3. 10. Triwulan pertama sekolah! -part6 "
Pagi ini aku memecah keramaian di koridor sekolah dengan seragam yang baru diberikan Bu Anna kemarin. Aku berjalan dengan santai menuju kelas. Kelas sudah ramai, mungkin aku murid terakhir yang menginjakan kaki di kelas, pandanganku teralih pada jam hitam yang melingkar di tangan kiriku, sepuluh menit lagi jam pelajaran berlangsung.
"Eh anak kota! Bukannya SIA seharusnya diskors ya?" tanya Sabrina saat aku baru saja menaruh tas di atas meja.
Aku berbalik menatap Sabrina dari atas sampai bawah. "Ada juga seharusnya lo yang diskors!" jawabku datar.
"Oh iya ya! SIA kan cocoknya dikeluarin dari sini bukan diskors!" timpal Sabrina mendekatiku. Kelas hening, semua menatap kami.
"Ohhh, dengan senang hati gue dikeluarin dari sini! Tapi sayangnya enggak tuh!" ucapku santai sambil merapihkan dasi Sabrina.
Sabrina memicingkan matanya, "Ohh, SIA mau dikeluarin dari sini? Yuk AING bantu!" Sabrina langsung menepis tanganku yang masih memegang dasinya.
"Terimakasih atas tawarannya! Dan gue gak butuh bantuan lo!" ucapku ketus kemudian tatapanku beralih pada seluruh murid di kelas ini.
"Oh gitu ya orang kota teh! Meni sombong!" sengutnya sambil mendorongku.
Aku langsung membalas doronganya itu hingga Sabrina jatuh dan terpental cukup jauh, "MAU LO APA HAH? YANG KEMAREN MASIH KURANG? IYA?
Sabrina berdiri sambil menggulung kemeja lengannya, "Cicing SIA kabehannana! Iyeu urusan AING jeung si anak kota!" bentaknya sambil menunjuk ke semua anak murid di kelas, "Sok sini SIA anak Kota! Katanya mau keluar dari sekolah ini!"
Aku berdecak sambil melipat tanganku di depan dada. Sungguh aku ingin tertawa melihat si mak lampir itu. Saat ini ia sedang memasang kuda-kuda layaknya Jet Lee yang beradu kungfu.
"Ayo sini maju!" lanjut Sabrina dengan tatapan bengisnya.
Aku masih dalam posisiku, diam dan memerhatikan tingkah Sabrina. Asep yang dari tadi di belakangku terus berbisik untuk segera menghajarnya sedangkan Javen menyuruhku sebaliknya dan anak-anak yang lain hanya diam karena takut bahkan beberapa dari mereka ada yang begitu menantikan action Sabrina selanjutnya.
"Kenapa SIA diem aja? TAKUT? Iya, SIA TAKUT SAMA AING?" tanya Sabrina dengan nada tinggi dan membentak.
"Ngapain banget gue takut sama lo!" jawabku sambil melangkah mendekati Sabrina dan menendang kaki meja yang berada di hadapanku.
"Ahhh, AING seneng nih, akhirnya ada juga yang berani lawan aing!" ucapnya sambil menyunggingkan senyuman picik khas miliknya.
"Lo maunya apa? SINI GUE LADENIN!!!" bentakku sambil menendang lagi kaki meja samping kiri Sabrina. Sabrina langsung mendorongku, sayangnya aku sudah pasang badan sehingga tubuhku sama sekali tidak terguncang. Aku membalasnya dengan dorongan, rupanya sama, Sabrina juga sudah memasang badannya, akhirnya kami saling mendorong. "Gue tanya sekali lagi! Lo mau apa dari gue? HAH?" tanyaku dengan nada tinggi setelah berhasil memojokan Sabrina pada dinding tembok.
"AING MAU SIA PERGI DARI SINI!" jawabnya penuh penekanan dengan nada yang tak kalah tinggi dan tatapannya yang penuh kebencian.
"HEH MAK LAMPIR! Siapa elo, seenaknya nyuruh-nyuruh gue pergi dari sini?"
"AING ANAK KADES!" bentak Sabrina sambil mendorongku.
"BODO!!!" ucapku sambil mundur dua langkah, "Mau lo anak artis, anak presiden atau anak kambing sekalipun! Gue gak bakalan TAKUT sama LO!"
![](https://img.wattpad.com/cover/103455621-288-k78277.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LISTEN TO ME!
RomanceDia itu emang ngak sempurna. Tapi, ketika aku melihat senyumannya, semua berbeda. Memang dia tak pandai berkata, tapi senyuman itu seolah berbicara siapa dia. Tangannya ikut berkata bahwa siapa dia yang sesungguhnya. "Dia itu emang tuli! Tapi hati...