Semilir angin menyentuh wajah tampannya. Matanya terpejam menikmati angin yang membuat sebagian rambutnya beterbangan. Teriknya matahari tidak mengganggunya untuk tetap menikmati hari yang damai itu.
Di atap sekolah adalah tempat favorit bagi Sasuke. Karena tempat ini adalah salah satu tempat yang sepi, jauh dari ekstensi orang-orang. Bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Murid-murid melangkahkan kaki mereka ke kantin. Tapi tidak dengan Sasuke dan Shikamaru yang memilih tempat itu untuk bersantai dibanding pergi mengisi perut mereka.
Sasuke masih memikirkan kejadian kemarin. Kejadian saat ia memutuskan hubungannya dengan Naruto karena batas waktu hubungan taruhannya sudah selesai.
Sasuke masih mengingat jelas ejekan dari teman-temannya kepada Naruto. Semua itu begitu keterlaluan untuk diucapkan tapi saat itu ia tak bisa berbuat apa-apa. Perjanjiannya memanglah seperti itu. Menyakiti Naruto. Rasa bersalah kembali datang menyerangnya secara brutal. Wajah terluka Naruto selalu ada di hadapannya.
"Kau pasti sangat membenciku." Gumamnya.
Sasuke yakin Naruto tidak akan pernah memaafkannya. Naruto pasti sangat membencinya terlebih lagi sekarang Naruto sudah tahu alasannya menjadikan Naruto sebagai kekasih.
"Kau seperti sedang memikirkan sesuatu?" Tanya Shikamaru menyadarkan lamunan Sasuke.
Shikamaru memejamkan mata dengan kedua tangannya sebagai bantalan. Tiduran di dinding kecil pembatas pagar.
Sasuke membuka matanya saat mendengar suara seseorang di dekatnya. Ia tidak menjawab ataupun menoleh. Sasuke hanya diam.
"Apa kau sedang memikirkan Naruto?" Tanyanya lagi. Pertanyaan dari Shikamaru tepat sasaran. Pemuda cerdas yang malas itu sangat tahu apa yang membuatnya gelisah.
"Aku yakin jawabannya 'ya'." Ujarnya lagi. Masih berbicara dengan mata terpejam. Tanpa dijawab, Shikamaru pun tahu apa yang ada di dalam pikiran temannya itu.
"Sesuatu terjadi?" Tanya Shikamaru, nada bicaranya menjadi serius. Shikamaru membuka matanya dan duduk.
Sasuke masih tidak menjawab pertanyaan Shikamaru. Ia menunduk. Rasa sesal memang ada semenjak kejadian ia memutuskan hubungan palsunya itu dengan Naruto. Jelas saja, sesuatu sudah terjadi.
"Naruto tidak masuk hari ini. Tidak ada keterangan mengapa dia tidak masuk. Aku harap dia baik-baik saja."
Shikamaru adalah ketua kelas di kelas mereka. Tentu saja Shikamaru tahu tentang hal ini. Mendapat kabar seperti ini, Sasuke merasa ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Entah mengapa perasaannya menjadi gelisah mendengarnya. Terakhir ia lihat, keadaan Naruto sedikit pucat. Rasa takut kehilangan secara mendadak menghinggapi perasaannya. Tapi Sasuke tak tahu apa yang ia takutkan itu. Pikirannya pun tak lepas dari Naruto yang masih terbayang wajah terluka Naruto di pikirannya.
"Apa kau baik-baik saja?" Batin Sasuke cemas.
.
."Naruto sudah melewati masa kritisnya. Kondisinya sangat buruk. Kami harus segera mendapatkan donor hati untuk Naruto. Tapi persediaan donor hati di rumah sakit ini tidak ada yang sesuai dengan Naruto." Tsunade menjelaskannya dengan berat hati kepada putra dan menantunya itu.
"Lalu apa yang harus aku lakukan, Kaasan?" Tanya Minato pada Tsunade. Suara berwibawa dan tegasnya hilang tanpa jejak. Minato yang sekarang terlihat lesu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let This Be A Secret [ SasuNaru ] ✓
FanfictionKedua orang tua Naruto tak bisa menerima keadaannya. Sehingga Minato dan Kushina mengambil jalan pintas agar Naruto tidak mempermalukan nama besar Keluarga Namikaze. Lalu Naruto bertemu dengan Jiraya, dan saat itulah Naruto tinggal dengan anak-anak...