What Happened Last Night?

8.5K 171 9
                                    

Author POV

"Udah telpon aja, mungkin dia masih tidur. Aku nggak punya banyak waktu."

Laki-laki yang wajahnya terlihat sudah tidak sabar itu bertitah pada perempuan di depannya. Saat ini mereka tengah berada di depan pintu sebuah apartemen yang tidak terlalu besar, sederhana. Sudah berkali-kali mereka mengetuk pintu apartemen itu, tapi tetap saja tidak ada respon dari dalam.

"Ya, ya, ya, kamu ini nggak sabaran banget," balas perempuan bertubuh mungil itu seraya mengulurkan tangan pada laki-laki di hadapannya.

"What?"

"Kamu lupa HP-ku masih dibenerin?"

"Ya udah kalau gitu nggak jadi nelpon aja."

"Bukannya kamu bilang lagi nggak punya banyak waktu?"

"God," desah laki-laki berambut pirang itu yang akhirnya menyerahkan ponselnya dengan mulutnya yang terus menggerutu.

Tuuuut... tuuuuut...

Terdengar suara nada sambung. Tidak lama seseorang di seberang sana menerima panggilannya.

"... Astaga, Bel, cepat buka pintunya!... Gue di depan apartemen lo... Iya, lo baru bangun?... Okay, cepat."

Menekan warna merah pada layar ponsel, perempuan itu kemudian menyerahkan benda tersebut kembali pada pemiliknya.

Ceklek...

"Eh, nggak dikunci." Tanpa sengaja si pria menyentuh knop pintu apartemen yang ternyata tidak terkunci. "Great, kenapa nggak dari tadi? Pulsaku jadi terbuang sia-sia," tambahnya sedikit menggerutu dan langsung menyelonong masuk ke dalam apartemen tersebut.

"Dasar cowok pelit," gumam perempuan di belakangnya yang juga ikut menyusul masuk.

"Kyaaaaaaaaaaaaa..."

Belum sampai melintasi ruang tamu kedua orang itu mendengar suara jeritan. Sontak keduanya saling berpandangan. Dan sedetik kemudian mereka langsung berlari secepat kilat ke arah sumber suara.

***

Belinda POV

Is it too late now to say sorry?
'Cause I'm missing more than just your body, oh...

Aku menggeliat pelan saat mendengar suara Justin Bieber yang berasal dari ringtone handphone-ku. Aw, kepalaku rasanya pusing sekali. Kuraih benda persegi panjang itu yang tergeletak di samping meja dekat tempat tidurku, masih dengan mata tertutup.

"Ya, Belinda di sini... Apa?... Nara?... Oh, iya. Tunggu sebentar."

Mendengar nada terputus, kuletakkan kembali ponselku sembarangan lalu meregangkan otot-ototku yang terasa sangat kaku. Jam berapa sekarang? Ah, badanku pegal-pegal, tapi aku harus cepat membukakan pintu untuk Nara. Kubuka mataku perlahan. Silau. Sinar matahari dari celah jendela kamarku langsung menyorot ke kedua mataku. Ternyata sudah siang. Segera aku bangkit dari tidurku, dan menyibak selimut yang menutupi tubuhku.

Eh? Tunggu dulu! Kenapa... Kenapa...? Dengan cepat kembali kutarik selimutku itu. Ada apa ini? Ke mana bajuku? Secepat kilat kuputar pandanganku pada sisi kanan tempat tidurku. Dan seketika itu juga mataku membulat sempurna, bahkan kurasakan bola mataku hampir keluar.

"Kyaaaaaaaaaaaaa..." Teriakku sekencang-kencangnya setelah kutahu apa, maksudku siapa yang ada di sisi ranjangku itu. Dia... dia, seorang laki-laki? Oh my, apa yang sudah kami lakukan?

"Shit, berisik banget."

Mataku menyipit melihat laki-laki itu menggeliat sambil tangannya menggosok-gosok kedua telinganya, kemudian malah menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya. Namun beberapa detik kemudian dia kembali membuka selimut, merubah posisinya dari tidur ke duduk, dan mengerjap-ngerjapkan matanya berkali-kali ke arahku. Sementara aku kini hanya melongo melihatnya.

Kumpulan Cerita Pendek (Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang