada.

"Tuku pulsa lima ngewu, takon omahe Pak Barjo. Semut e getot gawe kelambi abu-abu. Kode 156." Penelepon meminta Wirya untuk membeli pulsa lima ribu di toko tersebut, lalu bertanya pada penjual dimana letak rumah Pak Barjo. Kalimat terakhir penelepon yang memberitahu bahwa semutnya berotot dan mengenakan baju abu-abu, membuat Wirya susah menyembunyikan tawanya. Untung saja penelepon sudah memutus sambungan. Semut yang dimaksud penelepon adalah penerima paket. Dan Wirya tak pernah memusingkan mengapa menyebut penerima paket dengan kata 'semut'.

Wirya menatap sekilas bangunan gagah sekolah SMA yang berada di seberang jalan. Wajah gadis manis tercetak samar di otaknya. Oh, tolong, jangan sekarang! Saatnya bekerja!. Wirya mengingatkan dirinya sendiri agar kembali berkonsentrasi pada pekerjaannya.

"Beli apa, Mas?" tanya penjaga toko ramah.

"Emm, pulsa lima ribu." Sambil menunggu pulpen dari penjaga toko, kedua mata Wirya mengedarkan pandangan, mencari sosok berotot yang mengenakan baju abu-abu.

Jangan-jangan dia orangnya.

Wirya menatap agak lama sosok yang sedang memilih nomor kartu perdana  ponsel. Ia mencoba mencuri perhatian dengan berdeham, tapi orang itu tak menggubris, tetap sibuk memilih.

Saatnya mengeluarkan jurus pamungkas, "Mas, tahu rumahnya Pak Barjo?" Wirya bertanya kepada penjaga toko dengan suara lantang, tangannya menyerahkan selembar uang sepuluh ribu.

"Pak Barjo?! Alamatnya dimana ya?" tanya penjaga toko.
Wirya menggaruk bagian belakang kepala sambil mencuri pandang kepada sosok yang ia duga 'semut'. Lelaki itu masih tak peduli. Untuk ukuran seorang agen rahasia, lelaki itu terlalu tak peka terhadap sekitar. Bukan dia.

Seorang laki-laki tiba-tiba masuk toko. Badannya berotot dan mengenakan kaos tanpa lengan warna abu-abu. Wirya kembali melempar umpan, "Rumah Pak Barjo itu deket SMA, tahu nggak Mas?"

"Ooo Pak Barjo ya? Sini Mas, ikut saya." Laki-laki yang baru datang itu menyambut pertanyaan Wirya, mengajaknya keluar toko. "Paket?"

"Kode?" Wirya menanyakan kode paket. Jika lelaki itu menyebutkan kode paket dengan benar, berarti memang dia si semut.

"156," bisik lelaki itu.

Wirya mengeluarkan kotak seukuran sabun mandi batang, kotak itu berbalut plastik hitam. Dengan cepat lelaki itu memasukkan paket ke dalam saku celananya. Tanpa permisi maupun ucapan terima kasih, lelaki itu pergi meninggalkan Wirya.

Secepat kilat juga Wirya membawa pergi motornya menjauh dari toko pulsa. Saat melintas di depan SMA, Wirya menoleh sekilas, menikmati desiran di dadanya. Kok aku udah yakin aja sih sama dia. Padahal aku belum stalking akun facebooknya.

Wirya mengarahkan laju motornya ke pom bensin. Ia memarkirkan motor, lalu masuk ke kamar kecil. Dikirimnya pesan ke suplier bahwa paket telah terkirim. Tak sampai tiga detik, suplier membalas pesan dan kembali memberi perintah.

Komandan1: Taman Bungkul, area skateboard. Paket bola. Kode nanti.
Wirya: Ok

Wirya melongok ke dalam tas, ada dua paket di sana, salah satunya berbentuk bola dan berwarna merah. Dipegangnya sebentar, sambil mengira-ngira beratnya. Paket berbentuk bola ini, memang benar-benar sebuah bola yang biasa ada di area permainan anak mandi bola. Yang berbeda hanya berat bola, bila bola di kolam mandi bola sangat ringan, paket bola ini lumayan berbobot. Juga, tertutup plester bening yang sangat kuat.

Sesampainya di Taman Bungkul, Wirya berjalan cepat menuju area skateboard. Tiba-tiba ponselnya berdering.
"Posisi?" tanya penelepon to the point.
"Skateboard," jawab Wirya singkat.
"Mlaku santai ae nang warung-warung karo nggowo bal. Montor jazz abang. Semut e arek wedok SD klambi oranye, kode 123."

Wirya segera menutup teleponnya. Berjalan santai ke deretan warung-warung sambil membawa bola. Mobil jazz merah dan si semut adalah gadis usia SD berbaju oranye dengan kode 123, begitu petunjuk yang diberi komandan. Wirya benar-benar berjalan santai namun tetap waspada. Tangan kanannya menggenggam erat bola merah.

Sesampainya di deretan warung-warung, matanya menangkap sebuah mobil jazz merah yang sedang parkir dengan mesin mobil yang menyala. Tepat di belakang mobil itu ada seorang anak perempuan berbaju oranye sedang membawa keranjang penuh bola. Wirya melempar senyum sambil menunjukkan sekilas bola merah di tangannya. Saat posisinya sudah sangat dekat, gadis kecil itu sengaja menggoyang keranjang hingga beberapa bola jatuh.

Ini saatnya.

Wirya membantu memungut dan memasukkan kembali bola-bola ke dalam keranjang, termasuk bola merah yang ada digenggamannya. Transaksi selesai, tanpa ucapan terima kasih. Wirya tetap berjalan lurus hingga mobil jazz tak lagi terlihat dari pandangan.

Zaman bener-bener udah edan, anak kecil dijadikan alat.

------***------***------***------***------

Hai ... hai ...
Terima kasih sudah membaca karya saya sampai sejauh ini.
Semoga nggak bingung ya dengan part dadakan ini. Saya sengaja memasukkan tokoh lain, eh bukan tokoh lain sih sebenarnya. Wirya ini tokoh penting yang saya rasa bakal seru kalau saya kupas juga.
Sekian dari saya, semoga makin betah menanti part-part berikutnya.

~Wulan~

The Love Trap (Terbit di Penerbit Kastil Mimpi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang