The Boss II

8K 274 14
                                    

Aku sedang menyiapkan berkas-berkas laporan keuangan bulan ini untuk kuserahkan ke bagan akuntan saat Miss Cla menghampiri kubikelku. Tidak biasanya. Lagi pula aku selalu menyerahkan tugasku sebelum deadline, hal yang praktis membuat Miss Cla tidak perlu repot-repot mendatangi meja kerjaku untuk meminta hasil pekerjaanku secara langsung. Kecuali ada urusan lain tentu saja.

"Saya baru akan ke ruangan anda, Miss." Aku berdiri saat Miss Cla sampai di kubikelku, dan menyerahkan berkas-berkas yang sudah kumasukkan ke dalam map berlogo hotel tempatku bekerja. "Laporan bulan ini, Miss."

"Kerja cepat seperti biasa, Jasmine," tanggapnya seraya menerima map dari tanganku, kemudian mengecek isinya langsung di hadapanku.

Miss Cla adalah akuntan senior di hotel ini. Wanita ramah dan berwibawa yang menjadi atasanku sekaligus mentor semua staf keuangan junior di sini. Wanita yang tidak mau dipanggil 'Bu' seperti kebanyakan staf senior lainnya karena menurutnya panggilan itu membuatnya terlihat tua. Umurnya sudah memasuki kepala empat, namun penampilan dan wajahnya menampilkan beberapa tahun di bawah itu. Sebenarnya pekerjaan di sini memang menuntut kami berpenampilan menarik. Dan dia masih sendiri, jangan tanyakan padaku alasannya.

"Antarkan ini ke kantor wakil direktur." Miss Cla menyodorkan kembali map itu padaku. Aku mengerjap sebentar, merasa ada yang salah dengan perintah seniorku itu.

"Maaf, Miss. Tapi ini bukan tugas saya." Kujaga agar suaraku tetap terdengar sopan.

"Aku tahu apa tugas kamu, Jasmine. Ini perintah langsung dari Wakil Direktur. Ah, aku belum mengucapkan selamat padamu, Jasmine. Selamat atas pertunanganmu dengan Wakil Direktur."

Aku melirik ke sekeliling dengan sudut mataku, dan benar saja, semua mata yang ada di ruangan ini samar-samar tertuju ke arah kami. Terutama Nessa yang mejanya tepat berada di samping kubikelku. Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan selamat dari Miss Cla. Jurus andalan yang juga kuberikan pada orang-orang di hotel ini saat mereka menyampaikan ucapan yang sama. Kuambil kembali map itu dari sodoran Miss Cla.

"Oh, ya, tunanganmu juga meminta berkas laporan tiga bulan terakhir," ucapnya lagi dengan kerlingan sebelah matanya sebelum akhirnya atasanku itu benar-benar pergi.

Menghela napas berat, kudekap map di depan dadaku. Aku benar-benar harus meminta penjelasan pada Sandy. Sudah cukup aku merasa frustasi karena tatapan ingin tahu semua orang di hotel hampir dua hari ini. Terlebih lagi Nessa yang terus merongrongku dengan daftar pertanyaannya-yang omong-omong belum kujawab sampai sekarang, membuatku hampir gila.

Sekali lagi kulirik Nessa yang masih memandangiku. Berbeda dari rekan-rekan lain yang diam-diam mencuri lihat dan dengar, rekan sekaligus sahabatku itu tanpa repot terlihat sopan menampakkan dengan jelas ke'kepoan'nya. Dia tersenyum mengejek kemudian berbisik dengan wajah yang dibuat serius.

"Your fiance is waiting."

**

Tak lebih dari dua kali ketukan pada pintu di hadapanku, kudengar suara orang dari dalam sana mempersilahkanku masuk. Paru-paruku meraup oksigen dengan rakus, mencoba mengatur pernapasanku sekali lagi sebelum akhirnya memutar kenop pintu di tanganku dan melangkah ke dalam ruangan wakil direktur. Kulihat bosku itu duduk di belakang meja kerjanya sambil menampilkan senyum andalannya. Mataku juga menangkap laptop dan beberapa kertas berserakan di atas mejanya. Sepertinya dia sedang sibuk.

"Kamu bawa yang aku minta?" Baiklah. Itu bukan cara dan nada bicara seorang atasan pada bawahannya.

Aku menjawab singkat dengan 'Ya' kemudian berjalan menghampirinya. Meletakkan map-map yang kubawa di atas mejanya tanpa melepas tatapan datarku padanya. Kebiasaanku saat merasa kesal atau marah, dan biasanya aku hanya menunjukkannya pada orang-orang terdekatku. Aku tidak tahu ternyata aku bisa melakukannya pada atasanku ini. Oh, mungkin karena sikapnya yang terasa familiar tadi, membuat batinku melunjak.

Kumpulan Cerita Pendek (Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang