"Ba...ba...bagaimana, Do...Dokter?" Tanya Naruto. Ia meremas jari-jarinya cemas.
Tsunade tidak tahu harus memulai dari mana namun ia hanya menatapnya nanar. Tarikan napas panjang terembus dari bibir Tsunade.
"Maaf, Naruto. Hatimu tidak cocok dengan adikmu." Jawab Tsunade tenang.
"Me...me...memangnya ke...kenapa? Pa...pa...pasti ada kesalahan. Kumo...mo...mohon periksa lagi bila pe...perlu ambil semua da...da...darahku!" Naruto berdiri berusaha membujuk Tsunade. Kalut dan takutlah yang sekarang Naruto rasa.
"Sudah kubilang tidak bisa!" Ucap Tsunade tegas sambil mengikuti Naruto berdiri dan menggebrak meja kerjanya.
"Hatimu itu tidak cocok dengan hati adikmu..." suaranya terdengar pelan. Rasanya sulit menarik napas untuk melonggarkan dada. Naruto hanya diam mematung.
"Sudah kubilang padamu, percuma saja mencari donor hati untuk adikmu. Sebesar apapun usahamu tetap saja adikmu tak dapat tertolong." Naruto mencelos. Ia mencengkeram celana di sisi pahanya.
"Dia hanya tinggal menunggu waktu. Jangan sia-siakan hidupnya, tetaplah di sisinya, di saat-saat seperti ini dia akan merasa takut." Ujar Tsunade dan melenggang pergi meninggalkan Naruto yang masih diam namun sebelum melewati pintu, Tsunade berbalik menatap punggung Naruto yang terdiam lalu melanjutkan langkahnya.
Tubuh Naruto seketika lemas hampir saja ia jatuh akibat kedua kakinya tak mampu menopang berat tubuhnya. Seluruh aliran darahnya seolah terhenti. Denyutan keras menyerang kepalanya, Naruto meringis sakit memegangi kepalanya seakan kepalanya akan meledak. Naruto nyaris tak mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Naruto menutupi kedua telinganya dan menatap kosong lantai ruang kerja dokter Tsunade.
.
.Naruto membuka pintu rumahnya setelah masuk ia menutup pintunya pelan.
Uhuk! Uhuk!
Saat sudah masuk, Naruto disapa suara batuk. Naruto menoleh pada asal suara batuk yang cukup keras dari arah kamar. Suara itu terdengar lagi namun lebih keras dari sebelumnya. Naruto bergegas mendatangi kamar dari suara tersebut.
Naruto memegang knop pintu kamar, mendorongnya secara perlahan. Ekspresinya berubah cemas. Naruto langsung melepas genggamannya pada knop pintu lalu berlari kecil menuju ke tempat tidur Ryuu.
"A...ada apa dengan Ryuu, Ky...Kyuu?" Tanya Naruto cemas sambil menggenggam tangan kecil Ryuu yang sedang tiduran di pelukan Kyuubi.
"Ryuu demam tinggi, Naru Nii." Kyuubi melingkarkan tangannya ke pinggang Ryuu dan tangan lainnya menahan kepala Ryuu pada bahunya.
"I...i...ini Naru Nii, Ryuu." Naruto membelai pipi tirus Ryuu lembut, tubuhnya semakin kurus akibat sakit yang dideritanya.
Ryuu membuka perlahan kedua matanya. Ryuu melihat kakak yang sangat ia cintai ada di hadapannya. Matanya terasa panas akibat suhu tubuhnya yang meninggi dan juga melihat keadaan Naruto dan Kyuubi jadi membuat Ryuu meneteskan air matanya.
"Naruto Nii..." Gumam Ryuu lirih, tak sanggup membuka lama matanya lalu ia menutup kembali matanya padahal Ryuu sangat ingin melihat kakaknya itu.
"Ya...ya. Naru Nii di sini. Ja...ja...jangan takut, Ryuu!" Naruto menghapus air mata Ryuu yang mengalir pelan di pipinya.
Ryuu kembali terbatuk lagi namun saat Ryuu melepaskan tangannya dari bibirnya ia melihat darah menempel pada telapak tangannya.
Naruto dan Kyuubi bisa melihat darah pada telapak tangan Ryuu, di bibirnya juga ada jejak darah yang keluar dari mulut Ryuu. Naruto dan Kyuubi tentu terkejut bukan main.
Ryuu kembali terbatuk dengan suara yang menggelegar, dadanya yang bergetar tak mampu lagi mengeluarkan tenaga yang terkuras akibat batuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let This Be A Secret [ SasuNaru ] ✓
FanficKedua orang tua Naruto tak bisa menerima keadaannya. Sehingga Minato dan Kushina mengambil jalan pintas agar Naruto tidak mempermalukan nama besar Keluarga Namikaze. Lalu Naruto bertemu dengan Jiraya, dan saat itulah Naruto tinggal dengan anak-anak...