CHAPTER 2

465 27 1
                                    

"Aku benar-benar bersyukur pada Tuhan karena telah menghadirkanmu di dunia ini. Mengapa? Karena aku yakin, satu-satunya manusia di bumi ini yang mampu membawa duniaku kembali cuma kamu.

Attaviya Andhita"

ATTA menggeliat ketika alarm ponselnya  berbunyi. Dengan mata setengah terbuka, tangannya terjulur menggapai ponselnya yang tergeletak di atas nakas lalu mematikannya. Setelah itu ia duduk, diam sesaat sembari mengusap kedua matanya. Setelah dirasakan semua energinya sudah terkumpul, barulah ia bangkit.

Sepi. Selalu saja begitu ketika ia melangkahkan kakinya keluar kamar di pagi hari. Atta mengembuskan napas kecewa lantas berjalan melintasi dapur menuju kamar mandi. Toh keadaannya sudah tak seperti dulu lagi.

Usai berkemas untuk berangkat ke sekolah, Ia langsung memilih untuk pergi sekarang walaupun jam masih menunjukkan pukul 05.45. Satu hal yang membuat Atta merasa tidak betah berada di rumahnya sendiri, rumah itulah yang membuat dirinya terluka meskipun menyimpan kenangan di dalamnya.

🐣🐣🐣

Atta melangkahkan kakinya pelan di koridor. Bunyi sepatunya yang bergesekan dengan lantai menjadi backsound yang mengiringi langkahnya menuju kelas. Langit masih sedikit gelap. Sekolah masih sepi. Di parkiran hanya terlihat sekitar 5 motor yang Atta yakini milik guru piket dan OB sekolah.

Tak ada siapa-siapa yang ada di kelasnya kala Atta menapakkan kakinya di ambang pintu. Lantas perempuan itu berjalan menyusuri barisan meja-meja menuju bangkunya yang berada paling belakang di pojok kanan.

Ia letakkan tasnya di atas meja dan menghempaskan tubuhnya di atas kursi. Merasa masih ngantuk, Atta melipat kedua tangannya di atas meja dan membenamkan kepalanya di sana dengan beralaskan tas hitamnya.

Tidur bentar bisa, kan...

🐣🐣🐣

Sepasang sepatu hitam ber-list putih nampak memasuki halaman sekolah yang tengah dipadati siswa-siswi SMA Jayantara. Beberapa pasang mata menemani langkahnya menuju koridor. Namun sosok yang dipandang justru terlihat acuh dan memilih untuk melangkahkan kakinya menuju ruang TU.

Matanya nampak bergerak ke sana ke mari, seperti sedang mencari sesuatu. Namun apa yang dicarinya sepertinya memang tidak terlihat di sekitar itu. Menghela napas kecewa, akhirnya ia lebih memilih fokus menuju ruang TU.

Tok tok tok!

"Permisi." Deva dengan perlahan memasuki ruang TU dan langsung berhadapan dengan wanita paruh baya berseragam.

"Eh, ini Deva, ya? Yang murid baru itu?" tanyanya beruntun ketika melihat Deva. Terlihat jelas dari seragamnya yang berbeda dari murid lainnya.

Deva mengangguk sembari tersenyum canggung, "iya, Bu. Saya Deva."

"Oalah, awal juga ya datangnya," wanita itu tertawa pelan, di balas dengan kekehan dari Deva. "Baiklah, nama saya Lasri. Saya yang bakal nemenin kamu ke kelas kamu."

Deva mengangguk sopan. Setelah Bu Lasri membenahi data diri Deva, barulah mereka keluar dan menuju kelas barunya Deva. Koridor itu nampak sepi, hanya terdengar samar-samar suara guru yang baru memulai pelajaran ketika Deva melewati sebuah kelas.

Beautiful DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang