Di pagi hari yang cerah ini tidak membuat beberapa orang bahagia melainkan membawa kesedihan bagi orang-orang yang sedang berkabung, yaitu Keluarga Namikaze yang sedang mengadakan pemakaman atas kepergian anak bungsu mereka, yaitu Naruto Namikaze.
Semua orang dari kerabat keluarga, teman, sahabat, dan beberapa kalangan atas menghadiri pemakaman. Mereka tak percaya setelah menghadiri pesta semalam dalam waktu singkat Naruto kecil pergi dengan cepat.
Kushina, ibu dari Naruto menangis. Kushina menangis dalam pelukan Minato yang terlihat wajahnya sangat sedih.
Saat itu, dalam perjalanan pulang, Naruto meminta berhenti untuk membeli ramen di salah satu kedai di pinggir jalan. Saat Minato dan Kushina membelikan yang Naruto minta, Naruto kecil tak bisa diam. Ia terus berlari ke sana kemari. Minato dan Kushina sudah memperingati, namun karena Naruto tidak memedulikannya, dari arah lain ada sebuah mobil besar melintas yang tak terkendali karena rem pada mobil tersebut blong dan tak sengaja menabrak Naruto yang sedari tadi berlari-larian di pinggir jalan. Sebelum pertolongan tiba, Naruto kecil meninggal di tempat kejadian.
Naruko dan Menma memperhatikan makam Naruto. Mereka tak percaya kalau adiknya akan meninggalkan mereka secepat ini. Padahal mereka baru menghadiri pesta bersama Naruto dan untuk pertama kalinya Naruto pergi ke pesta namun setelah pulang bersama kedua orang tuanya, pagi-pagi sekali mereka berada di rumah neneknya, Mito Uzumaki, ibu dari Kushina, mereka mendapat kabar bahwa Naruto meninggal akibat kecelakaan.
Naruko merasa pusing, pandangan matanya menggelap, sampai ia tak mampu lagi menahan tubuhnya dan sedetik kemudian Naruko pingsan di tempat pemakaman.
.
.Jiraya menyentuh dahi Naruto yang terasa masih panas. Naruto demam. Panasnya sangat tinggi, tubuhnya mengigil dan bergetar. Deru napasnya sangat terdengar jelas dan juga terasa panas. Jiraya menaikkan selimut Naruto hingga ke dada sampai ia mendengar suara yang sangat terdengar lemah.
"Eungh..." Naruto melenguh. Matanya terpejam dan keringat membanjiri pelipisnya.
Jiraya menyelupkan lagi handuk kecil ke dalam wadah air hangat dan memeras handuk itu dan meletakkannya di dahi Naruto. Jiraya berhenti sejenak. Ia menoleh pada Naruto yang terlihat masih belum sadar dan ia mendengar kembali suara itu.
"Ka...Kaa...Kasaan... Tousan..." Gumam Naruto lirih. Tubuhnya bergerak gelisah. Napasnya putus-putus, keringat terus bercucuran.
Jiraya mengambil handuknya dari kening Naruto lalu mencelupkannya ke dalam air hangat, memerasnya dan menempelkannya pada dahi Naruto lagi.
Jiraya menggenggam tangan kecil Naruto. Ia merasakan panas dan lembab pada tangan Naruto. Naruto membuka sedikit matanya dan mata birunya melihat ayah angkatnya.
"Aku tahu ini semua terlalu mendadak untukmu, Naruto." Ucap Jiraya.
Naruto memejamkan lagi matanya karena untuk membuka mata saja terasa berat dan panas. Ia merasa tak mampu untuk bicara dan tangan kecilnya mencengkeram lemah tangan Jiraya. Kedua matanya berair.
"Tidak apa-apa, tidak akan apa-apa..." Jiraya mengelus lembut tangan Naruto untuk menenangkannya.
Sedangkan di kediaman keluarga Namikaze. Naruko juga mengalami demam tinggi, ia terus menggumamkan 'Naru'. Memanggil-manggil nama adiknya. Ia sangat terpukul atas kepergian adik tercintanya.
Kushina khawatir dengan keadaan Naruko. Kushina mengompres Naruko berharap panasnya akan segera reda sedangkan Minato memanggil seorang dokter. Minato menggenggam erat tangan putrinya disisi lain Kushina memeluk putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let This Be A Secret [ SasuNaru ] ✓
Fiksi PenggemarKedua orang tua Naruto tak bisa menerima keadaannya. Sehingga Minato dan Kushina mengambil jalan pintas agar Naruto tidak mempermalukan nama besar Keluarga Namikaze. Lalu Naruto bertemu dengan Jiraya, dan saat itulah Naruto tinggal dengan anak-anak...