Beautiful-Sunrise

4.7K 175 8
                                    

Beautiful-Sunrise

Air danau sore itu mengkilat berkelap-kelip bagai serpihan-serpihan berlian yang terkena pantulan sinar mentari. Senja pun telah tiba. Genap dua jam sudah Indah menunggu.

Sabar, Ndah, Sabar. Mungkin dia cuma lagi sibuk sama kegiatan PMR-nya.

Hanya kalimat itu yang sejak tadi diucapkan hati Indah. Kalimat yang sebenarnya hanya untuk menahan amarah dan kekecewaannya pada cowok yang genap satu tahun ini mengisi hari-harinya. Indah bukanlah tipe cewek yang mudah menyerah dan men-judge orang tanpa mengkonfirmasi terlebih dulu. Apalagi pada Fajar yang selama ini selalu menepati setiap janji-janji mereka. Oke, sebenarnya tidak selalu juga, sudah sebulan belakangan tepatnya Fajar lebih sering membatalkan janji bertemunya dengan Indah.

Duduk, berdiri, jongkok, melempar batu, melirik jam tangan, sampai duduk lagi. Itu-itu saja kegiatan Indah di pinggir danau yang sudah terlihat sepi. Sebenarnya berkali-kali juga dia coba menghubungi pacarnya, tapi nomornya itu selalu dialihkan ke kotak suara.

Suara Demi Lovato menyanyikan No Promises lantas menghentikan gerakan tangan Indah yang akan melempar batu kesekian ke dalam air danau. Batu di genggamannya dijatuhkan begitu saja ke tanah di bawahnya. Sebelah tangannya yang memegang ponsel terangkat, mulutnya mengerang pelan saat tahu ternyata bukan orang yang ditunggu yang menghubunginya.

"Ha—"

"Halo, Ndah. Urusan lo udah belum? Cepet ke sini, gue kerepotan nih. Tut... tut... tut..."

Dan Indah hanya bisa menghembuskan napas lelah. Dia ingin memaki temannya yang tidak tahu sopan santun itu, tapi dia tahu temannya itu pasti sedang kewalahan mengurusi tugas yang sebenarnya adalah tugasnya.

Tadi itu Mooza. Teman, sahabat sekaligus rekan dalam kegiatan pramuka yang diketuai Indah di sekolahnya. Sebenarnya Indah memang sedang sibuk dengan kegiatan pramuka yang akan mengadakan studi alam. Demi janjinya merayakan satu tahun hubungannya dengan Fajar, Indah menyerahkan tugas-tugasnya pada Mooza. Tapi ternyata malah Fajar yang entah sibuk atau lupa tidak hadir sampai detik itu juga. Mungkin ini jawaban dari semua penantiannya selama dua jam. Dia harus kembali pada kegiatannya semula, mengurusi apa yang seharusnya ia tangani.

***

Drrrtt...drrrtt...

Getar ponsel bercampur suara kokokan ayam membangunkan seorang cowok yang tampak tertidur di meja belajarnya. Dengan mata yang masih terbuka sebelah, diraihnya ponsel yang tak jauh dari jangkauan tangannya itu. Berusaha menghentikan kokokan ayam yang menjadi nada alarm ponselnya. Menegakkan duduknya, Fajar mencabut kabel pengisi daya benda persegi panjang miliknya. Matanya memicing begitu benda itu aktif, menampilkan pemberitahuan 10 panggilan tak terjawab dan sebuah pesan Line di status bar-nya. Dan semuanya berasal dari satu nama. Indah.

Indah

Thu, 5 Sep

Fajar, klo km lagi di jalan maaf aku pergi

duluan. Mooza butuh aku secepatnya.

05:07 PM

Happy Anniversary

05:07 PM

"Anjrit, lupa gue. Jam berapa nih?"

Matanya semakin membelalak saat melihat jam di status bar ponselnya. 06.15 AM.

Sebelum Indah meninggalkan danau kemarin, dia memang sempat mengirimkan pesan untuk Fajar. Berjaga kalau-kalau nanti Fajar datang tapi dia sudah tidak ada di sana. Namun, tanpa sepengetahuan Indah, pesannya itu tertunda karena ternyata ponsel Fajar saat itu dalam mode diam, kemudian dengan tidak beruntungannya kehabisan daya.

Kumpulan Cerita Pendek (Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang