CHAPTER 1

541 31 0
                                    

"Satu yang aku tangkap dari mata kamu, kedamaian.

Attaviya Andhita"

ATTA dan Deva terlihat keluar dari dalam minimarket tersebut. Mereka lalu memilih duduk di kursi yang disediakan oleh pihak minimarket. Matahari masih bersinar dengan teriknya. Dan hal itu membuat mereka enggan untuk berjalan kemana-mana.

"Btw thanks, ya!" Deva meletakkan minumannya di atas meja lalu memilih untuk duduk, begitu juga dengan Atta.

Atta tersenyum seraya mengangguk, "makasih juga udah nolongin gue tadi." Deva menarik sudut bibirnya ke atas, membuka tutup botol minumannya lalu meneguknya hingga setengah.

Sementara itu Atta menarik seluruh rambutnya ke belakang lalu mengikatnya sembarang dengan ikat rambut yang sedari tadi melingkar di pergelangan tangannya. Setelah itu ia kibas-kibaskan tangannya di depan wajah, berharap ada angin kecil yang menyapu seluruh keringat di wajahnya.

"Lo anak mana?" tanya Atta. Ia menyandarkan tubuhnya sejenak. Deva meneguk airnya kembali sebelum membuka suara.

"Gue baru pindah ke sini," jawabnya. Diliriknya Atta tengah meng-oh kan perkatannya. "Kalau lo?" sambung Deva lagi.

"Gue anak Jayantara, deket sini," sahut Atta.

Setelah itu hening. Baik Atta dan Deva tak lagi membuka suara. Hanya terdengar suara orang yang berlalu lalang di sekitar mereka. Atta sibuk memerhatikan langit yang diselimuti awan tipis, sementara Deva sibuk memerhatikan gadis di depannya. Entah mengapa, bibirnya kembali melengkung ke atas, lantas ia menggelengkan kepalanya dan menormalkan kembali ekspresi wajahnya.

"Ehm, Tata," panggil Deva. Gadis di depannya tersentak kemudian mengoreksi namanya sendiri.

"Atta," koreksinya. "Kenapa?" gadis itu menopang pipinya dengan kepalan tangannya.

"Eh, iya. Atta maksudnya," Deva mengusap tengkuknya. "Lo anak mana tadi?" Ia mencondongkan tubuhnya ke arah Atta.

"Jayantara," jawab Atta.

Deva menaikan kedua alisnya, "seriusan? Itu sekolah gue nanti!" Wajah cowok berambut cepak itu seketika nampak sumringah.

Nampaknya Atta tak kalah kagetnya. Ia bahkan sampai menggebrak meja serta berdiri, menatap lurus-lurus ke arah Deva.

"Serius lo?"

Beberapa orang disekitar mereka menjatuhkan pandangannya pada Atta, membuat gadis itu hanya terkekeh meminta maaf lantas duduk kembali. Sementara itu Deva tertawa kecil melihat aksi Atta.

"Kenapa lo ketawa?"

Deva menggeleng, "enggak, kok," ia berdehem pelan. "Iya, gue bakal sekolah di Jayantara."

Atta menarik sudut bibirnya ke atas lalu bertepuk tangan kecil, "hore! Gue bakal punya temen baru di sekolah!"

Deva tersenyum lagi, menampakkan lesung pipi kanannya. Atta yang melihatnya langsung terpana.

"Lo punya lesung pipi?" tanyanya sembari meneliti pipi kanan Deva.

"Hm'm," angguk Deva. Atta menusuk kedua pipinya dengan kedua telunjuknya.

Beautiful DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang