Naruto menutup matanya erat dengan napas tersengal, tidak mau melihat apa yang akan terjadi yang masih menyeret tubuhnya ke belakang. Naruto masih berjuang untuk hidupnya sedangkan mobil itu terus melaju semakin dekat, sedikit lagi. Sampai...
BRUKK
Naruto terlempar ke belakang, ke tempat yang aman namun kepalanya membentur jalan. Naruto merasa seperti ada yang mendorongnya tapi bukan badan mobil. Selain itu, ia merasa badannya tak merasa remuk atau sakit yang parah.
Naruto membuka matanya saat itu juga pusing menyerangnya dan Naruto merasa ada yang mengalir di pelipisnya.
Naruto penasaran akan hal yang telah mendorongnya. Dan yang ia lihat pertama kali adalah ayahnya. Jiraya!
Naruto melihat Jiraya yang telah menyelamatkannya. Naruto melihat mobil hitam itu menghantam tubuh Jiraya.
Jiraya terpental ke depan, tubuhnya terguling dan mobil hitam itu berhenti mendadak. Naruto melebarkan matanya tak percaya.
"Ji...Ji...JIRAYA TOUCHAN!" Teriak Naruto. Naruto mencoba merangkak, menyeret paksa tubuhnya menghampiri ayahnya dan tidak memedulikan rasa sakit yang bertambah selain di lututnya.
Naruto sampai di samping tubuh Jiraya, lalu membawa tubuh terluka Jiraya dalam pelukannya.
"Ji...Ji...Jiraya... Touchan," Panggil Naruto lirih. Keadaan Jiraya sangat buruk, hidung dan mulutnya mengeluarkan darah.
"Naru-to," Jiraya sulit bicara, napasnya tercekat dan dadanya sesak. Naruto meneteskan air matanya, Jiraya menggenggam tangan Naruto.
"Kau ti-uhuk...dak boleh mena...ngis... uhuk..." Jiraya terbatuk-batuk mengeluarkan darah. Napasnya putus-putus. Dan Naruto masih menangis.
"Na...ruto, jagalah adik-adikmu uhuk... uhuk. Ingatlah pesan-pe...sanku dan satu... hal yang paling pen...ting... jadilah orang yang bertanggung jawab." Setelah itu Jiraya perlahan menutup matanya kemudian mengembuskan napas terakhirnya.
Naruto merasakan genggaman Jiraya perlahan merenggang dan tangannya jatuh ke tanah. Naruto hanya bisa menangis menundukkan wajahnya dan menyatukan dahinya dengan dahi Jiraya menatap mata yang kini sudah terpejam, air mata Naruto jatuh di pipi kanan Jiraya lalu mengalir jatuh ke tanah.
'Jiraya Touchan, aku belum mengatakan betapa beruntungnya aku ditakdirkan untuk menjadi putramu. Tapi aku akan menepati janjiku, aku akan menjaga adik-adik.' Batin Naruto lirih. Naruto menutup matanya erat, ia mengeratkan pelukannya pada Jiraya yang semakin lama tubuh Jiraya terasa dingin.
.
.
Di pemakaman. Terlihat semua orang yang datang mengenakan pakaian serba hitam dan membawa bunga mawar putih. Keluarga yang lagi berduka hanya bisa menangis melihat orang yang sangat mereka cintai kini sudah dikebumikan tertimbun bersama tanah. Satu per satu orang yang datang memberi makam Jiraya sebuah bunga dan doa.
Konohamaru, Udon dan Moegi menangis sesenggukan dan terus menyeka air mata mereka. Shiori menangis terduduk di tanah karena ia tak memiliki kursi roda dalam rengkuhan Kyuubi dan Inoe menangis di samping kiri Kyuubi dengan mulut tertutup, dan Ryuu tak menangis karena lelah sedari tadi menangis sedangkan Naruto hanya diam, tidak menangis, ia tak mau menunjukkan kelemahannya pada Jiraya namun di matanya terlihat sangat lelah dan sedih.
Ryuu tiba-tiba merasakan sakit pada perutnya lalu ia batuk-batuk sampai memuntahkan darah. Semua yang mendengar batuk Ryuu yang sangat keras menoleh padanya namun semua berubah menjadi panik saat melihat darah pada telapak tangan Ryuu terutama kakak-kakaknya.
"Ryuu, kau kenapa?" Tanya Kyuubi panik. Secara tiba-tiba Ryuu kehilangan keseimbangan dan Kyuubi dengan cepat menangkap tubuh Ryuu.
"RYUU!!!" Panggil Kyuubi panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let This Be A Secret [ SasuNaru ] ✓
FanfictionKedua orang tua Naruto tak bisa menerima keadaannya. Sehingga Minato dan Kushina mengambil jalan pintas agar Naruto tidak mempermalukan nama besar Keluarga Namikaze. Lalu Naruto bertemu dengan Jiraya, dan saat itulah Naruto tinggal dengan anak-anak...