enam

159 13 2
                                    

****

Cia dan Rico sudah pulang sejak tadi tapi Cia tetap mengerutuki diri nya sendiri. Dia terus memukul jidat nya dengan telapak tangan nya, mengingat kalau Ale itu adalah ade nya Arham. Dan dari di sekolah hanya Ale yang membuat dirinya penasaran.

"Lo sehat?" Tanya Rico saat melihat Adik nya seperti itu.

"Menurut lo?" Ucap Cia sambil menenggelamkan kepala nya di bantal kursi.

"Menurut gue, lo ga--"

"GUE SEHAT!" Potongnya cepat.

"Oohh.. Gue pikir lo kaya gitu karna si Al--"

"BUKAN KARNA ALE!"

"Dih? Siapa yang mau bilang Ale? Gue mau bilang Alex. Wah wah kayaknya lo udah mulai ada rasa nih" Kata Rico sambil terus meledek adik nya itu.

"Bodo" Ketus Cia.

"Gak usah ngeles"

"Lo tuh yang ngeles!"

Karna tidak mau perdebatan ini berlanjut, Rico pun memutus kan untuk ke kamar nya. Sementara Cia, dia masih di ruang tv.

'Gue suka sama dia? Hah! Gak mungkin, gue cuman seneng sama gayanya doang! Bukan orang nya! Inget itu Ci!'

Cia medecak frustasi.

* * *

Burung-burung sudah berkicauan, sinar matahari sudah tertembus dari jendela kamar tidur milik Cia. Cia mengucek-ngucek kedua mata nya sambil menguap.

"Udah bangun?"

Tap!. Suara itu membuat Cia langsung melongos dan melirik ke samping nya.

"Ngapain sih lo! KELUAR!!" Yap. Teriakan Cia membuat satu ruangan itu bergema.

"Kalo gue gak mau?"

"BACOT! KELUAR LO SE-KA-RANG!!"

"Okey okey. Lagian gue disini cuman numpang wifi doang kali Ci" Saat ingin membuka pintu, langkah nya tertahan lalu membalik kan badan nya berhadapan dengan Cia. "Oh ya Ci, lo pake piyama siapa?" Tanya nya.

"Gue lah!"

"Oh" Ucapnya seraya tersenyum jahil.

"Kenapa?!"

"Piyama lo transparan Ci, eh tapi lo kan tepos jadi apa yang perlu diliat?" Dengan santai nya Dia menjawab. Dan sukses membuat Cia melongos mangap, memperhatikan badan diri nya sendiri lalu menutup dada nya dengan kedua tangan nya secara menyilang.

"BANG RICO!!! DASAR LO OMES!!! OTAK MESUM!! KELUAR LO!! ARGGHH!! BUNDAAAAAA!!!!" Terikan 8 oktaf nya menggelegar satu ruangan itu.

Rico tertawa puas dibalik pintu mendengar adik nya seperti itu.

"Ric? Cia kenapa?" Tanya Alicia yang tak lain adalah bunda nya.

Rico menahan tawanya sambil menggeleng.

Alicia nya sudah cukup pusing dengan prilaku kedua anak nya itu. Selalu saja ribut.

* * *

Koridor sekolah belum terlalu ramai. Hari ini Cia datang lebih awal, untuk menghindar dari Rico abang nya itu.

Seperti biasa Cia menyelipkan headset putih di telinga nya. Dan tas putih milik nya di biarkan di pakai satu pundak. *paham kan?*

Cia melewati koridor kelas dengan wajah nya yang tertunduk. Bukan karna dia takut pada orang-orang karna kejadian 'si populer' itu masuk ke kelas nya dan mendekati nya, hanya saja dia terlalu malas untuk hari ini.

Hope?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang