duapuluhtujuh

37 5 3
                                    

Setiap hari, tanpa dirinya, rasanya hambar. Sering kali hanya air mata yang mampu berbicara. Iya, dia merindukan nya. Merindukan sosok pria yang selalu membuat nya semangat. Merindukan tubuh tegap nya yang kapan saja bisa ia peluk.

Apa Tuhan bermaksud lain?.

Seperti biasa ia melakukan rutinitas sehari-hari. Setelah seminggu keberangkatan Ale ke London, membuatnya semakin tau apa arti Menunggu yang sebenar nya, meskipun ia tau rasanya sakit, tapi dengan Do'a dia bisa memeluk seseorang dari jauh.

Setiap kali ia ingin bersandar di bahu nya, dia hanya bisa memejamkan mata. Merasakan setiap sentuhan yang Ale kasih kepadanya.

"Aku kangen kamu" Kalimat seperti itu yang terus ia lontarkan saat teringat sosok pria disana. Ale. Berharap dia disana juga merindukan nya.

*****

London. Kota yang indah. Tapi tetap saja dia merindukan tanah air, Indonesia. Lebih lagi, semua orang yang ia sayang berada disana.

Waktu menunjukan pukul 8 Pagi. Berarti di Indonesia pukul 2 Siang.

Jemari nya menari di layar handphone miliknya. Mencari Id line perempuan yang sangat ia rindu kan saat ini.

Dia tersenyum saat membayangkan wajah kekasih nya disana. Terlebih lagi, di Indonesia pukul 2 Siang. Pasti kekasihnya sedang tidur. Atau mungkin dia sedang menangis di kamar nya? Rambut yang begitu berantakan. Ale semakin tersenyum membayangkan itu.

Terlihat jelas wajah kekasih nya itu di layar handphone nya, menampilkan wajah yang... Menurut Ale itu aneh. Tapi justru itu yang membuat Ale gemas akan kekasih nya disana. Ingin sekali ia mencubit pipi nya sekarang juga. But Impossible.

Cia menghapus air matanya dengan tisu lalu di buang kesembarang arah. Kemudia ia tersenyum melihat wajah Ale yang kini jauh darinya.

"Sayangg!!" Bahkan saat mengucapkan kata itu pun ia kembali mengeluarkan air mata.

Ale tersenyum sambil mengelus pipi kekasih nya, meskipun hanya di layar handphone. "Jelek banget si" Dia terkekeh.

"Biarin aja! Jelek gini juga kamu mau kan?" Cia mengerucutkan bibirnya.

"Iyadeh. Tapi masa nangis sih, nangis kenapa coba?"

"Aku kangen kamu tau! Mau peluk kamu!!" Ciri khas suara yang sedikit nyaring itu membuat Ale semakin terkekeh. "Ko kamu ketawa si?! Kamu ngga kangen aku? Kamu punya pacar bule ya disana??" Kini Ale bukan lagi terkekeh, melainkan ia tertawa geli saat mendengar kekasih nya mengatakan itu.

"Ko tau si??" Jail nya sukses membuat kekasih nya disana semakin menjadi jadi.

Saat sudah cukup melihat Cia semakin tidak karuan. Ale menenangkan Cia disana. Mengucapkan kalimat yang bisa menenang kan hati kekasih nya disana.

"Pacar aku cuma kamu. Eh tapi kalau ada bule yang mau sama aku juga gapapa deh"

Cia menggigit bantal guling nya, dan nangis lagi layaknya anak kecil.

"Bercanda sayang. Mana ada si? Bule nya kan kamu. Bule Jowo"

"Awas aja nanti kalau pulang! Aku lipat kamu jadi enam!" Ancam nya.

"Yaudah aku gamau pulang kalau kaya gitu"

"Dih! Yaudah aku cari pacar baru disini!!"

Hope?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang