duapuluhsembilan

34 5 0
                                    

Rasa bersalah masih terus mengutuk dirinya. Ia sama sekali tidak bisa memaafkan dirinya sebelum Cia memaafkan dirinya terlebih dahulu. Ia sama sekali tidak tau apa yang. membuatnya seperti itu. Hanya karna dengan Bella, ia lupa dengan kekasih nya yang jauh darinya.

Ale terus mencoba menelfon Cia, namun perbedaan waktu yang sangat tidak tepat.

Arham terus memperhatikan adik nya saat ini. Ale harus tanggung jawab atas semua perbuatan nya.

Send : Ma gurl❤
Sayang, aku bisa jelasin semua nya. Aku minta maaf. Sayang maafff. Aku ngga bermaksud buat kamu nangis. Aku minta maaf Sayang. Sayang, tolong percaya aku. Aku sayang sama kamu:'(

Tetap tidak ada respon dari Cia. Entah dia bingung apa yang harus dia lakuin. Seandainya London-Jakarta tidak sejauh ini, Ale secepat mungkin akan menghampiri Cia disana. Tapi, nyata nya tidak sedekat itu.

Ale terus mendecak frustasi. Rasanya ingin sekali sekarang juga ia ke Indonesia. Menghampiri kekasihnya disana, ingin mencoba menjelaskan semua nya.

Bodoh. Iya itu kata yang tepat untuk nya.

*****

"Sayang"

Matanya masih terlelap di alam mimpi, suara tersebut tidak cukup membangunkan orang di hadapan nya ini.

"Cia"

Tetap sama saja.

"Aku disini"

Deg. Pikiran nya mencerna siapa yang barusan bicara seperti itu.

"Bangun Sayang. Aku minta maaf."

Matanya membelak terbuka lebar, jantungnya berdegup kencang. Badan nya membalik untuk melihat siapa yang bicara seperti itu.

"All--" Senyuman yang tadinya merekah, seketika berubah menjadi kerutan di kening, menyatuhkan kedua alisnya, senyum nya tidak lagi terlihat.

"Tadaaaa"

"LO APAAN SI!!"

"Lagian lu gabangun si"

"Gua lagi males bercanda ya Vin!!"

Alvin, iya itu dia. Sengaja ia meniru Ale untuk membangun kan Cia, karna sedari tadi Cia tidak mau bangun.

"Bercanda yaelah Ci. Bangun gih, mandi. Tuh muka lu udah kaya zombie." Cia langsung melemparkan bantal nya ke arah Alvin.

"Diem si! Gua mau tidur!!" Ucap Cia langsung menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.

Alvin hanya mendengus malas.

"Bangun woy sekolahh" Alvin mengguncang pelan kedua bahu Cia.

Tidak ada jawaban dari Cia.

"Ciaaa bangun. Nanti kita sarapan di sekolah. Bangun dong. Cape nih gua bangunin nya. Udah jam berapa nihh."

Cia merasakan perutnya sangat lapar, karna semalam dia hanya memikirkan Ale tanpa peduli kesehatan diri nya sendiri. Tapi rasanya gaya magnet di kasur sangat kuat. Dan hari ini, sekolah. Baginya sangat malas untuk berangkat sekolah dengan suasana hati yang seperti ini.

Cia membuka selimut yang menutupi wajahnya tadi, menatap lurus ke arah Alvin. Tapi tak lama, ia sibuk mencari handphone miliknya.

Panggilan masuk di Line yang amat sangat banyak dari, Ale. Pesan chat yang bertubi tubi dari Ale membuat dirinya mengingat kejadian kemarin di saat Ale tidak peduli dengan nya.

Hope?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang