CHAPTER 25

413 12 1
                                    

"Semesta tak akan pernah tahu. Bahwa setelah bermilyar detik akhirnya diriku mampu merengkuh kembali cintaku. Hatimu, adalah satu-satunya rumah bagiku. Dan pada saat itu aku yakin, bahwa akhir bahagialah yang menjadi penutup dalam buku hidupku.

Mahatva Ramadeva"

"Aku pernah menyangka, bahwa semua yang ku lalui bersamanya hanyalah mimpi indah semata. Dan pada akhirnya aku sadar, bahwa ini memang benar adanya. Maaf, aku pernah menyalahkan cinta. Nyatanya cinta tak begitu melulu tentang luka.

Attaviya Andhita."

Alarm ponsel Atta berdering panjang di bawah bantal. Mencoba membuyarkan mimpi-mimpi yang dirangkai oleh gadis berhidung mancung itu. Sebelah tangan Atta spontan menelusup ke bawah bantal, meraih ponselnya itu.

Perlahan matanya membuka, mengintip empat digit angka yang terpampang di layar ponselnya.

07.15

Jempolnya lantas menggeser layar ke kanan, mematikan deringan alarm itu. Ponselnya ia letakkan kembali di atas kasur. Setelah itu ia bangkit, mencoba mengumpulkan seluruh nyawanya sebelum beranjak turun dari tempat tidur.

Ia membuka gorden kamarnya, dan sinar matahari langsung menyerang tubuhnya tanpa bisa ia cegah.

"Buset, dah. Silau amat."

Atta bergerak menuju tengah kamarnya. Menarik kedua tangannya ke atas sembari berjinjit. Setelah itu ia memutar pinggangnya ke kanan dan ke kiri, mencoba melakukan gerakan kecil agar ototnya tidak kaku.

Ketika Atta tengah merunduk, menyentuhkan ujung tangannya dengan lantai, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Atta spontan mendonggak, melihat siapa yang membuka pintunya.

Tentu saja Ratna.

Ia muncul dari balik sana, mencoba tersenyum melihat anaknya yang tengah melakukan pemanasan. Memang setelah pengakuannya malam itu, hubungannya antara Atta semakin membaik. Benar-benar menghangat. Dan ia sudah berusaha untuk mengikhlaskan anak kandungnya sendiri.

"Ada apa, Ma?" tanya sembari menegakkan badan. Ia sudah selesai.

"Mama boleh minta tolong?" Ratna masih memertahankan senyumnya. Sungguh, ia ingin memerbaiki segala kesalahan yang ia buat.

"Tolong apa?"

"Beres-beres rumah," sahut Ratna pelan.

Mendengar itu membuat cengiran Atta muncul seketika. Ia lantas memberi hormat pada ibunya itu. "Siap, Bos!"

Dan Ratna terkekeh. Mulai membiasakan diri dengan hidupnya yang sekarang.

🐣🐣🐣

"Kamar kesayangan! Sekarang giliran lo yang butuh perawatan."

Atta masuk ke dalam kamarnya sendiri dengan sapu dan kemoceng yang ada di tangannya. Kamarnya sudah mulai berantakan, dan kini hari Minggunya akan ia gunakan untuk membereskan kamarnya.

Ia menyandarkan sapu ijuk yang di tangannya pada lemari, memilih untuk membereskan masalah debu terlebih dahulu. Jika begitu, akan lebih mudah menyapunya.

Atta menolehkan kepalanya bagian atas lemari, lantas menyeringai pelan. "Lo yang gue beresin pertama."

Sebelum mulai membereskan, ia memutuskan untuk mengambil tangga mini terlebih dahulu. Ia tidak cukup tinggi untuk menjangkau atas lemari. Ia akui, dirinya memang pendek.

Beautiful DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang