SEPULUH

9.5K 605 31
                                    

Jam menunjukkan pukul dua dini hari. Amina segera mematikan laptopnya ketika rapat dadakan tender untuk merevisi proposal selesai.

Bunda sudah ia beritahu dari tadi sore, tetapi tetap saja belasan sms dan telpon dari Bunda memenuhi notifikasi hp nya. Bunda pasti tidak tenang karena baru kali ini ia pulang selarut itu.

"Satu lagi...," Gerard memecah keheningan di sela stafnya yang bersiap pulang.

"Kamu tidak usah ke Singapur Bar," ucap Gerard pada Akbar, stafnya yang direncana awal akan ke Singapura.
"Biar saya langsung yang hadir di sana dengan Feri. Dan kamu Amina, juga ikut. Urus tiketnya dengan penerbangan sore saja"
Setelah mengucapkan itu, ia keluar dari ruangan.

Gerard diam diam merancang sebuah skenario dalam otaknya. Matanya menangkap kelebatan Amina yang ikut keluar setelahnya.

Kata kuncinya adalah Amina.

Amina yang dekat dengan bos PT Draco akan memberi keuntungan untuk memuluskan tender. Ia harus memanfaatkan kondisi ini.

Karena ia harus menang.

HARUS MENANG...

◼️◼️◼️◼️

"Oh My God Nana!!!" Madam Beatrice memeluk Amina begitu keluar dari ruangan rapat. Persentasi proppsal tender baru saja selesai. Lima perusahaan bersaing untuk mendapat Acc dari PT Draco.

"You looked so different," Madam Beatrice awalnya tidak yakin dengan pandangan matanya. Tetapi begitu mendapat tegur sapa dari Amina, ia tidak sabar untuk menarik gadis itu untuk mengobrol dengannya. Harus bersabar beberapa jam, dan sekarang ia telah menarik Amina ke sofa di sudut ruangan.

"Nice to meet you Madam," Amina tersenyum malu mendapat sambutan heboh dari mantan bosnya itu. Ia tidak menyangka akan mendapat sambutan sehangat itu. Begitu juga dengan Gerard yang sedari tadi memandang interaksi keduanya.

"You make Adam so mad. What make you resign so suddenly?" Beatrice masih ingat bagaimana sepupunya itu tak berhenti mengeluh selepas kepergian Amina. Sudah belasan pengganti yang datang dan pergi menggantikan posisi Amina.

Lagi lagi Amina hanya tersenyum. Mata madam Beatrice membulat, ketika menyadari ada Gerard dan Feri yang berdiri tak jauh dari sofa, dengan ekspresi penasaran. Cepat cepat madam Beatrice menyapa keduanya untuk berbasa basi sebentar dan kemudian meminta izin Gerard untuk meminjam Amina sebentar.
Gerrard tentu saja mengizinkan...

Madam Beatrice tersenyum sumringah saat kembali, dan menggandeng Amina tanpa canggung.

"Madam...?" Amina terheran heran tak mengerti.

"Let's have some coffee," ucap Madam Beatrice berseri seri.

Gerard mengulum senyum. Madam Beatrice dan Amina bersikap layaknya kawan lama. Ide mengajak serta Amina sangat tepat.

Let it flow...
Wanita dan kecendrungan mereka untuk memihak kawan
Serta sensitivitas perasaan atas dasar kedekatan
Seperti hubungan dekat yang ditunjukkan dua wanita yang sekarang menghilang di balik lift.

Entah kenapa Gerard mendapat perasaan yang baik tentang ini semua. Ia menang satu langkah di banding para pesaing dalam perebutan tender ini.

◼️◼️◼️◼️

Amina menaiki taksi yang telah dipesankan madam Beatrice. Ia baru saja pulang dari kediaman pribadi madam Beatrice. Setelah ngopi sebentar, ia diundang makan malam di sana. Amina mencek jam tangannya. Pukul 00.10 tengah malam.

Waktu berputar cepat karena Madam Beatrice tak henti hentinya membahas mr Adam, bos lamanya. Kekecewaan mr Adam karena alasan Amina resign ternyata gara gara niat berhijab. 

Melalui video call yang tadi disambungkan madam Beatrice, mr Adam menyatakan ia tidak keberatan jika Amina ingin berhijab, berbaju tertutup, bahkan jika berburqa sekalian!

Bagi mr Adam, keprofesionalan ada di atas segalanya dan tidak dinilai dari cover luar seseorang.

Jujur, Amina terharu...

Ia jadi tidak enak pada bos yang telah 5 tahun menjadi tempat ia mengabdi. Mr adam tidak menyia nyiakan kesempatan, dengan langsung menawari Amina untuk kembali bekerja padanya. 

Amina berterimakasih dan dengan penuh penyesalan mengutarakan alasan keduanya resign. BUNDA.

Madam Beatrice yang mendengar percakapan keduanya, langsung heboh menawari Amina bekerja untuknya.

Singapura dekat dari Jakarta. Amina tentu bisa dengan mudah mengunjungi bunda. Ataupun jika pindah ke Singapura, madam Beatrice menyatakan kesediaannya untuk mencarikan Amina rumah di kawasan yang banyak orang melayunya. Bunda pasti tidak akan terlalu sulit untuk beradaptasi.

Suara ponsel mengejutkan lamunan Amina

Pak Gerard...

Nama itu mengerjap ngerjap di layar ponselnya.

Amina mengangkatnya dan langsung menerima kalimat, "Apa kamu sudah balik ke hotel? Ini sudah larut"

"Sedang dalam perjalanan pak. Sebentar lagi saya sampai"

"Bagaimanapun kamu staf saya."omel Gerard di seberang, "Saya yang bertanggungjawab jika terjadi apa apa".

"Maaf pak. Tadi itu..."

"Ya sudah. Malam."

Ucapan Amina dipotong begitu saja dan sambungan telepon terputus.

Amina mengedikkan bahu. 

Begitu sampai di hotel, Amina mengangsurkan beberapa dolar singapura ke sopir. Lalu memasuki hotel dan menuju kamarnya..

Setelah bersih bersih sebelum tidur, Amina menimbang nimbang perlu atau tidak ia mengabari Gerard kalau sudah sampai dengan selamat.

Ego jaimnya menang!
Tidak.
Ia tidak perlu mengabari Gerard. Toh tadi Gerard sudah tahu ia di taksi menuju hotel.

Menarik selimut, Amina berbaring. Ingatan ingatan manis ketika di US menari nari di pikirannnya. Bagaimana ia bahagia dengan pekerjaannya. Bahagia dengan fasilitas dan pundi uang yang ia peroleh.

Ah...tawaran untuk kembali menjadi sekretaris mr Adam begitu menggoda. Mr Adam bos yang bersahabat. Lelaki paruh baya itu begitu berwibawa dan profesional. Amina mulai membanding bandingkan mr Adam dan Gerard. 

Dimana mana menang mr Adam, sementara Gerard hanya menang di tampang gantengnya saja.

Amina mengerjap.
Ia baru sadar setelah sekian lama ia tidak memikirkan tentang pria, malam ini ia melakukannya!

Stop melamun!!
Amina memperingatkan dirinya sendiri. Membela diri sendiri ia berkata dalam hati kalau ia tidak melamunkan pria, hanya memikirkan bosnya saja. Itu saja...

Give Love A TryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang