“Aku mencintaimu.”
Sasuke bersungguh-sungguh menyatakan perasaannya yang tulus dan ini bukan sekadar sebagian dari tantangan konyol itu, ia sungguh ingin memiliki Naruto sebagai kekasihnya, pemilik cintanya bukan sebagai kekasih taruhannya yang waktu dari masa tantangan itu tinggal beberapa hari lagi. Dan Naruto diam seribu bahasa.
Naruto masih belum sepenuhnya percaya pada Sasuke walaupun ia berharap itu adalah perasaan yang memang dimiliki oleh Sasuke bukan sebagian dari serangkaian tantangannya
"Naruto?" Sasuke masih menunggu reaksi dari Naruto yang masih setia terbungkam.
Tak ada yang bicara. Setelah itu mereka keluar dari wahana kincir angin yang besar itu. Sasuke menghentikan langkah kakinya. Begitu juga dengan Naruto yang berjalan di belakang Sasuke.
Sasuke membalikkan badan menghadap Naruto. Sasuke menatap dalam Naruto. Naruto menunduk. Ia enggan sekadar menatap balik Sasuke. Ia takut.
Sasuke mengedarkan pandangan matanya. Sepi. Taman hiburan itu sudah sepi dari gelak tawa anak kecil dan suara berisik mulai tak tampak terdengar. Mereka berada di pinggir kolam air mancur taman tersebut.
Gemercik air memecahkan suasana yang terasa membisu di antara mereka. Naruto fokus menatap pancuran air yang jatuh ke dalam air menimbulkan suara yang menenangkan, baginya. Sasuke kalut dengan pikirannya sendiri. Ia gusar. Tak ada yang mau bicara. Sampai akhirnya Sasuke mengeluarkan suaranya. Ia mengalah.
"Naruto," panggil Sasuke. Naruto menoleh. Naruto masih menunduk dan tak menyahut. Tubuhnya menghadap Sasuke namun wajah dan perhatiannya terfokus pada air mancur. Naruto merasa ada hal yang ia lupakan dari kenangannya tentang air mancur. Tapi ia lupa.
"Aku sungguh mencintaimu," jujur Sasuke. Ia menatap lurus Naruto. Naruto masih tidak menanggapinya. Naruto tetap setia dengan dunianya yang memikirkan serpihan dari ingatannya tentang air mancur.
"Aku memang begitu naif dan munafik tapi rasa ini selalu mengganggu dan terasa hidup hingga aku tak mampu melepaskan wajahmu dari pikiranku," Suaranya terdengar putus asa karena tidak mendapat atensi Naruto. Sasuke berusaha menatap mata Naruto, mengambil perhatiannya. Namun Naruto enggan untuk melihatnya.
Naruto tetap bungkam. Ia tidak mencela perkataan Sasuke. Ia tidak berniat untuk menjeda kalimat Sasuke. “Aku tahu! Kau terluka karena aku dan, dan, ya, kau...” Sasuke menghentikan ucapannya, menghela napas kesal.
Semua kesalahannya, perbuatannya pada Naruto memang tidak bisa masuk diakal ketika tiba-tiba ia menyatakan perasaannya pada Naruto. Sasuke sadar itu.
"Percaya padaku. Kau harus tahu. Cinta ini bukanlah atas dasar sebuah janji ataupun permainan." Jujur Sasuke. Sasuke meraih tangan Naruto. Ia genggam dengan erat jemari Naruto. Sasuke ingin menyalurkan seluruh perasaannya agar Naruto bisa merasakan bahwa ia tulus dan tidak main-main.
Naruto diam. Ia masih tak menoleh. Padahal Sasuke sedari tadi memanggil namanya dengan penuh perhatian. Namun Naruto tak mendengarnya, seakan tuli. Tapi ia melirik sedikit jemarinya yang terasa hangat berada di genggaman tangan besar Sasuke. Naruto merasa berat untuk membiarkan ini terus berlanjut. Ia tak mau jatuh terlalu dalam pada perasaannya. Naruto tak mau merasakan sakit untuk yang ke sekian kalinya. Naruto tidak percaya Sasuke.
"Naruto, jawab aku." Pinta Sasuke pelan.
"A...a...aku, aku ingin pu...pulang." Jawab Naruto. Naruto menarik kembali tangannya yang ada di genggaman Sasuke.
Tidak ada jawaban. Diabaikan.
Sasuke kecewa. Itu bukan jawaban yang diharapkannya. Dengan berat, Sasuke mengantarkan Naruto pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let This Be A Secret [ SasuNaru ] ✓
FanfictionKedua orang tua Naruto tak bisa menerima keadaannya. Sehingga Minato dan Kushina mengambil jalan pintas agar Naruto tidak mempermalukan nama besar Keluarga Namikaze. Lalu Naruto bertemu dengan Jiraya, dan saat itulah Naruto tinggal dengan anak-anak...