BAGIAN 10

16.3K 1.5K 151
                                    

Kyuubi memperhatikan Naruto yang sedari tadi menatap foto-foto keluarga kecil mereka dengan pandangan mata yang mengartikan sejuta kesedihan.

Kyuubi semakin hari selalu dibuat aneh belakangan ini melihat perubahan sikap kakaknya itu seperti jarang makan yang membuat tubuhnya semakin kurus dan seperti orang yang kebingungan.

Kyuubi pun berjalan menuju kakaknya. Sampai di sana Kyuubi masih melihat pandangan sendu Naruto tapi jika di lihat dari dekat, mata Naruto seperti menahan sesuatu yang akan jatuh dari matanya karena tak bisa membendung air matanya yang sudah penuh. Mata Naruto menatap lurus bingkai foto yang menampilkan saat keluarganya lengkap dulu, itu adalah momen ketika Naruto berulang tahun yang ke enam belas.

Kyuubi mengerutkan dahi melihat cara pandang Naruto yang sama persis dengan cara pandang Ryuu ketika adik kecilnya itu masih hidup. Pandangan mata yang memiliki arti kepedihan dan kerinduan terdalam, sorot mata yang tersirat jelas seperti orang yang akan pergi jauh. Kyuubi langsung menggeleng cepat, membuang jauh-jauh pikiran buruk di pikirannya.

"Naru Nii, ada apa? Kenapa menangis? Apa terjadi sesuatu? Naru Nii bisa cerita padaku.”

Kyuubi menarik pelan tangan satu Naruto, ia menggenggam erat dan meremas pelan tangan Naruto, mengusapnya penuh kasih seakan mengatakan bahwa ia akan selalu ada untuk Naruto dan tidak perlu khawatir pada dunia.

Naruto menghadapkan tubuhnya pada Kyuubi, ia tersenyum lembut, memberitahunya bahwa ia baik-baik saja berlawanan dengan wajahnya yang pucat.

"Ti...ti...tidak apa-a...apa. A...a...aku ba...baik-baik saja." Naruto kembali tersenyum dan juga membalas genggaman erat Kyuubi pada tangannya meyakinkan Kyuubi. Tapi kenapa? Kenapa kali ini Kyuubi tidak suka dengan senyum itu?

Aku tahu, kau tidak pernah baik-baik saja.

Kyuubi ingin mengatakannya tetapi tidak ingin mengacaukan usaha Naruto yang ingin terlihat tidak ada masalah apa pun. Kyuubi menghargainya, Kyuubi akan menunggu hingga Naruto akan bercerita padanya.

.
.

Naruto menghela napas panjang ketika bel pulang berbunyi. Akhir-akhir ini Naruto merasa tubuhnya semakin lama semakin lemah, ia juga sering merasa bingung.

Naruto meringis pelan saat ia akan bangun dari duduknya, kelasnya sudah sepi hanya ada ia di dalam kelas.

Naruto kembali duduk memegangi perutnya yang sakit. Ia sering sekali merasakan sakit pada perut bagian kanannya, rasanya sangat sakit belum lagi rasa mual juga selalu datang seperti saat ini ia menutup bibirnya agar tidak muntah di kelas.

Naruto berusaha keras berdiri mengabaikan rasa sakit yang terjadi, bagaimanapun juga ia harus segera pulang. Naruto berjalan dengan langkah gontai sambil merayap ke dinding menuruni anak tangga.

Setelah turun dari bus dan berjalan dari halte menuju rumahnya yang harus ditempuh beberapa kilometer lagi. Naruto masih memegangi perutnya. Kadang ia akan berhenti untuk menarik napas secara dalam dan menetralkan rasa sakitnya.

Di jalan, Naruto memikirkan beberapa hari lalu ketika Minato dan Kushina yang datang. Bertanya ke diri sendiri mengapa sangat takut melihat mereka.

Di memorinya, Naruto hanya bisa mengingat wajah marah dan tatapan penuh benci dari kedua orang tuanya padanya. Tidak ada kenangan manis ataupun yang bisa disebut indah saat bersama kedua orang tuanya.

Naruto tidak mau mengingat terlalu banyak keburukan dari orang tuanya. Tapi hanya kenangan-kenangan itu yang ada di pikirannya.

Jiraya mengatakan dan selalu mengingatkan kalau orang tua tetaplah orang tua yang harus dihormati dan dikasihi, seburuk apa pun perbuatan mereka pada anaknya. Kebencian dan balas dendam tidak akan menyelesaikan suatu masalah.

Let This Be A Secret [ SasuNaru ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang