My Cute Husband?

16.4K 473 1
                                    

My second story. Enjoy...

***

Aku menguap lebar. Bosaaaaaaaann... Apa tidak ada acara televisi yang menarik malam ini? Kenapa semua acara TV membosankan? Jempolku terus menekan-nekan tombol remot yang kupegang.

"By, bisa nggak lihat satu channel aja? Mata aku sakit lihatnya." Itu suara laki-laki di bawahku. Mm... maksudku orang yang tengah terduduk di lantai dan bersandar pada sofa yang saat ini kududuki. Kedua tangannya sibuk memainkan tuts-tuts keyboard di depannya. Sesekali tangan kanannya mengeser-geser mouse di samping laptopnya. Bukankah dari tadi dia hanya fokus pada laptopnya itu? Sama sekali tidak mempedulikanku yang sudah hampir mati karena bosan ini. Seenaknya saja dia mengoceh seperti itu.

Sampai akhirnya kupencet tombol berwarna merah pada remot lalu melemparnya sembarang ke samping tempat dudukku. Kurebahkan tubuhku ke atas sofa. Mengatur nafasku sejenak yang tadi sempat terbuang percuma karena acara-acara TV yang bagiku sama sekali tidak bermutu. Aku membalikkan badanku, sehingga kini posisiku tengkurap. Sekedar untuk menghilangkan rasa bosan yang ternyata masih saja menghinggapiku. Ini tidak berhasil.

Apa yang akan kulakukan sekarang? Bocah besar di bawah itu masih saja tak berkutik dari depan layar laptopnya. Benar-benar tidak mengerti lingkungan sekitarnya. Apa dia tidak bisa merasakan hawa kebosanan yang melingkupi tubuh gadis manis ini? -,- Bahkan bertanya basa-basi saja tidak. Tuhan kenapa Engkau menakdirkanku mencintai laki-laki semacam ini?

Kubalikkan lagi tubuhku ke posisi tidur biasa. Lalu melongokkan sedikit kepalaku, mengintip layar laptop laki-laki yang sangat kuakui sebagai suamiku itu. Hah... seperti dia sedang mengerjakan projek video game terbarunya. Yah... Itulah pekerjaannya. Perancang video game. Pantas saja dia sama sekali tidak melirikku. Mungkin selama ini baginya aku kalah sexy dari video game. Menyebalkan. Tanpa sadar kini kedua kakiku sudah menendang-nendang sofa sehingga terdengar bunyi berdebum cukup keras. Tapi sepertinya seonggok manusia di bawah sana masih tak terusik. Benar-benar menyebalkan.

Aku bangkit duduk. Menyilangkan kedua kakiku dan menyanggakan kedua tanganku di atasnya. Aku bergerak maju, bergeser sehingga tubuhku tepat terduduk di atas suamiku. Melingkarkan kedua tanganku ke lehernya, aku menyandarkan daguku pada puncak kepalanya. Dia masih tak bergeming. Sungguh. Terkadang aku berharap suamiku ini sekali saja dirasuki oleh arwah hantu yang romantis, karena aku yakin hanya dengan cara itu dia bisa berperilaku manis terhadap istrinya yang membutuhkan kasih sayang ini. Impossible? Ya aku tahu itu hanya khayalanku saja. Abaikan.

"Sayang?" Panggilku, sengaja mendesahkan suaraku ke telinganya. Dia hanya bergumam menanggapi. Sama sekali tak bergerak dari tempatnya.

"Aku bosan." Ya Tuhan, sebenarnya aku geli mendengar suaraku sendiri.

"Hmm..."

"Kamu lagi sariawan?"

"Enggak." Oh! Sangat to the point. Aku cemberut.

"Kamu belum selesai?"

"Heem."

"Lagi deadline?"

"Huummm..."

"Kamu beneran lagi sariawan?" Suaraku kali ini sedikit lebih tinggi. Menggeser kepalaku ke samping sehingga pipi kananku kini menempeli pipi kirinya.

"Enggak, sayang."

Aku cemberut lagi. Sebenernya sedikit tersenyum mendengar panggilan sayangnya. Aku selalu suka suaranya saat mengucapkan kata 'itu' untukku. Kumainkan ujung leher kaos tak berkerahnya dengan jari-jariku. Hobiku akhir-akhir ini.

Kumpulan Cerita Pendek (Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang