DELAPAN

7.5K 585 13
                                    

Pagi ini untuk kali pertama Gerard membawa serta Amina untuk rapat MOU dengan perusahaan rekanan. Bos PT Rama Budi adalah lelaki awal 40an yang tidak banyak bicara, jadi Gerard merasa aman membawa Amina. Ia tidak ingin mendengar komentar apa apa tentang sekretarisnya. Cukup kemarin para sahabatnya ribut mempermasalahkan sekretarisnya itu.

Feeling Gerard benar. Pak Arga tidak berkomentar apa apa. Pertemuan ini murni membicarakan bisnis. Amina membawa semua dokumen dengan lengkap. Semuanya berjalan mulus dengan kesepakatan kedua belah pihak dan penandatanganan perjanjian kerjasama.

Hati Gerard lega. Moodnya begitu baik sehingga berniat memberi sedikit kelonggaran pada Amina.

"Tidak usah balik ke kantor. Langsung pulang saja," ucap Gerard

Amina yang duduk di sebelah sopir menoleh, "Kalau begitu saya balik ke kantor dengan taksi saja, Pak"

"Tidak apa. Kita antar Amina pulang dulu Pak," ujar Gerard pada sopirnya

"Masih ada beberapa berkas yang harus saya cek. Saya balik ke kantor saja," Amina bergegas membuka sealt belt.

Gerard sedikit mengomel melihat sekretarisnya itu keluar dari mobil dan berjalan menuju trotoar.

Di suruh pulang masih saja ingin kerja!!

"Jalan pak. Kita pulang," perintah Gerard dengan mata yang masih mengikuti setiap langkah Amina di trotoar.

Perempuan yang aneh...

◼️◼️◼️◼️

Sepertinya hanya Leonardo dan teman-temannya yang lain yang mempermasalahkan penampilan Amina. Sudah beberapa kali Gerard mengajak Amina meeting dengan klien, tetapi tidak ada yang mengomentari sosok gadis itu. Malah, Gerard lega urusan pekerjaannya lancar bak jalan tol karena tidak ada dari para relasi bisnisnya yang berusaha cari perhatian pada Amina.

Not bad... pikir Gerard menatap Amina yang sekarang merapikan mejanya bersiap untuk pulang.

"Apa itu?" mata Gerard menangkap kumpulan brosur dari hvs hijau di tangan Amina. Amina menoleh. Ia menyodorkan sehelai kertas itu pada Gerard.

"Mau saya tempel di papan pengumuman tiap departemen Pak"

Gerard membaca baris demi baris brosur yang mempromosikan cateringan makan siang.

"Cateringan siapa?" tanya Gerard dengan alis terangkat

"Saya buka usaha catering kecil-kecilan pak"

Amina menengadahkan tangan meminta balik brosur yang Gerard pegang. Tetapi si bos malah melipat kertas itu dan menyimpannya ke balik jas.

"Kenapa Bapak simpan?"

"Saya mungkin ingin coba pesan sesekali"

"Eh?" Amina terkejut, "Saya rasa...hm...ini...tidak sesuai dengan level bapak. Makanannya benar benar biasa saja. Selera rakyat biasa"

"Jadi makanan untuk orang level saya yang seperti apa?" Gerard tersenyum tipis, "Seingat saya, saya juga rakyat biasa. Bukan presiden, pejabat, atau anggota dewan."

Amina bingung. Ia tertegun. Bagaimana cara menjelaskannya tanpa membuat Gerard tersinggung?

Melihat sekretarisnya yang biasa hanya berwajah datar, selalu menantang balik matanya ketika berdiskusi, pemandangan saat ini sangat menghibur Gerard. Wajah bingung Amina yang langka! Bingung yang menggemaskan.

"Sampai ketemu besok," ucap Gerard geli. Ia melangkah menuju lift meninggalkan Amina yang masih berdiri canggung di sebelah meja sekretaris.

Besok ia akan memesan cateringan ini. Seperti apa sih makanan yang tidak selevel dengannya ini? Bahkan mi instan saja ia santap dengan nikmat.

Ah.. Hari ini ia melihat sisi baru sekretarisnya. Lucu juga...
Gerard mengulum senyum, menghilang di balik pintu lift.

Give Love A TryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang