Caffè Latte (J&G)

2.6K 100 0
                                    


Ah, sial. Aku kalah lagi. Bunyi gesekan ponsel dan meja kayu terdengar cukup keras. Oke, aku baru saja meletakkan—atau membanting?—ponselkuiyang tak bersalah itu ke atas meja di depanku.

"Not your lucky day, Miss." Dia tertawa setelahnya, kemudian mengambil tempat duduk di kursi bersebelahan denganku. Membuatku menggeser posisi menyamping menghadapnya.

Aku mendengus, sedikit memajukan bibirku karena ya... mungkin sebal. Entahlah, aku juga tidak paham apa yang sebenarnya kulakukan. Dan itu membuatnya semakin tergelak. Bagian mana yang dianggapnya lucu?

Masih dengan sisa tawanya, ia menyesap segelas minuman yang dibawanya. Aku mengamatinya, sedikit memelototinya kurasa. Sedangkan laki-laki di hadapanku itu masih pada kegiatan terakhirnya, balas membelalakkan matanya seperti bertanya, 'apa?'.

Ya Tuhan...

"Punyaku mana?"

Dia tersenyum, matanya sediit menyipit karenanya. Senyum tanpa dosa. Astaga! Apa yang kupikirkan? Oh, benar. Dia memang tampan, tidak perlu diragukan lagi. Jadi aku memang wanita normal, 'kan?

Diulurkannya minuman yang tadi sudah di sesapnya. Aku mendelik, apa maksudnya?

"Aku mau punyaku. Kamu nggak beliin?" suaraku sedikit merajuk. Sempat tersentak mendengar suaraku sendiri, yang membuat gigiku reflek menggigit bibir bawahku. Oh, Tuhan... sejak kapan aku bertingkah menjijikkan seperti ini?

"Ini punya kamu. Aku cuma minta dikit." Ekspresinya benar-benar tanpa dosa. Senyumnya menyebalkan dan... oh, lupakan. Tangannya masih mengulurkan minuman itu padaku. Dia bermain dengan matanya seolah berkata, 'cepet ambil atau aku abisin semua'.

Lagi-lagi aku mendengus, memutar kedua bola mataku sebal. Dan terpaksa menerima gelas plastik ulurannya. Ya, terpaksa. Kemudian memperbaiki posisi kembali menghadap meja. Dari ekor mataku kulihat dia masih mempertahankanku. Kusesap minuman yang katanya milikku itu tanpa mempedulikan laki-laki di sampingku. Caffè latte. Oh, ini memang pesananku.

Pandanganku lurus ke depan, masih pada kegiatanku menyesap kopi pesananku. Berusaha terlihat anggun. Entahlah, untuk apa sebenarnya aku melakukannya. Mungkin karena orang di sampingku yang masih juga tak mengalihkan pandangannya dariku. Aku mengedikkan bahu tak peduli. Oke, tingkahnya membuatku gugup sebenarnya.

Dan akhirnya kualihkan pandanganku padanya. Menaikkan sedikit kepalaku, dan membelalakkan mata seolah bertanya, 'kenapa?' dengan mulut gelas yang tetap menempel di bibirku.

Dia tersenyum penuh arti, menyangga dagunya dengan tangan kanan yang bertumpu pada meja. "Kamu baru aja nyium aku."

Apa?

"Itu... bagian bekas bibirku," tunjuknya dengan dagu pada gelas yang kugenggam. Intonasinya santai sekali, tanpa menghilangkan lengkungan menyebalkan di bibirnya. Dan sukses membuatku menjauhkan gelas yang kupegang dari mulutku.

Benarkah? Ya Tuhan... kenapa tiba-tiba pipiku terasa panas?

Dia tergelak. Laki-laki di hadapanku itu tertawa keras. Seperti telah puas mengerjaiku. Seraya tangan kirinya yang bebas bergerak-gerak mengacak puncak rambutku. Sial. Menyebalkan.    

***


Thanks,

Love,


MissCho13

Kumpulan Cerita Pendek (Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang