tigapuluhsatu

28 4 0
                                    

"Ale!" Teriak seseorang dari lorong ruang tunggu.

Merasa nama nya di panggil, ia langsung berlari menuju sumber suara tersebut. Terlihat jelas sepasang suami istri sedang menahan tangis nya, nampak jelas stres di wajah mereka.

"Tell me why, please." Lirih Ale.

"Bella." Ucap Dara-Mama dari Bella-

"Ada apa sama dia, Tante?" Tanya Ale.

"Dia kecelakaan, Le." Dara yang terlihat begitu shock langsung di peluk oleh Sean-Suami nya-

Jangan tanya kenapa mereka berbahasa Indonesia, karna memang mereka warga negara Indonesia sejak dari dulu. Kedua orang tua Bella pindah ke london karna menuruti permintaan Bella yang malu akan kejadian waktu itu.

Ale yang mendengarnya juga tak kalah shock. "Kapan? Kenapa bisa gini? Terus Bella dimana?"

"Bella masih di ruang UGD. Luka nya sangat serius. Karna dia mengemudikan mobil nya dengan kecepatan tinggi, dan mungkin dia juga lagi ngga konsen." Jelas Sean kepada Ale.

Ale mengacak rambutnya frustasi. Lagi-lagi ia dibuat bingung dengan keadaan.

"Tante nyuruh kamu kesini karna tante tau, Bella masih amat sangat sayang sama kamu, Le. Untuk sekarang, dia butuh kamu." Kata Dara sambil mengusap air mata nya. " Sejak kelulusan SMP dia suka sama kamu. Dia suka cerita tentang kamu, Ale. Bella masih menyimpan semua kenangan kalian sejak kecil. Dan dia juga cerita kalau kamu berubah sejak kamu punya pacar." Lanjutnya.

Ale makin di buat bingung dengan keadaan seperti ini. Otak nya terus bekerja memikirkan apa yang hars ia lakukan.

"Tante mohon. Temani Bella, jaga Bella seperti kamu menjaga nya sewaktu kalian kecil. Tante yakin, dia akan shock ketika melihat diri nya sendiri. Dan Tante yakin, kamu yang bisa semangatin Bella lagi. Tante sama Om mohon sama kamu. Bisa kamu ulangi masa kecil kalian? Saat kalian bersama-sama? Saling melindungi seperti tidak ingin ada yang terluka dari kalian masing-masing. Tolong bantu Bella, Le." Dara menatap Ale dengan penuh harapan, dari mata nya seolah berkata 'tolong, bantulah'.

Melihat kedua orangtua Bella, yang sudah ia anggap sebagai keluarga sendiri, merasa tidak enak hati kalau tidak menuruti permintaan mereka.

"Apa aku harus ngelakuin itu semua?" Tanya Ale, yang kini otak dan hati sendiri nya tengah beradu.

"Please." Lirih Dara dan Sean.

"Cobaan apalagi si ya Tuhann. Gimana Cia nanti?!?!" Batin Ale.

Ia tidak ingin menyakiti Cia untuk kedua kali nya. Ia sudah berjanji pada diri nya sendiri. Namun sekarang Bella lah yang lebih membutuh kan Ale daripada Cia.

Ale tau betul Bella menyukai nya sejak kelulusan SMP bahkan sampai saat ini. Tapi Ale tidak merespon perasaan Bella sedikit pun.

Ia hanya menganggap Bella sebagai teman nya. Teman yang dulu sangat akrab dengan dirinya.

Dengan otak dan hati yang terus beradu ini Ale mengusap wajah nya dengan kasar.

"Oke, sampai Bella kembali pulih."

Kali ini Otak nya lah yang menang. Tapi tetap saja ia terus memikirkan kekasih nya di sana.

*****


Terlihat dokter tersebut sudah keluar dari ruangan tersebut. Dengan wajah panik Dara lansung menghampiri dokter tersebut. Menanyakan apakah putri sematawayang nya itu baik-baik saja?.

Dokter menjelaskan dengan pasti nya, luka yang di alami Bella cukup serius. Dan kemungkinan besar untuk kembali pulih itu sangatlah dikit.

Mendengar itu semua, kaki Dara terasa lemas dan seperti tidak sanggup menopang tubuhnya sendiri. Tangis nya semakin menjadi-jadi.

Hope?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang