7. 15. Turnamen
Hari ini tim futsal SMA Mandiri desa Cialit akan tanding melawan SMA Garuda Jakarta yang juga terkenal dengan tendangannya.
Sepuluh menit lagi permainan akan di mulai, tapi tim futsal SMA Mandiri belum juga mengisi daftar kehadiran. Aku, Papah, Pak Kades dan Sabrina menunggu dengan gelisah, semua kontak telepon anggota tim futsal tidak bisa dihubungi.
Papah mendengus kesal setelah menelpon pihak hotel. Papah juga bilang, semua anggota tim sudah berangkat menuju tempat turnamen diselenggarakan.
Wasit dan panitiapun sudah bulak-balik menanyakan anggota tim futsal dan selalu mengatakan akan di gugurkan jika tidak kunjung datang.
Lapangan futsal indor ini sudah sangat ramai, banyak sekali suporter dari kubu lawan maupun pengunjung yang sengaja menonton turnamen ini.
Aku semakin gelisah saat melirik jam tangan yang sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Seharusnya pertandingan sudah dimulai, tapi karena tim futsalku belum datang, sang panitia berbesar hati menunggu tim hingga datang.
"Aduh kalian dari mana!?" tanya Papah tegas pada kesepuluh laki-laki yang baru saja datang.
"Nyasar Pak!" jawab salah satu dari mereka.
"Ah yasudah cepat, pertandingannya akan segera dimulai" ucap Papah tegas. Kemudian semua anggota melinggar di pinggir lapangan, termasuk aku.
Papah, Pak Kades dan pelatih tim futsal memberi semangat dan nasihat. Kemudian kami berdoa bersama.
"SMA Mandiri, Kami MANDIRI!" ucap kami serempak kemudian pemain inti langsung berhambur memasuki lapangan.
"Semangat!" ucapku kepada Andry dengan bahasa isyarat. Dan langsung dapat anggukan darinya.
Aku duduk di pinggiran lapangan menikmati tontonan yang sebenarnya tak pernah ku mengerti.
Prrriittt.... Sang wasit meniupkan peluit dengan kencang menandakan permainan dimulai. Semua pemain dalam lapangan itu saling berebut dan menendang bola.
Andry, Dito dan Javen begitu lincah menggocek bola hingga mendekati gawang, tapi sayangnya sudah beberapa kali tendangan Andry meleset saat membobol gawang lawan.
"Aduh si Andry terlalu semangat!" umpat Papah gemas sambil terus meremas-remas handuk kecil.
Ya benar kata Papah, Andry terus menerus menendang bola ke gawang lawan. Dito juga dari tadi terlihat kesal karena tendangan Andry tidak kunjung mencetak gol. Lain halnya dengan dengan Javen yang terus bertingkah konyol saat mendapati tendangan Andry yang terus-menerus meleset, mulai dari memasang mimik wajah kecewa, hingga bertingkah seperti anak kecil yang tidak dibelikan balon oleh orang tuanya, sontak saja tingkah Javen mengundang gelak tawa dari para penonton.
Waktu terus melaju beriringan dengan do'a yang tiada henti kupanjatkan agar tim futsal SMA Mandiri lolos ke babak selanjutnya.
"GOOLLLL...." teriak Papah sambil menguncang-guncangkan tubuhku diiringi oleh sorak-sorai dan tepuk tangan yang gemuruh dari penonton.
Sial! Aku tidak tau siapa yang membobol gawang tim lawan. Saat sesi bola memasuki gawang, aku tengah membalas pesan singkat dari Rika. Mataku menjelajahi lapangan fitsal dan akhirnya mendapatkan sosok yang ku cari. Andry juga tengah melihatku sambil tersenyum kemudian menaik turunkan halisnya dengan kedua jempol tangannya yang mengacung.

KAMU SEDANG MEMBACA
LISTEN TO ME!
RomanceDia itu emang ngak sempurna. Tapi, ketika aku melihat senyumannya, semua berbeda. Memang dia tak pandai berkata, tapi senyuman itu seolah berbicara siapa dia. Tangannya ikut berkata bahwa siapa dia yang sesungguhnya. "Dia itu emang tuli! Tapi hati...