tigapuluh

39 5 5
                                    

Pria yang memakai jacket jeans ini tengah santai duduk di taman belakang sekolah. Entah kenapa ia merasa nyaman berada di tempat itu. Menyelipkan earphone putih di telinga nya, sambil terus memandangi foto wanita yang tersenyum sangat cantik disamping diri nya. Tak lupa, handphone selalu ia genggam. Berharap kekasih nya disana membalas pesan-pesan dari diri nya. Meskipun ia tau perbedaan waktu London-Jakarta tidak lah dikit.

Dengan segelas kopi hangat menambah kenyamanan diri nya berada disini.

"Kamu suka tempat ini juga?"

Suara yang membangun kan diri nya dari lamunan memikirkan kekasih nya yang jauh dari nya.

Ia menoleh ke sumber suara yang sekarang tepat berada di samping nya. Lalu pandangan nya kembali fokus ke foto tadi. Iya, foto dia bersama kekasih nya, Cia.

"Jarang loh orang yang mau disini. Katanya sepi."

Begitulah suara itu terdengar lagi.

Merasa dirinya tidak di respon oleh Ale, ia mencoba melihat apa yang Ale lihat.

"Ohh, Cia."

Ya, tentu dia kenal. Ingat waktu ia tengah membully Cia?. Dia, Bella.

Ale tetap tidak menjawab sepatah dua kata sedikit pun. Pandangan nya masih fokus terhadap Cia.

"Kamu yakin kuat LDR? Apalagi London dan Jakarta itu kan ngga deket." Bella menanyakan itu kembali.

Ale menarik nafas panjang, mencoba untuk tetap tenang. "Urusan nya dengan mu apa?" Dengan suara yang santai nya, mampu membuat Bella menoleh ke Ale.

"Ko kamu gitu?"

"Masalah jarak, biar aku dan Cia yang ngelewatin. Bukan kamu, Bel." Kata Ale lalu pergi meninggalkan Bella yang masih tak percaya sebegitu cepat Ale berubah. Bahkan ia seperti tidak menganggap Bella teman kecil nya.

"Memang bukan urusan aku, Le. Tapi, buat ngelupain semua perasaan aku ke kamu itu ga gampang. Aku lebih dulu kenal kamu. Bukan Cia. Apa kamu gaada rasa suka sedikit pun sama aku, Le?" Batin Bella.

*****

Cia mencoba meraih buku Ipa yang berada paling atas di rak buku perpus sekolah. Sementara dirinya tidak begitu tinggi. Tidak pendek. Oke, kurang tinggi.

Merasa kesal, ia melirik seseorang disitu untuk membantu nya. Tapi Nihil.

"Kenapa perpus sepi banget si?" Kata nya.

Tak lama hentakan kaki pelan mulai terdengar. Merasa penasaran, ia mencoba melirik pintu di balik rak buku itu.

"Nah elo! Kebetulan banget. Lu kan tinggi, tolong ambilin dong." Ucap Cia sambil meunjuk buku yang ia maksud itu.

"Makanya jangan pendek-pendek banget" Kata nya sambil menjitak pelan kening Cia.

"Ashh sakit tau!" Jawab nya. "Ko lu kesini, Vin?"

"Gua ngikutin lu. Tapi ga ikutan masuk ke perpus bareng lu. Jadi nya gua di depan pintu ngintip lu. Terus lu susah ambil buku tuh, gua mau liatin dulu. Gua kira bisa ngambil nya. Eh ternyata, ga sampe." Jelas Alvin di akhiri dengan tertawa.

"Ah rese lu!"

"Yaudah udah di ambilin kan? Bilang apa?"

"Makasih." Jawab nya jutek.

Alvin tersenyum.

"Dan kenapa setiap kali gua liat lu, gua makin gabisa jauhin lu." Batin Alvin.

*****

"Kamu kalau sibuk yaudah gapapa." Kata Cia dengan seseorang di seberang sana melalui sambungan Vidcall.

Hope?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang